Yuyun dan Nely, yang melihat Alisya melenggang menuju ke aula dengan cepat berlari dan menghadangnya untuk menghambat langkah Alisya.
"Apa mau kalian?" Alisya merasa ada sedikit tekanan dibalik tindakan mereka.
"Lihat ini!" Nely menyodorkan sebuah gambar dari Handphonenya kepada Alisya.
Melihat itu, Alisya hampir saja ingin melempar HP itu kewajah Nely, yang menatapnya dengan angkuh. Tapi Alisya mengurungkan niatnya dan menggenggam erat HP itu sambil mengikuti langkah dari kedua wanita bengis itu.
Alisya paham betul keinginan mereka, sehingga ia berusaha tenang mengikuti langkah mereka meski sebenarnya acara penghargaan akan dimulai lima belas menit lagi, sehingga saat kedua wanita itu mencegatnya tidak ada satupun yang melihat karena semuanya sudah berada di dalam aula.
Setelah merasa sudah berada di tempat yang cukup tersembunyi, HP yang berada di tangan Alisya segera berbunyi dan terlihat nama Miska dipanggilan itu.
"Halo... " Suara dingin Alisya siap menerkam Miska, yang berada diseberang telpon.
"hahahaaha... Santai saja sayang..." Miska tertawa mengejek Alisya.
"Apa maksudnya semua ini?" tanya Alisya dingin.
"Oh ayolah.. Kau tau apa maksudku yang sebenarnya." Ucap Miska sinis.
"To the Point!!!" Alisya yang menggertakkan giginya membuat Nely dan Yuyun, tersenyum jahat.
"Kau benar tak suka banyak biacara!" Miska tertawa sejenak. "Karin akan aku lepaskan, jika kamu tidak menghadiri acara hari ini." Ancamnya dengan tegas, dan langsung mematikan telponnya menandakan bahwa tidak ada negosiasi dalam hal ini.
Alisya benar-benar marah dan langsung meninju tembok sehingga HP yang berada di tangannya ikut retak. Darah mengalir deras di tangannya, membuat Nely dan Yuyun hanya semakin tertawa terbahak-bahak melihat tingkah Alisya, yang menunjukkan kemarahannya.
"Percuma kau menghancurkan Handphoneku, karena aku bisa membeli dua bahkan sepuluh lusin barang seperti itu." Nely menatap jijik Alisya.
"Kalian akan menanggung akibatnya jika terjadi sesuatu kepada Karin." Alisya menatap keduanya tajam menusuk, membuat keduanya sedikit takut karena aura wajah Alisya, yang tampak tak biasa.
"K.. Kau harusnya melihat posisimu sendiri!!!" Bentak Yuyun gagap, takut oleh aura mengintimidasi yang dikeluarkan oleh Alisya.
Keduanya pergi dengan senang, menuju ke Aula meninggalkan Alisya, setelah menabraknya dengan keras.
Alisya bisa saja membalas keduanya tapi berusaha menekannya mengingat Karin, yang sedang dalam bahaya. Ia tidak yakin harus memilih yang mana, Alisya tau betul kalau Karin tidak akan terima jika dia melanggar perjanjiannya dengan Ayahnya dan lebih memilih untuk mendengarkan ancaman murahan yang diberikan oleh Miska. Tapi jika dia memilih untuk tidak menghadiri acara itu, maka Miska akan dengan mudah menindasnya dan memanfaatkannya dikemudian hari. Bagi Miska ini mungkin hanya sebuah permulaan saja, tapi mereka tidak tau kalau bisa saja ini adalah akhir dari kehidupan mereka.
Alisya berpikir dengan sangat keras dan berjalan dengan lunglai hingga datang Rinto dan Yogi, menghampirinya setelah lelah mencari Alisya diseluruh sekolah.
"Kami mencarimu kemana saja! Apa yang kamu lakukan disini?" Tanya Yogi dengan terengah-engah.
"Aku punya pesan untukmu dari Karin." Ucap Rinto cepat, tanpa memberi kesempatan Alisya untuk menjawab. "Pergilah, lalu selamatkan Aku!" Ucapnya membacakan pesan Karin pada Alisya.
"Itu ada dipesan terakhirnya, yang dikirimkan padaku. Awalnya aku tidak mengerti, tapi setelah melihat note to Ali akhirnya aku paham apa itu." tambahnya lagi setelah mengambil nafas panjang.
Sadar bahwa Alisya menahan sakit sejak mereka menghampirinya. Rinto dan Yogi mundur sejauh mungkin secara perlahan dan berusaha menahan nafas lalu menenangkan diri mereka, agar bisa mengatur nafas mereka dengan baik.
Yogi dengan cepat mengambil Hadphone miliknya yang besar dan memasangkannya ke telinga Alisya yang meringis dalam diam. "Apakah kau baik-baik saja?" Yogi berusaha mengeluarkan suara sepelan mungkin setelah melihat Alisya mulai tenang.
"Apa yang terjadi? Kenapa kau tidak memakai peredam suaramu?" Rinto bertanya dengan wajah yang sangat cemas.
"Dua iblis itu sepertinya mengambil alatku sewaktu menabrakku tadi." Alisya menahan nafas sewaktu mengeluarkan suara dengan berat.
Rinto dan Yogi paham siapa yang di maksud Alisya, karena dua orang itulah yang mereka lihat keluar dari tempat itu dengan tertawa jahat, sehingga memberi mereka petunjuk kalau Alisya juga berada di tempat yang sama.
"Apa yang akan kamu lakukan?" Rinto tidak yakin dengan keputusan Alisya.
"Apa kau punya penyumbat telinga yang lebih tebal dari ini? " Alisya melenguh menunjuk Hadphone di telinganya.
Yogi paham maksud dari Alisya.
"Aku akan mencarikannya untukmu di UKS secepatnya." Yogi segera berjalan menjauh dan berlari dengan cepat ketika merasa jaraknya sudah cukup.
"Kamu bisa berjalan? Waktu kita tinggal lima menit lagi, jadi kita harus berada disana secepatnya." Rinto mengingatkan dan ingin membantu, tapi tak berani menyentuh tubuh Alisya.
Alisya mengangguk dan mulai berjalan gontai, menahan sakit di kepala yang menjalar keseluruh tubuhnya. Rasa khawatir terhadap Karin, membuatnya merasakan sakit dua kali lipat dari yang dirasakannya sebelumnya.
Adith yang memberi batasan jika dalam waktu sepuluh menit acara dibuka Alisya tak kunjung muncul, maka ia akan meninggalkan acara tidak peduli sekalipun presiden akan tiba pada acara intinya.
Alisya, Rinto dan Yogi tiba bersamaan di depan pintu aula Kompleks elit. Acara sudah berlangsung selama sepuluh menit, setelah sebelumnya dari kejauhan presiden sudah memasuki aula tepat sebelum kedatangan mereka bertiga. Alisya terkejut tak percaya melihat rombongan presiden yang memasuki aula.
Alisya membiarkan rombongan itu terlebih dahulu memasuki aula. Masuknya rombongan itu membuat Miska dan yang lainnya menyunggingkan senyum tanda kemenangan mereka. Mereka yakin bahwa Alisya tidak akan datang dan menghancurkan acara ini sehingga dengan begitu, Miska kemungkinan besar bisa saja menggantikan posisi Alisya, mengingat dialah pemenang kedua dalam presentasi lalu. Dengan kata lain dia dan Zein akan menggantikan posisi Adith dan Alisya. Terlebih lagi ketika Ia melihat Adith berdiri meninggalkan Aula.
"Aku tidak yakin ini cukup untukmu." Yogi menyodorkan dua buah buntalan kecil halus yang terbuat dari kain.
"Ini cukup!!!" Alisya meyakinkan.
Baru saja ia ingin membuka pintu dan masuk, pintu itu sudah terbuka dengan sendirinya dan tampak Adith berdiri dihadapan mereka.
Suara MC dari kejauhan sudah terdengar memanggil mereka berdua membuat Adith tidak sempat bertanya apapun, namun langsung menarik Alisya menuju panggung.
Dari Jauh, Alisya tampak yang berjalan dengan santai dan tenang. Ia tidak sebanding dengan kemewahan Adith, namun tetap mempesona dalam kesederhanaanya. Rambutnya terurai rapi mengalun, yang ujungnya menepuk lembut pinggangnya. Pemandangan ini membuat Adith menyunggingkan senyum menatap Alisya. Ia yakin bahwa Alisya adalah Batu intan tersembunyi yang masih butuh dipoles untuk bisa memperlihatkan kecantikan alaminya. Untuk sejenak ia lupa akan amarahnya yang sejak tadi sudah menguasainya.
Melihat Alisya yang hadir pada acara itu sontak saja membuat Miska berdiri tak percaya kalau Alisya mengabaikan ancamannya dan berani hadir di panggung itu. Terlebih lagi dia dengan santainya berjalan diiringi oleh Adith, membuatnya semakin mengeram dalam diam. Matanya terbelalak penuh Emosi.