'Pemarah?' Thomas mengamati cara bicara Pradita, sejenak kemudian dia berpindah ke sebelah Vian.
Pria bermata sendu itu menyipitkan matanya sebelum berujar, "Apa yang kau katakan padanya? Jangan main-main. Atau kau akan jadi lawanku!
"Aku bilang padanya, dari kita berempat, kau yang paling ambisius dalam mencapai ambisimu dibanding siapapun. Kita semua pria yang diliputi ambisi dan kau lah yang paling parah, Vian" Pradita tersenyum lebar, "Aku yakin dia akan memikirkan kata-kataku dan terpaksa menerimamu," bertolak belakang dengan semangat Pradita memberikan penjelasan, Vian menarik bantal dan melempar kasar pada pemuda berkacamata itu. Kali ini, sepertinya pimpinan penyidik tersebut sungguh-sungguh menggunakan tenaganya. Kepala laki-laki yang masih memegang kaleng minumnya itu berhasil dia bidik hingga kacamatanya terlepas.