"Jangan bilang kau marah barusan, karena calon istrimu di bawa Mahendra," Gibran menegang mendengarkan kalimat yang diujarkan Rey. Seluruh penghuni ruangan saling memandang.
"Benarkah?" Bisik lirih Oliver pada Nakula yang samar, tetapi masih bisa terdengar.
"Aku tak mau ada dewan Tarantula yang tahu, cukup kita saja," suara Gibran ketika cukup menenangkan diri.
"Jadi, hanya karena Syakila kau memaki ku barusan?" Heru merasa bodoh, dia bahkan tertawa ringan. "Aku tidak mengerti, sungguh. Yang aku lakukan lebih dari benar. Biarkan saja pihak DM group mengambilnya. Lagi pula, dia ingin mati —bukan?" tawanya kian keras, "Fokus saja menghancurkan sahamnya. Itu yang terbaik dan yang diinginkan para dewan,".
Rey bangkit dari duduknya. Dia tahu, Gibran menunjukkan ketegangan yang amat sangat terlihat. Dan, tanpa peringatan, pria tersebut langsung meninju wajah Heru hingga membuatnya tersungkur di lantai.