...
"Entahlah, tolong beritahu aku."
Menjawab pertanyaan Ainz, pemilik itu mengangkat alisnya dan menunjukkan sisi intimidasi:
"Gunakan otakmu! Ataukah didalam helm mencolok itu kosong?"
Bahkan setelah mendengar suara keras dan tidak sabar dari pemiliknya, Ainz tetap tidak bergeming.
Dia dengan tenang mengacuhkannya dan menganggapnya seperti kemarahan anak kecil karena pertempuran beberapa hari yang lalu.
Setelah pertempuran, dan informasi yang dia dapatkan dari tawanan, Ainz mengerti sekuat apa dia.
Itulah kenapa dia tidak ingin gelisah setelah dibentak seperti itu.
Si pemilik sedikit terkejut dengan reaksi Ainz:
"..Kamu punya nyali sekali.. Kebanyakan petualang yang tinggal disini memiliki medali tembaga atau besi. Bahkan jika kamu bertemu seseorang pertama kalinya, kamu bisa membentuk kelompok petualang jika kemampuanmu kira-kira sama. Itulah kenapa tempatku sangat cocok bagimu untuk menemukan teman seperjalanan yang cocok dengan kemampuanmu saat ini..."
Mata pemilik menyala sesaat:
"Kamu bisa tidur di kamar seperti yang kamu inginkan, tapi kamu takkan mendapatkan teman seperjalanan tanpa menggunakan pokok yang sama. Jika kamu tidak ingin membentuk kelompok yang seimbang, kamu akan tewas jika melawan monster-monster. Orang baru tanpa rekan menunjukkan dirinya di tempat sesak seperti ini. Aku akan tanya sekali lagi, kamu ingin ruangan umum atau doble room?"
"Double room. aku akan melewatkan makananya."
"Tch, mengabaikan niat baikku.. Atau apakah kamu pikir kamu adalah orang spesial dan armor seluruh tubuhmu yang mencolok itu bukan hanya untuk tontonan? Lupakan saja, semalam adalah 7 koin tembaga. Bayar dimuka, tentu saja."
Pemilik itu segera mengulurkan tangannya.
Di bawah tatapan mata setiap orang. Ainz mulai berjalan menuju dia dengan Narberal mengikutinya di belakang -- ketika tiba-tiba sebuah kaki menjuluk dan menghalangi langkah Ainz.
Ainz berhenti, hanya menggerakkan tatapannya kepada orang yang menjulurkan kakinya.
Orang itu menunjukkan seringaian yang menjengkelkan. orang lain di meja yang sama juga melakukan hal yang sama, menatap Ainz atau Narberal.
Pemilik dan pelanggan lain diam saja dan tidak ikut campur.
Semuanya terlihat tidak berbeda, tapi mereka sebenarnya ingin melihat pertunjukan bagus, dengan beberapa dari mereka melihat seluruh pemandangan itu dari dekat.
"Well, well..."
Ainz menghela nafas pelan karena tersinggung dan dengan lembut menendang kaki itu.
Orang yang terlihat menunggu tindakan ini berdiri. Karena dia tidak mengenakan armor, ototnya yang besar di bawah kaosnya sangat mudah terlihat. Sebuah kalung menggantung di sekeliling lehernya, berayun pada setiap gerakannya. Sama seperti yang dipakai Ainz, tapi yang terbuat dari besi bukan tembaga...
"Hey, hey, itu sakit."
Pria itu mengancam Ainz dengan suara tajam dan mendekatinya pelan-pelan.
Dia mengenakan sarung tangan ketika dia berdiri dan bagian logamnya berbunyi saat dia mengepalkan tangannya.
Pria ini sebesar Ainz dan mereka berdiri sedikit terlalu dekat untuk mencari keributan saat mereka saling menatap satu sama lain.
Ainz menerima ancamannya:
"Ternyata begitu. Pandanganku agak buruk karena penutup kepala ini, jadi aku tidak melihat kakimu di depanku. Atau mungkin aku tidak tahu kakimu karena terlalu pendek.. Itulah alasanku, maukah kamu memaafkanku?"
"..Sialan."
Ejekan Ainz membuat pria itu menatap dengan bahaya, tapi ketika dia menolehkan pandangan untuk melihat Narberal yang berdiri di belakang Ainz, tatapannya terpaku padanya:
"Kalian adalah orang yang menjengkelkan.. tapi aku adalah orang baik. Aku akan memaafkanmu jika kamu meminjamkan wanita itu semalam saja."
"Ke, kekeke."
Ainz tertawa dingin, menahan Narberal yang ingin menghajar pria itu.
"..Apa yang kamu tertawakan?"
"Bukan apa-apa, hanya saja kamu mengatakan ucapan klasik yang cocok sebagai kelompok penjahat, yang membuatku tertawa, jangan khawatir tentang itu."
"Huh?" Wajah pria itu berubah merah karena marah.
"oh, sebelum kita mulai aku ingin bertanya: Apakah kamu lebih kuat dari Gazef Stronoff?"
"Huh? Kamu ngomong apa?"
"Ternyata begitu, aku bisa melihat dari reaksimu. Aku bahkan tak perlu menggunakan kekuatanku untuk bermain denganmu -- lalat."
Ainz menggenggam dada pria ini dan mengangkatnya tinggi dalam sekejap.
Pria itu tidak bisa mengelak atau menahan, berteriak "Whoa!" karena kaget. Orang-orang yang melihat pemandangan itu menjadi gaduh.
Seberapa kuat lengannya jika dia bisa mengangkat seorang pria dewasa? Semuanya yang hadir bisa membayangkan seberapa kuat dia agar bisa melakukannya.
Kaki pria itu menendang sia-sia saat gelombang teriakan dan terkejut datang dari kerumunan.
Ainz melemparnya dengan pelan.
Tapi 'pelan' itu relatif bagi Ainz.
Pria itu hampir mengenai atap saat dia terbang dan mendarat dengan keras di lantai kayu kedai itu.
Suara tubuh yang bertubrukan, sesuatu seperti meja yang pecah, kayu yang patah dan erangan kesakitan dari pria itu menggema di dalam ruangan.
Kedai itu menjadi terdiam seakan kaget oleh erangan. Tapi--
"Hya-----!"
--Wanita yang duduk di meja berteriak agak telat. Itu adalah teriakan seakan bencana datang dari langit.
Tidak, Itu adalah hal biasa jika berteriak seperti seperti saat seorang pria tiba-tiba jatuh dari langit, tapi selain dari rasa terkejut tercampur dalam teriakan itu.
"..Jadi, apa yang inging kalian lakukan? Kalian bisa datang kepadaku sama-sama agar tidak menyusahkanku? Membuang waktu karena hal ini adalah hal yang bodoh."
Ainz memancing orang-orang yang satu meja dengan si pembuat masalah, dan teman-temannya mengerti arti dari kalimat itu dan menurunkan kepala mereka:
"Ah? Ehh! Teman kami sudah menyinggungmu! Kami minta maaf atas hal itu!"
"..Okay, aku akan memaafkanmu. Tidak masalah, tapi pastikan kalian membayar meja itu kepada pemilik."
"Pasti, kami akan memberikannya penuh."