Lelaki paruh baya bernama Frans itu duduk sembari menghisap rokoknya. Duduk dengan kaki yang dia letakkan ke atas meja. Pikirannya menerawang jauh. Mengingat seorang wanita yang akan selalu dia kenang sepanjang hidupnya. Dia yang lebih dulu kenal. Tapi dia yang harus kalah oleh kakaknya sendiri. 'Cinta tidak bisa dipaksakan, Frans,' kalimat itu selalu terngiang. Seolah keduanya tidak peduli dengan perasaan yang dia rasakan.
Apalagi orangtuanya juga tidak adil padanya. Memberikan padanya hanya sebagian kecil hanya karena dia senang hura-hura dan mabuk-mabukan.
"Kalian tidak pernah adil padaku. Tunggu saja pembalasanku. Sebentar lagi. Yang kemarin itu hanya peringatan. Dan kalian tidak akan pernah tahu apa yang akan aku lakukan ke depannya." seringaian terlihat jelas di wajahnya.
"Permisi Tuan Frans, ada yang ingin bertemu dengan anda." ucap seorang asisten rumah tangga Frans.
"Siapa?"
"Nona Helen, Tuan."
"Suruh saja dia masuk. Apa dia sudah berubah sesuai yang aku inginkan?"