Satu jam setelah pidato tadi aku mencoba menyibukan diriku dengan setumpuk berkas yang ada dimejaku, tapi tetap saja aku tidak dapat menghilangkan bayangan Daniel didalam kepalaku.
" Kau kenapa Jessy, kenapa terlihat gelisah seperti itu ? " ucap Emery kepadaku. " Hahh...gelisah siapa yang sedang gelisah. "
" Sejak kau selesai penyambutan tadi kau bertingkah aneh. Memangnya ada apa kau sampai segitunya. " tanya Emery dengan nada penasaran.
" Ti-tidak ada apa-apa. Sudah jangan kau pikirkan tentang hal itu. " ucapku kepada Emery. Jam sudah menunjukan dua belas tepat saatnya jam makan siang.
Sebenarnya aku ingin meminta Emery untuk membelikan makan siang untuk diriku, supaya aku tidak bertemu dengan Daniel. Tapi sayang tadi Emery mendapat pesan dari rumah sakit kalau ibunya mengalami kecelakaan saat menaiki tangga.
Aku sebenarnya ingin ikut untuk menjenguk bersama dirinya tapi dia bilang tidak perlu untuk ikut untuk melihatnya. Terpaksa aku membeli makanan diluar, aku mengambil tas dan kunci mobil lalu berjalan menyusuri lorong hotel.
Sesampai di lift tidak ada masalah sama sekali aku memasuki lift dan menekan tombol menuju lantai dasar. Beberapa menit kemudian lift berhenti tapi bukan dilantai yang aku tuju.
Saat pintu lift terbuka betapa terkejutnya diriku siapa yang dibalik pintu tersebut, Daniel berdiri dengan tegap lalu memasuki lift. Didalam lift kami sama sekali tidak berbicara satu sama lain.
Suasana yang sangat canggu sekali seandainya bisa memilih situasi aku lebih memilih situasi rapat dengan Ayahku dengan koleganya dari pada seperti ini.
" Apa aku boleh tau kau mau kemana. " kata Daniel memecah keheningan diantara kami. " Aku hanya ingin makan siang diluar. " jawabku singkat.
" Hooo...apa aku boleh ikut, kebetulan aku juga ingin makan siang diluar. "
Aku memikirnya sejenak dan rupanya Daniel memperhatikan diriku. " Aku tidak akan melakukan hal itu lagi jadi kau tidak perlu khawatir. " ucapnya.
" Baiklah kau boleh ikut bersama diriku, kau bisa menyetirkan. "
Lalu dijawab dengan anggukan olehnya. Pintu lift sudah terbuka kami berjalan beriringan menuju tempat parkir dimana mobilku disana. " Diman kita akan makan siang. " Daniel bertanya kepadaku.
" Aku ingin makan ramen aku harap disekitar sini ada restoran yang menjualnya. "
" Ramen ya kebetulan sekali aku juga ingin memakan itu aku tau dimana tempat yang menjualnya. "
" Benarkah ? kau bisa tau darimana kalau disekitar sini ada restoran yang menjual ramen. "
" Dulu saat aku melamar kerja disini aku sengaja berkeliling disekitar sini untuk mencari tempat tinggal yang baru supaya aku tidak terlalu jauh pergi bekerja. Dan saat berkeliling itu aku tidak sengaja melihat sebuah restoran yang menjua ramen yang tidak terlalu besar dan rasanya juga enak dan dia juga berasal dari Jepang lagi. " jelas Daniel
Suasana yang tadi canggu sekarang sedikit mencair dengan perkataan Daniel. Akhirnya kamipun sampai dikedai restoran yang dimaksud oleh Daniel, banyak orang berlalu lalang didalam restoran tersebut banyak diantara mereka datang untuk mencicipi makanan khas dari negri matahari terbit.
Daniel menyuruh diriku untuk menunggu sebentar sedangkan dirinya mencari meja untuk kami. Dia tiba dan memberitahu diriku bahwa meja yang masih kosong ada dilantai atas.
Kami duduk disebelah balkon dari restoran tersebut. Pemandangan dari balkon cukup lumayan indah aku dapat melihat orang berlalu lalang dijalanan ada yang memakai sepeda juga.
Lima belas menit kemudian pesanan kami datang aku mencoba ramen yang sudah dipesan itu. " Kau tau bagaimana cara orang Jepang memakan ramen. " tanya Daniel kepada diriku. " Tidak, memangnya kau bagaimana caranya ? "
Lali Daniel memberitau cara memperaktekkannya. Aku tertawa dengan dengan cara makan Daniel tersebut. " Kau harus mencobanya. " Aku menggelengkan kepala sambil berkata. " Aku akan terlihat aneh bila aku melakukan hal tersebut. dan aku juga tidak terbiasa melakukanya. " Sambil tersenyum aku berkata kepadanya.
Dalam acara makan itu banyak tawa yang kami dengar dari satu sama lain, Rasa canggung yang tadi ada diantara kamipun juga sudah tidak. Kami masih punya waktu sekitar setengah jam.
Daniel mengajakku untuk bersepeda bersama dengannya awalnya aku menolak tati Daniel tetap memaksa untuk mengajak diriku. Aku menyerah dan menerima ajakan Daniel, dia lalu mencari tempat penyewaan sepeda setelah dapat dia mengahampiri diriku lagi.
Ia lalu menepuk bantala pada sepeda itu tanda ia ingin aku naik sepeda itu. Sepeda yang disewa Daniel berupa sepeda ganda dimana terdapat dua tempat duduk, setang kemudi dan sadel di bagian depan dan belakang.
Kami bersepeda menyusuri jalanan kota paris kami juga melewati arc de triomphe de I'Etoile atau biasa dikenal sebagai arc de triomphe, adalah sebuah monumen berbentuk pelengkung kemenangan di paris yang berdiri di tengah area place de l'Etoile, di ujung barat wilayah champs Elysees. Bangunan ini dibangun atas perintah Napoleaon bonapartai dengan tujuan untuk menghormati jasa tentara kebesarannya.
Setlah puas bersepeda kami kemabali kerestoran dan mengambil mobilku dan langsung pergi ke hotel kemabli. Setibanya dihotel kami langsung berpisah dilobi hotel.
Aku langsung duduk dikursi ruanganku entah kenapa aku terus tersenyum sejak aku berpisah dengan Daniel, tapi aku langsung menggelengkan kepala sambil berkata kepada diriku sendiri. " Tidak-tidak aku tidak boleh terhanyut perasaan ini lagi, ingat Jessy kau sudah menikah dan kau juga sudah punya suami jadi berhenti memikirkan tentang Daniel. " Setelah itu aku langsung mengurus berkas-berkas yang ada dimeja kerjaku berharap agar pikiranku teralihka.
Bersambung