"Aku akan menunggumu di resto, lantai tujuh," Aruna turun dari mobil, mengangkat pandangan ke arah atas. Gedung menjulang tinggi seolah tengah diamati dengan seksama tiap-tiap incinya, mengabaikan suaminya yang tertinggal di belakang.
Membuka pintu kemudi dan berdiri sejenak —terpaku, tatkala melihat cara istrinya memandangi gedung Djoyo Rizt hotel. Lamunannya tergugah oleh seorang pelayan yang bertugas memarkir mobil para tamu VVIP. Jelas sekali, lelaki tersebut adalah seseorang yang istimewa sebab petugas yang meminta izin membawa mobil Mahendra tersenyum lebar, selebar-lebarnya hingga membuat pria berseragam tersebut seolah tengah memerankan parodi iklan pasta gigi.
Mahendra segera bergerak cepat memburu langkah kaki istrinya yang tak memberi celah menoleh kepadanya, "Ada apa lagi? Bukankah kau sedang ditunggu?" dan lelaki tersebut tak bisa berkata-kata, walaupun dia sudah berhasil meraba jari-jari mungil bak bayi.