Hening.
Suasana di dalam mobil Rexan benar-benar dingin dan begitu mencekam. Sedari tadi, Rexan hanya memperhatikan jalan tanpa mengeluarkan perkataan apapun dari mulutnya.
Chelsea menoleh sekilas ke arah Rexan, ingin mengucapkan sesuatu, namun niatnya itu kembali ia urungkan.
Kenapa tiba-tiba Ken bisa muncul disana sih? Kenapa bisa-bisanya dunia yang luas ini aku harus dipertemukan kembali oleh... Ken? Batin Chelsea.
Gadis itu mengeratkan kedua tangannya, sesekali ia menggosok-gosokkan kedua tangannya agar lebih merasa hangat. Rexan yang menyadari hal itu, langsung menepikan mobilnya kemudian melepaskan jas yang sedang dikenakan olehnya dan memakaikannya pada istrinya itu.
"Ak—aku gak apa-apa, Rex." Chelsea terkejut dengan perlakuan Rexan barusan terhadapnya.
Lagi-lagi laki-laki itu hanya terdiam. Tak menggubris perkataan Chelsea dan tetap fokus untuk memastikan agar wanitanya itu sudah tidak kedinginan lagi. Rexan juga mengatur suhu dalam mobilnya agar Chelsea merasa lebih hangat kemudian tanpa basa basi, ia kembali menjalankan mobilnya kembali.
Chelsea menarik nafasnya dalam-dalam.
Rexan marah padaku?
Apa Rexan mau memaafkan aku?
Lantas... bagaimana membuatnya agar tidak lagi marah kepadaku?
Itulah tiga pertanyaan yang ada dalam benak Chelsea saat itu.
Saking asiknya larut dalam lamunannya, tanpa sadar ia telah tiba di rumah.
"Ayuk turun, udah sampai," kata Rexan pada Chelsea, kemudian laki-laki itu lebih dahulu untuk keluar dari dalam mobilnya.
Mereka berdua pun masuk ke dalam rumah. Dilihatnya punggung suaminya itu karena Rexan telah lebih dahulu masuk ke dalam rumah. Gak bisa begini terus, aku harus kasih penjelasan ke Rexan biar makin gak salah paham. batin Chelsea.
"Tunggu Rex!" Pekik Chelsea. Langkah kaki Rexan begitu saja saat mendengar hal itu. Tubuh Rexan langsung memutar seratus delapan puluh derajat hingga kedua mata mereka bertemu. "Ada yang mau aku omongin tentang—"
Rexan mendekati wanitanya itu, kemudian memegang kedua pipinya. Laki-laki itu tersenyum tipis, "Kamu bersih-bersih dulu gih. Jangan lupa pakai air hangat ya," katanya.
"Ta—tapi Rex, kamu sama sekali belum dengerin penjelasan aku soal—"
"Aku ke ruang kantor dulu, ada berkas yang harus aku liat untuk meeting besok," kata Rexan. Laki-laki itu pun segera pergi dari hadapan Chelsea.
Tes.
Tanpa sadar, air mata gadis itu turun membasahi pipinya. Kenapa jadi seperti ini? Kenapa Rexan justru menghindar dan sama sekali gak mau denger penjelasanku soal Ken? batin Chelsea.
===
@ Ruang Kantor Rexan
Rexan menyenderkan punggungnya pada kursi. Lagi-lagi ia menghela nafas panjang.
"Bego Rex bego!" Kata Rexan. "Kenapa bisa-bisanya lo bersikap kayak gitu sama Chelsea? Kenapa Rex? Dasar bodoh!" umpatnya pada dirinya sendiri.
Kedua tangannya mengusap kasar wajah miliknya.
"...atau ini yang namanya cemburu?"
===
Tok tok tok...
Pintu kamar Chelsea diketuk, dari balik pintu ia melihat Rexan masuk ke dalam kamarnya sambil membawa segelas susu.
"Minum dulu susunya," kata Rexan pada Chelsea yang sedang duduk di kursi meja rias kamarnya.
Chelsea tersenyum kecil, "Makasih Rex," katanya.
Rexan mengangguk pelan, "Kalau begitu aku keluar dulu—"
"Rex, ayo kita ngobrol baik-baik, soal Ken... dia sebenarnya mantanku, udah lama banget. Tapi aku udah gak ada hubungan apa-apa lagi sama dia, aku sendiri pun juga gak tau kenapa dia bisa datang ke acara kamu," Chelsea berusaha untuk menahan air matanya. "Maaf... aku udah buat kamu marah. Aku gak mau kamu marah sama aku, aku sayang kamu, Rex. Apa kamu—"
Tanpa basa basi Rexan tersenyum ke arah Chelsea dan langsung memeluk gadisnya itu dalam pelukannya. "Sshh... udah udah udah. Aku percaya sama kamu kok. Kamu jangan nangis lagi ya, aku sama sekali gak marah sama kamu beneran." Rexan menghela nafasnya, "Aku cuma... takut kehilangan kamu."
Deg.
Air mata Chelsea semakin menjadi-jadi mendengar ucapan Rexan.
"Loh kok malah makin nangis?" tanya Rexan. "Sayangku... udah ah. Dengerin aku deh, aku itu gak bisa marah, apalagi sama kamu," katanya sambil mengusap air mata yang membasahi pipi Chelsea kemudian kembali memeluk wanitanya itu dengan sangat erat. "Lain kali kamu jangan seperti itu lagi ya."
Chelsea melepaskan pelukannya dari Rexan, "Seperti itu kayak gimana?" tanyanya.
"Memeluk orang lain, apalagi laki-laki lain. Aku gak suka," kata Rexan.
"Kamu cemburu?" Goda Chelsea. "Fix, kamu cemburu."
Rexan mendengus, "Mana ada aku cemburu. Biarin aja mereka ngejar-ngejar kamu, toh pada akhirnya kamu cuma milik aku seorang."
"Ih kamu ngaku deh," kata Chelsea.
Rexan melingkarkan kedua tangannya pada pinggang Chelsea, kemudian ia mencium kening gadis itu. "Yang boleh ngelakuin kayak gini cuma aku."
Laki-laki itu kemudian mencium kedua mata Chelsea. "Yang boleh ngelakuin ini aku."
Lagi-lagi, Rexan mencium kedua pipi Chelsea. "Yang boleh ngelakuin ini juga aku."
Chelsea tersenyum melihat tingkah laku Rexan.
"Dan yang boleh ngelakuin hal ini, cuma aku," kata Rexan. Laki-laki itu menatap kedua mata Chelsea dan kemudian mendekatkan wajahnya pada wajah Chelses hingga bibir mereka bertemu.
Mata mereka mulai terpejam, menikmati cumbuan pada malam itu. Sentuhan bibir Chelsea yang lembut dan entah mengapa membuat Rexan begitu kecanduan.
"Aku mencintaimu, Chels. Sangat mencintaimu." Kata Rexan disela-sela cumbuan mereka.
"Aku juga."
===
Keesokan harinya...
Chelsea mengerjapkan matanya, matanya melihat ke sekelilingnya. Tiba-tiba saja matanya berhenti ke satu arah, kemudian senyum gadis itu mengembang begitu saja.
Ia melihat disebelahnya masih tertidur pulas laki-laki yang ia cintai. Chelsea mendekatkan wajahnya pada wajah Rexan. Gadis itu mengamati dengan teliti setiap inci wajah Rexan, kadang kala memainkan bulu mata Rexan yang rasanya lebih panjang dari pada bulu mata miliknya.
"Sayang, lihat deh wajah papamu. Papamu ganteng banget ya?" tanya Chelsea setengah berbisik pada anak yang ada di dalam perutnya. "Kira-kira saat kamu lahir nanti, kamh mirip siapa ya? Mama atau mirip papamu?" tanyanya.
Lagi-lagi Chelsea mengamati wajah Rexan. "Mama lebih setuju kamu mirip papamu saja, sayang. Kamu tau gak, papamu itu bukan hanya ganteng saja, tapi ia juga pekerja keras dan bertanggung jawab. Mama pengen banget kamu mewarisi sifat papamu itu," katanya.
"Sudah puas melihat wajahku?" tanya Rexan.
Chelsea tersentak kaget pada Rexan yang tiba-tiba terbangun dari tidurnya. "Ka—kamu dari tadi udah bangun? Kenapa kamu— udah ah, aku mau masak dulu."
Rexan tersenyum melihat ke arah Chelsea, kemudian ia segera menarik tangan gadis itu, menahan agar gadisnya itu tak pergi kemana pun dan membawanya pada pelukan Rexan lagi.
"Rex...?"
"Sebentar saja... begini. Biarkan aku istirahat lagi seperti ini... memelukmu," kata Rexan.
Chelsea tersenyum ke arah Rexan dan hanya bisa menuruti kemauan Rexan itu. "Tidur yang nyenyak, Rex. Aku selalu ada disini, di sampingmu... selamanya."
Bersambung...
Creation is hard, cheer me up! VOTE for me!