Arsya melepas cekalan tangan Kaila. "Mau ngomong apa sih? Cepetan gue laper belum makan," ketusnya.
Mereka berhenti di koridor yang lumayan sepi, tempat deretan loker berada.
"Lamanda sakit," kata Kaila.
Arsya berdecak. "Gue udah tau."
Kaila menggigit bagian dalam bibirnya. Ia berdengung. "Nngg yaudah, kalau gitu, pulang sekolah kita jenguk dia. Mau ya," pintanya takut Arsya menolak.
Tebakannya seolah benar ketika ia melihat senyum sinis terbit di bibir Arsya. "Lo aja sana. Lo kan temennya." Setelahnya, Arsya hendak berbalik namun pergerakannya ditahan Kaila.
"Lo juga temen Lamanda jadi lo juga harus jenguk dia!!" seru Kaila dengan suara cemprengnya.
Bersedekap, Arsya berdecih. "Gue bukan temen dia."
Kaila menghentakkan kakinya karena kesal. Ia mengepalkan tangan kuat-kuat.
"Lo nggak kasian apa sama dia?!"
"Enggak."
Kaila mendengus. "Susah ngomong sama lo. Keras kepala dan maunya sendiri."