"Sekarang ini aku akan memberikan magic penahan dingin kepada kalian semua, 'Protection Energi Ice'. Cepat pergi dan beritahukan kepada setiap orang di desa, dan hindari melakukan kontak dengan es."
"Aku juga akan membantu memberikan magic."
"Tolonglah! Kalau begitu, Crusch mari berpisah, jika ada seseorang yang berada dalam situasi darurat, segeralah berikan magic penyembuhan!"
Crusch dan Shasuryu mulai memberikan magic pertahanan kepada lizardmen yang tidak terkena.
Zaryusu tetap di atas dinding lumpur, dan melihat ke posisi musuh dengan mata tajam, memastikan untuk menangkap setiap gerakan musuh. Sangat penting untuk melaksanakan tugas yang diberikan kepadanya oleh sang kakak dengan sempurna.
"Hey ho."
Zenberu yang memanjat ke samping Zaryusu memberikan tatapan santai ke posisi musuh.
"Kamu harus sedikit santai. Kakakmu mengharapkan pengetahuanmu ya kan? Meskipun kamu melewatkan sesuatu, dia tidak akan menyalahkanmu. Hal yang lebih penting adalah untuk tidak terlalu terpaku padanya, dan akhirnya mempersempit pandangan."
Zenberu dengan suara santai memberikan peringatan tajam kepada Zaryusu.
Sama seperti ketika bertarung melawan Lich, setiap orang harus bekerja sama dan membagi tugas, dan fokus dengan peran mereka untuk bisa menggunakan kemampuan mereka yang terbaik.
Zaryusu mengamati sekeliling dan menemukan lizardmen kelas warrior juga kelihatannya telah memanjang ke atas dinding lumpur untuk mengamati musuh. Benar, dia disini tidak untuk bertarung sendirian, tapi bertarung bahu membahu dengan setiap orang.
Kelihatannya dia yang telah menyaksikan kekuatan yang luar biasa - magic - menjadi gemetar.
Zaryusu menghembuskan sebuah nafas besar, seakan ingin menyingkirkan kekhawatiran dalam dirinya dalam sekali hembusan.
"Maaf."
"Tidak ada yang perlu untuk minta maaf."
"....Benar sekali, karena kamu, Zenberu, juga ada disini."
"ha, jangan melihatku untuk masalah yang berhubungan dengan berpikir."
Keduanya tertawa sama-sama, lalu melanjutkan mengamati gerakan musuh.
"Namun, itu benar-benar monster sejati."
"Yeah! Pada dasarnya dia berada di level yang sama sekali berbeda..."
Maharaja Kematian membuat sikap yang angkuh bak raja, dan dengan sombong pula menatap ke arah Zaryusu dan desa mereka. Tubuh yang seharusnya kecil itu terlihat membesar sepuluh kali ukurannya.
"...Dia pasti yang disebut dengan Supreme One."
"Pasti tidak salah lagi, selain itu, aku sangat berharap tidak ada lagi yang lainnya dan cukup kuat untuk merapal magic yang bisa membekukan seluruh danau."
"Benar sekali, dan aku juga berharap demikian. Di mata monster yang bahkan mampu membekukan danau, kita lizardmen tidak lebih daripada semut. Ah~ Sayang sekali! Kita tidak lebih dari serangga kecil. Ngomong-ngomong... ada gerakan."
Magic Caster yang membekukan danau mengangkat tangan yang tidak membawa tongkat, dan memberikan lambaian ke arah desa. Tindakan ini seperti sebuah perintah - Zaryusu merasa seperti itu, dan dalam gerakan selanjutnya menerima bukti yang menakutkan itu.
"Oh oh oh oh!"
Suara tersebut datang dari berbagai arah dari dalam desa.
"Apa yang... itu! Apa sebenarnya itu?!"
Setelah Zaryusu, yang berdiri disini percaya bahwa tidak ada lagi yang bisa membuatnya terkejut, melihat pemandangan di depan matanya, secara refleks memberikan tangisan yang menderita.
Apa yang muncul di depannya adalah patung raksasa dengan dua kaki dan dua lengan yang terlihat seperti muncul begitu saja dari batu.
Di bagian dadanya ada cahaya merah yang terlihat seperti detak jantung. Dengan tangan yang tebal dan kaki yang gemuk dan pendek, bentuk badannya yang gagah bahkan sedikit imut, begitulah, jika dia tidak memiliki tinggi lebih dari tiga puluh meter.
Figur batu raksasa semacam ini tiba-tiba muncul dari dalam hutan. Menyebutnya ilusi kenyataannya lebih mudah untuk diterima.
Figur batu tersebut perlahan bergerak, dan mengangkat batu yang sangat besar entah dari mana.
Dan lalu melemparkannya.
Zaryusu tanpa sadar menutup matanya. Tidak diragukan lagi, semua yang beradu dengan batu besar itu tidak akan bertemu apapun kecuali kematian mutlak.
Di dalam kegelapan, Zaryusu mendengar suara gerakan orang terkejut, dan suara benturan yang luar biasa sampai kepadanya. Bahkan dinding lumpur bergetar keras.
Ini diikuti dengan suara hujan deras - suara dari kerikil yang memantul karena terjatuh ke tanah, dan suara kaget baik yang dewasa maupun anak-anak dari desa.
Meskipun dia sudah terbiasa dengan kematian, dirinya masih tidak bisa mentolerir menghadapi pemandangan horror yang jauh diluar bayangannya. Pelajaran mengagetkan beberapa saat yang lalu bahkan membuat mereka yang bertarung dengan penuh semangat kemenangan di perang yang sebelumnya berteriak seperti anak kecil.
Menenangkan diri dengan kenyataan bahwa dia masih hidup, Zaryusu menghembuskan nafas dan menenangkan dirinya. Setelah dengan hati-hati membuka mata, apa yang dia lihat dan terpantul di matanya adalah pemandangan pasukan undead yang mulai bergerak, dan figur patung batu yang sudah tak terlihat lagi.
Di tanah basah antara dua pasukan itu ada batu raksasa yang sebelumnya tidak ada. pasukan undead mendekat ke batu tersebut, mengangkat perisai mereka menjadi rata di atas kepala sebelum berlutut. Skeleton lain melompat ke atas perisai yang terangkat tersebut, dengan tangkas mempertahankan keseimbangan mereka, lalu seperti skeleton yang ada di bawahnya, juga mengangkat perisai mereka sendiri.
Saat ini, Zaryusu mengerti apa yang dilakukan musuhnya dan, seakan tersambar petir, dia mulai gemetar.
"Jangan-jangan...tangga? Kelihatannya bahkan pasukan seperti dalam mitos hanya digunakan sebagai tangga!"
Skeleton-skeleton tersebut mendekati batu besar dengan kecepatan yang abnormal - dan tangga yang terbuat dari unit pasukan undead akhirnya selesai.
Selanjutnya, pasukan undead lainnya juga mulai bergerak. Undead ini bahkan lebih menakjubkan kelihatannya dariapda skeleton tadi, dan jumlahnya sekitar seratus. Di tangan mereka ada tombak dengan selembar kain yang menempel, seperti tombak yang digunakan oleh penunggang kuda.
Kain merah terang - seluruh bendera di tombak itu memiliki satu emblem.
Undead tersebut memakai jubah yang berkibar terkena angin, dan melangkahkan kaki mereka ke tanah basah satu persatu secara serempak, bergerak maju tanpa suara sambil membuat es di bawah kaki mereka hancur. Gerakan ini diikuti oleh kelompok lain dari skeleton-skeleton yang juga memasuki wetland secara serempak. Kelompok kedua mempertahankan jarak yang sama dari kelompok pertama sebelum berhenti dan menyilangkan tombak-tombak mereka dengan skeleton di sisi lainnya.
Tombak yang bersilangan membentuk sebuah jalan yang langsung menuju ke batu besar.
"....Apakah itu jalan bagi sang Maharaja?"
Zenberu benar.
Magic Caster 'kematian' melangkahkan kaki ke jalan yang dibuat oleh undead-undead itu, dan mengikuti di belakangnya banyak tokoh yang terlihat muncul entah darimana.
Yang memimpin di jalan tersebut adalah seorang magic caster yang kekuatan sebenarnya telah mencapai ketinggian yang tidak terduga.
Di tubuhnya dia memakai changpao hitam legam, gelap sekali seakan kain tersebut baru saja dipotong dari gelapnya malam, dan di tangannya di menggenggam sebuah tongkat yang mengeluarkan aura hitam. Aura yang memancar tersebut tampaknya membentuk ekspresi manusia yang sedang kesakitan, yang runtuh dan menghilang. Bahkan di bawah tudung tersebut terdapat tengkorak, dengan lubang mata yang kosong dan hanya ada sebuah cahaya merah kecil pada masing-masing lubang itu.
Musuh mengenakan aksesoris magic tak terhitung jumlahnya yang benar-benar di luar pemahaman dari Zaryusu, dan berjalan ke depan dengan kecepatan yang setara dengan seorang raja.
Ada seorang wanita berbaju putih yang mengikuti di belakangnya. Meskipun dia memiliki penampilan seperti manusia, ada satu area tertentu yang membedakannya dari manusia. Yaitu, sayap yang menempel di tubuhnya pada area pinggang.
"Wanita itu jangan-jangan.... devil?"
Devil.
Demon adalah mereka yang menggunakan kekerasan untuk membawa kehancuran, dan devil adalah mereka yang menggunakan kecerdasan mereka untuk membawa kerusakan moral. Wujud-wujud dari dunia lain ini yang berkumpul dikenal dengan demon. Dikatakan bahwa mereka adalah monster-monster mengerikan yang hanya ada untuk memusnahkan seluruh makhluk berakal dan makhluk hidup yang baik. Mereka juga memiliki persamaan kata dengan 'evil'.
Zaryusu pernah mendengar tentang demon selama perjalanannya.
Dia telah mendengar bagaimana menakutkannya demon itu. Dikatakan bahwa dua ratus tahun yang lalu, makhluk yang disebut sebagai raja demon - Demon God - telah memimpin demon di bawah panji-panjinya, dan hampir memusnahkan seluruh dunia.
Demon God telah bertemu ajalnya di tangan tiga belas pahlawan yang telah menghabisinya, dan di tempat tertentu masih bisa dilihat bekas-bekas pertempuran itu.
Jika undead bisa dibayangkan sebagai makhluk yang membenci makhluk hidup, maka demon adalah makhluk yang menyiksa makhluk hidup.
Sepasang Dark Elf kembar mengikuti di belakang demon tersebut, dan di belakang mereka ada gadis berambut perak. Bukan hanya itu, ada juga makhluk yang aneh mengambang di udara, dan terakhir ada pria seperti manusia dengan ekor panjang.
Meskipun makhluk aneh tersebut memberikan kesan bahwa dia tidaklah kuat, sebuah tatapan dari masing-masing yang lainnya bisa membuat ekor mulai gemetar. Insting liarnya memperingatkan dirinya dengan ganas, berkata bahwa sangat penting untuk segera kabur dengan kecepatan penuh.
Barisan itu berjalan ke depan tanpa bersuara, lewat di bawah tombak-tombak bendera, dan menaiki tangga yang menuju batu besar. Tanpa ragu, mereka menginjak pasukan undead, dan berdiri di atas batu besar seperti bangsawan. Maharaja Kematian, yang berjalan di depan, mengulurkan tangannya dan memberikan lambaian.
Selanjutnya, sebuah kursi singgasana dengan sandaran yang tinggi dan memancarkan cahaya hitam muncul, Maharaja Kematian langsung duduk di atasnya.
Mereka yang berjalan di belakangnya, yang seharusnya adalah orang-orang kepercayaannya, membentuk sebuah barisan, dan seakan menunggu sesuatu mereka melihat ke arah desa. Namun selain itu, mereka tidak membuat gerakan lain apapun.
Situasi macam apa ini?
Beberapa lizardmen saling melihat satu sama lain tidak tenang, dan akhirnya memutuskan yang paling pintar dari mereka untuk membuat penilaian.
"...To..Tolong katakan pada kami, apa yang harus kami lakukan, Zaryusu-sama? Apakah kita harus bersiap-siap untuk kabur?"
Ucapan ini telah menyingkirkan niat untuk bertarung. Ketidak berdayaan mereka dan ekor yang terkulai lemas sudah cukup menunjukkan apa yang mereka rasakan di dalam diri masing-masing.
"Tidak, itu tidak perlu. Pikirkan tentang Lich yang sebelumnya. Musuh kita adalah seorang magic caster yang sejauh ini jauh lebih kuat dari Lich itu, dan membuat sebuah serangan di jarak ini seharusnya adalah mainan baginya. Hal yang menakutkan adalah... Kalimat macam apa yang ingin dia sampaikan pada kita."
Lizardmen menunjukkan ekspresi setuju.
Selama beberapa waktu, tatapan Zaryusu tetap terfokus pada barisan orang-orang yang mendekatinya. Seperti rakyat yang melihat rajanya, dia tidak berhenti mengamati makhluk-makhluk kuat yang berdiri di atas batu besar tersebut.
Ini agar dia tidak memberiarkan informasi apapun luput dari perhatiannya.
Ketika jarak di antara mereka semakin dekat, dia sudah bisa membuat pengamatan yang sangat detil, dan bisa jadi mereka sudah cukup dekat untuk saling bertukar tatapan.
Apakah Maharaja Kematian yang duduk di singgasana itu sedang mengamati lizardmen? Penampilan luar dari Dark elf tidak menunjukkan niat yang memusuhi, gadis berambut perak mengeluarkan ekspresi mengejek, tatapan lembut para demon itu telah membuat bulu-bulu bergidik, benar-benar tidak mungkin untuk bisa melihat apakah makhluk aneh itu sedang berniat sesuatu, dan pria yang memilik ekor tidak menunjukkan emosi apapun di matanya.
Setelah bertukar pengamatan seperti ini beberapa saat, Maharaja Kematian sekali lagi mengangkat tangan yang tidak memegang tongkat dengan lembut ke area dadanya. Beberapa lizardmen yang melihat tindakan ini ekornya meliuk-liuk dengan kuat