"Ada lagi?".
"Emm," Aruna mengerjapkan beberapa kali.
"Aku mengenalmu," Mahendra meletakkan gelas di atas meja. Ketika benda bening tersebut telah terlepas dari tangannya, dia kembali berujar, "Kau gadis yang tahu apa yang kau mau, sebelum menikah denganku. Kau juga tumbuh menjadi perempuan yang tahu apa yang kau inginkan dan apa yang harus kau upayakan untuk kebaikanmu, bahkan sampai tadi pagi," dia yang bicara berjalan mendekat. Sejalan kemudian telah berhasil duduk di dekat istrinya, "Jadi, jangan bilang kau tak menginginkan apa pun,".
"Apakah aku boleh mengatakan segalanya?" mendengar pertanyaan Aruna, Mahendra mengangguk.