"tidak mungkin juga Aruna berada di sini, apalagi mengurus kembali surat ajaib. Hampir mustahil untuk istri seorang konglomerat, kecuali dia em.." tambah Tito menyingkirkan benda yang digunakan Laras untuk memukul dirinya. Tapi ucapan terakhir itu membuat anak sastra canggung sendiri, sengaja tidak dilanjutkan.
Sedangkan di sisi lain Aruna diam membeku.
.
.
"Yee kita sudah datang.." seru Lily, disusul Andin membawa kantong-kantong belanjaan.
"Hehe.. Ar.. Aruna?!" sedikit malu karena kelakuannya meninggal tugas malah datang dengan membawa tumpukan belanjaan, lily memeluk Aruna.
"kemari kan belanjaan mu!" Aruna tersenyum meminta lily menyerahkan barang belanjaannya.
"hei aku bawa banyak makanan kita rayakan kedatanganmu okey" lily kembali berseru berupaya mengalihkan perhatian Aruna.
"kak Andin boleh bantu aku menyingkirkan belanjaan ini di ruang sebelah"