"Pak Surya?!". Aruna tersenyum melihat sekretaris Hendra datang malam malam ke kamar inapnya. Dia pasti di minta Mahendra untuk memantau dirinya.
"Boleh aku masuk?".
"Oh silahkan". Aruna segera membuka pintu lebar-lebar menandakan Surya di perkenankan masuk. Asisten ini bahkan membantu nonanya mendorong tiang infus.
"Saya akan mengganggu anda agak lama, apa tidak.. oh anda sedang makan?".
"Iya, tadi ada yang menjengukku dan membawakan nasi goreng untukku".
"Siapa?".
"Emm...". Perempuan ini terjebak dengan pernyataannya sendiri. Dia tidak terbiasa berbohong.
"Hanya seorang teman". Pasrah berbicara jujur, tapi dia tidak akan mengungkap nama Damar.
"Oo..". Untung sekretaris Mahendra tidak banyak bertanya.
"Aku kali ini tidak sendirian, ada seorang dokter yang ingin berkenalan dengan anda. Mohon maaf istirahat Anda akan terganggu". Surya perlahan duduk seiring caranya membantu istri Mahendra kembali berada diatas ranjang.