Gelora 💗 SMA
Hari demi hari terus bergulir. Waktuku hanya fokus di sekolah dan di rumah. Tak banyak kegiatan yang aku lakukan di luar zona itu. Aku jarang bergaul. Apalagi semenjak hubungan persahabatanku dengan Rudy kandas otomatis masa bermainku jadi berkurang. Aku lebih banyak ngedekem di kamar untuk menghabiskan hari-hariku. Aku benar-benar menikmati my time. Dan kesendirian itu kadang aku gunakan buat hal-hal yang cenderung negatif. Maklum jiwaku masih muda penuh dengan gejolak birahi. Tak perlu aku tutupi, aku senang membuka situs porno dan menonton video syur yang menggugah gairah. Ketika aku sudah terangsang ujung-ujungnya aku pasti bermasturbasi. (Aku yakin kalian juga pernah atau bahkan sering melakukan hal ini? Hayooo ... ngaku aja ndak aku bunuh, kok ... paling aku bisikin, "Wah kita sama, Bro!'' kapan-kapan kita senam lima jari bareng, yuk! Hehehe ...). Gaje banget, ya? forget it!
Minggu-minggu ini, aku akan sibuk. Aku bakal tidak sempat untuk memuaskan diriku sendiri. Karena aku akan menghadapi Ujian Akhir Semester. Jadi aku memfokuskan jiwa, raga, dan pikiranku untuk belajar, belajar, dan belajar. Aku tidak mau nilaiku jeblok di buku raport.
Well, tiba saatnya hari itu. Hari di mana aku dan seluruh siswa di penjuru tanah air Indonesia menjalani test untuk menentukan layak atau tidak-nya kami memasuki jenjang tingkat kelas yang lebih tinggi.
Pagi itu aku datang dengan langkah yang penuh percaya diri. Aku sudah belajar semalaman untuk menghadapi soal ujian pada hari ini. Aku yakin aku dapat menjawab semua soal yang akan diujikan. Semoga!
''Rico!''
Suara itu sepertinya aku kenal. Orang yang memanggilku dengan sebutan berbeda dari orang kebanyakan. Tak salah, aku melihat cowok jangkung kurus itu berlarian kecil menghampiriku.
''Hai, Rico!'' sapa dia lagi pas di depanku.
''Hai ... sepertinya aku tidak asing dengan kamu ...'' balasku.
''Iya, aku dulu mengantarkan kado buat kamu ...'' timpalnya dengan senyuman polos.
''Oh ... iya, ya ... aku ingat!'' Aku mengangguk-anggukan kepala sembari memperhatikan cowok itu.
''Dan sekarang pun aku akan mengantarkan kado buat kamu lagi.'' Cowok ini mengambil sesuatu dari dalam tasnya. Lalu dia menyerahkan sesuatu itu ke telapak tanganku.
''Apa ini?'' Aku mengkerutkan keningku melihat kotak kecil yang terbungkus kertas kado dengan rapi.
''Itu hadiah buat kamu, Rico!''
''Dari siapa?''
Cowok ini hanya mengangkat bahunya. Rupanya dia masih merahasiakan siapa pengirimnya.
''Jika kamu tidak mau menyebutkan pengirimnya ... aku tidak mau menerimanya!'' Aku mengembalikan kado mini ke tangan cowok itu.
''Eh ... jangan, Rico ... kamu terima aja!'' tukas cowok bermata sipit ini buru-buru. Lantas dia memasukan bungkusan kado itu ke dalam saku kemeja seragam sekolahku.
''Heyyy!'' Aku berusaha mengelak namun benda itu sudah masuk ke kantong sakuku.
''Udah ya, Rico ... dahhhh!'' Cowok itu melambaikan tangannya dan segera ngacir entah ke mana.
Aku Cuma terbengong menatap kepergian cowok itu, aku tidak bisa berbuat banyak. Akhirnya aku merogoh saku pakaianku dan memeriksa kado itu. Selanjutnya aku membuka bingkisan kecil ini.
Jejreng!
Hanya sebuah permen karet dan sobekan kertas bertuliskan, "RICOPOLO, SELAMAT MENJALANKAN UJIAN SEMOGA BERHASIL. SEMANGAT!''
Aku jadi tersenyum setelah membaca isi tulisan itu. Benar-benar perhatian sekali. Aku jadi penasaran siapa pengirim kado ini. Mysterius guy!
Lalu mengapa dia mengirimkan aku permen karet? Buat apa? ... dulu orang itu mengirimkan aku tisu, aku pikir tak ada fungsinya tapi pada kenyataannya tisu sangat berguna sekali dan dapat menolongku di saat aku dalam keadaan darurat. Sekarang dia mengirimkan permen karet ini, aku benar-benar tidak tahu makna tersembunyi di balik benda pemberiannya ini. Mungkin aku akan tanyakan hal ini kepada Awan. Awan adalah murid terpandai di kelasku. Kurasa dia bisa memahami manfaat dari sebuah permen karet.
''Awan!'' seruku ketika aku melihat gelagat batang hidungnya cowok yang kucari.
''Ya, Poo ... ada apa?'' sahut Awan.
''Sorry, ganggu sebentar ... aku mau tanya sesuatu kepada kamu.''
''O, ya ... apa tuh, Poo?''
''Kamu tahu tidak apa sih, manfaat dari permen karet?''
''Permen karet?'' Awan jadi mengkerutkan keningnya, pandangannya ke atas seolah sedang mengingat sesuatu atau sedang berpikir.
''Iya ... kamu tahu manfaatnya?'' tanyaku lagi.
''Hmmm ... menurut artikel yang pernah aku baca sih, mengatakan kalau mengkonsumsi permen karet secara kontinyu dapat meningkatkan daya ingat dan menambah kecerdasan otak ....'' ujar Awan menjelaskan.
''Hah ... Benarkah? Seriusan, Wan?'' Aku membuka mata lebar-lebar. Masih tidak yakin dengan ucapan Awan.
''Iya, itu menurut artikel ... faktanya aku kurang tahu juga sih, soalnya aku belum pernah pratekin ...''
''Oh, gitu ...''
''Iya ... tapi ngomong-ngomong kenapa kamu tiba-tiba menanyakan hal ini, Poo?''
''Ah, gak kok ... gak ada apa-apa ...''
Aku menggaruk-garuk kepalaku.
''Oh .. kirain ada something,'' timpal Awan.
''Hehehe ... '' Aku meringis, "'oh ya, Wan ... terima kasih banyak ya, atas infonya'' lanjutku.
''Oke, Poo ... sama-sama!'' Awan tersenyum manis, kemudian dia segera berlalu dari hadapanku.
Aku kembali dengan pikiranku. Aku baru menyadari ternyata di balik pemberian si mysterius guy ada makna tersirat yang sangat penting dan menyentuh dalam. Aku yakin dia memberikan permen karet ini karena ada maksud tertentu agar aku mudah mengingat materi pelajaran dan mampu menyelesaikan soal ujian dengan benar. Sungguh, luar biasa pemikiran dia. Unbelievable!