下載應用程式
98.8% Istri Kecil CEO Tampan & Dingin / Chapter 83: Bab 83

章節 83: Bab 83

Dinda sengaja berjalan memutar untuk kembali ke paviliun nya. Melewati halaman belakang kediaman yang sangat sepi.

Tanpa di duga dan di nyana. Dinda tidak sengaja melihat Bella yang tengah duduk termenung di sebuah kursi yang ada di area sana.

"Mbak.."

Bella menoleh, dia sedikit gugup saat melihat Dinda yang kini berada di hadapannya.

"Mbak Bella ngapain di sini?"

"Nggak ngapa-ngapain kok."

Dinda memutuskan untuk bergabung, duduk di samping Bella yang kini nampak semakin kurus saja.

"Ada apa mbak?"

Baru di tanya seperti itu, Bella langsung memeluk Dinda dengan erat. Menangis sesenggukan di pelukannya.

"Mbak Bella kenapa?" tanya Dinda khawatir.

"Ega...."

"Kenapa dengan mas Ega, mbak?" tanya Dinda lagi.

"Dia kecelakaan."

Deg.... Dinda terkejut.

"Kecelakaan dimana mbak?"

"Dia kecelakaan saat mengendarai motornya dalam perjalan ke sini."

"Kesini? Ah Dinda mengerti. Apakah tebakan Dinda benar, kalau mbak Bella dan mas Ega sering bertemu diam-diam?"

Bella mengangguk "Darimana kau tahu itu?"

"Dinda hanya mendengar desas-desus yang merebak di kediaman ini. Katanya sering terlihat seseorang yang meloncat dari pagar. Apakah itu mas Ega?"

"Mbak mohon pada mu. Tolong jangan katakan pada Arjun. Aku takut Ega akan dalam bahaya jika sampai Arjun tahu."

"Mbak Bella tenang saja, Dinda tidak akan mengadu pada Arjun."

"Dinda memang tidak akan mengadu, tapi aku yang akan mengadu."

Dinda dan Bella kompak menoleh. Itu adalah Dona yang datang dengan tongkat jalannya kembali.

"Wah surprise sekali. Mbak Dona sudah bisa berjalan lagi." Dinda menimpali.

"Diam kau. Aku sedang bicara pada Bella bukan denganmu."

"Mau apa kau, Dona?" tanya Bella sinis.

"Tidak. Aku hanya tidak menyangka jika kau sekarang menjalin hubungan dengan kutu buku itu. Tidak bisa di pungkiri, kalian berdua itu adalah pasangan yang serasi."

"Katakan saja maksud dan tujuanmu kemari Dona. Aku tidak suka dengan orang yang bertele-tele sepertimu."

"Ayolah Bella, kita teman bukan?"

"Haaaa.. Apa kau bilang, teman? Tidak sudi aku mempunyai teman sepertimu. Pandai mencari muka dan suka mencari muka, dan suka menusuk dari belakang."

"Hahaha, aku itu teman yang baik Bella. Buktinya aku memilih meninggalkan Ega dulu."

"Kau meninggalkan Ega karena mengincar Arjun. Kau pikir aku tidak tahu apa akal bulus mu itu."

"Terserah kau mau berkata apa. Yang jelas, aku akan mengadu pada Arjun. Kalau kau berselingkuh di belakangnya."

"Jangan begitu mbak. Bukannya mbak Dona juga seperti mbak Bella ya? Berselingkuh di belakang Arjun."

Kedua mata Dona seketika membola. Tidak bisa berkata-kata saat Dinda menuduhnya berselingkuh.

"Jangan bicara sembarangan. Kalau kau tidak punya bukti bocah tengik!!"

"Kalau memang mbak Dona tidak selingkuh. Ya sudah biasa saja dong. Kenapa nyolot begitu."

"Kau ini...."

"Apa? Dan mbak Dona menakjubkan sekali lho, dalam semalam langsung pensiun dari kursi roda." sindir Dinda.

"A-apa? Tentu saja rajin berlatih."

"Berlatih sama miss kunkun ya mbak?"

"Apa kau bilang."

"Hahahaha ku kira aku tidak tahu semalam yang menakutiku itu siapa."

"Jadi kau yang menakuti kami?"

"Aku dan Daniar sih tepatnya. Dan aku hanya membalas perbuatanmu saja kok."

"Dasar setan kecil sialan."

"Ssssttt tutup mulut bau mu itu. Sana sikat gigi, lihat itu ada bekas cabai di sela-sela gigimu itu lho."

"Kau ini!!"

"Ayo mbak, kita pergi." ajak Dinda pada Bella.

"Berhenti kau Dinda."

"Mau apa lagi? Mau nyusu? Tapi maaf ya milky Dinda kecil."

Dona kesal sendiri, dia ternyata belum bisa memang jika berdebat dengan Dinda.

"Ingat Bella, aku akan memberitahu Arjun kalau kau bertemu dengan Ega diam-diam."

"Sudah mbak. Abaikan saja ular sawah itu."

Bella menurut pada Dinda. Lebih memilih pergi dari pada harus berhadapan dengan Dona.

"Dasar kau setan kecil. Pantaslah ayahmu lebih baik mati saja."

Dinda menghentikan langkahnya, sudah tentu karena perkataan Dona yang begitu lancang di dengarnya.

Dinda melangkah dengan cepat ke arah Dona yang menatapnya dengan sinis kedatangan Dinda.

"Bicara apa kau!!"

"Apa?! Memangnya kau dengar apa?"

"Jangan bicara macam-macam tentang ayahku dan juga keluargaku. Kalau tidak.."

"Kalau tidak apa?!"

"Hiiiihh rasakan ini."

Dengan gemas Dinda meremas bibir Dona yang suka nyinyir itu.

"Arrrggghhh apa yang lakukan!!"

Kemudian Dona membalas Dinda. Dona menarik rambut Dinda dengan keras.

"Arrrggghhh...."

Bella begitu kuwalahan. Melerai perkelahian di antara keduanya.

"Hentikan Dinda.. Dona kau juga lepaskan. Tidak etis sekali kalian berkelahi seperti ini."

"Pergi kau."

Duuuuaaaakk.. Dona dengan sengaja menendang perut Bella hingga terjerembab.

"Awwww...." Bella memekik.

Duuuuaaaakk.. Dinda membalas dengan menendang tongkat jalan yang menyangga tubuh Dona.

Bruuuukk.... Dona terjatuh tengkurap.

"Sialan!!" Dona memekik.

"Hahahaha rasakan, kau sudah pantas jadi ular sawah sekarang. Badanmu kotor dan bau." ledek Dinda.

"Apa-apaan ini! !"

Dinda terkejut ketika mendapati nyonya Clarissa yang ternyata ada di kediaman.

"Ibu mertuaaaa tolong aku." rengek Dona.

"Ya ampun Dona sayang."

Nyonya Clarissa di bantu pelayannya membantu Dona untuk kembali bangkit dan berdiri.

"Apakah begitu sikap seorang istri?" nyonya Clarissa menatap Dinda tajam.

"Maaf Bu, tapi mbak Dona duluan yang memulai. Lihat mbak Bella sampai terjatuh." Dinda mencoba membela dirinya.

"Dinda memang tidak suka padaku bu. Aku yang kesulitan berdiri terus saja di kerjain dan di tindas olehnya."

"Tidak bu, dia bohong."

"Sudah sudah.... Lihat badanmu kotor. Lebih baik kita pergi." ajak nyonya Clarissa pada Dona.

"Dan kau. Ibu akan berbicara padamu nanti."

Dona tersenyum mengejek pada Dinda. Serasa dirinya telah menang untuk pertama kalinya.

Tanpa di sangka-sangka, Dona berbalik dan mendorong Dinda hingga terhantuk ke pohon di dekatnya.

"Arrrggghhh...." Dinda memekik.

"Dinda.." Bella terkejut.

"Dona, kau ini apa-apaan. Kekanak-kanakan sekali." nyonya Clarissa menegur Dona.

"Dona hanya membalas perbuatannya saja." tanpa rasa takut sedikitpun Dona malah mentertawakan Dinda yang kesakitan.

"Mbak Bella perutku sakit sekali."

"Kenapa dengan perutmu Dinda?"

Dinda meraung kesakitan memegangi perutnya.

"Hah darah!!" Bella panik ketika melihat darah yang mengalir di pangkalan paha Dinda.

Dinda yang juga panik melihat darah langsung tidak sadarkan diri.

"Dinda...." semua orang panik. Begitu juga dengan Dona.

Bak mendapatkan obat mujarab dari langit, tuan Arjun yang mulanya sakit pinggang langsung reflek berlari saat mendengar Dinda tidak sadarkan diri.

Berlari secepat yang ia bisa ke paviliun Dinda.

Hampir semua orang berkumpul di sana. Nike, Bella, Dona dan nyonya Clarissa.

"Pelan-pelan leh.." nyonya Clarissa mencoba memperingatkan tuan Arjun Saputra yang tampak panik itu.

"Apa yang terjadi padanya bu? Dia hanya pamit ingin beristirahat karena lelah. Lantas mengapa tiba-tiba sampai tidak sadarkan diri begini." tanya tuan Arjun Saputra. Kalau itu menyangkut soal Dinda, maka dia tidak akan tinggal diam.

Menatap ke semua orang yang bungkam dan menunduk "Apakah kalian semua tuli? Apa yang terjadi pada Dindaku!!"

"Arjun, putraku tenanglah leh. Dinda juga sedang di tangani oleh dokter."

Saat tuan Arjun Saputra mulai kehilangan kesabaran karena tidak mendapatkan jawaban, Daniar mendadak keluar dengan baskom air yang berwarna merah.


Load failed, please RETRY

每周推薦票狀態

Rank -- 推薦票 榜單
Stone -- 推薦票

批量訂閱

目錄

顯示選項

背景

EoMt的

大小

章評

寫檢討 閱讀狀態: C83
無法發佈。請再試一次
  • 寫作品質
  • 更新的穩定性
  • 故事發展
  • 人物形象設計
  • 世界背景

總分 0.0

評論發佈成功! 閱讀更多評論
用推薦票投票
Rank NO.-- 推薦票榜
Stone -- 推薦票
舉報不當內容
錯誤提示

舉報暴力內容

段落註釋

登錄