Jasmine menyikat lantai kamar mandi sambil di awasi oleh Bu Ane. Wajah Jasmine terlihat kesal. Ia menyikat dengan malas-malasan.
'Cha Eun Woo gadungan itu, cari mati. Aku membencinya sampai ke ubun-ubun" Katanya sambil memukulkan sikat ke atas closet. Sialnya malah tangan terantuk oleh sikat dan tepian closet. Jasmine memekik kesakitan. Membuat Guru BK Ibu Ane menengok ke dalam kamar mandi.
"Ada apa Jasmine?" Katanya. Jasmine melihat ke arah gurunya sambil meringis. Jemarinya terlihat memar."Tanganku terantuk tepian closet.."
"Makanya kalau kerja hati-hati Lagian Kamu juga sih disuruh minta maaf pada Kakaknya Serena malahan lebih memilih menyikat toilet."
Jasmine terdiam dan kembali menyikat lantai kamar mandi. Tiba-tiba datang Asri dengan temannya Alifia. "Wow..luar biasa, bintang kita yang satu ini. Kamu cocok sekali menjadi seorang caraka (caraka adalah pesuruh sekolah)" Asri bahkan dengan cuex menginjak lantai yang baru disikat Jasmine. Wajah Jasmine menjadi pucat karena marah.
"Lu..Bangs*t Yah..berani benar ngatain gue Caraka." Jasmine lalu bangkit dan berdiri lalu tanpa bisa dicegah dia menampar Asri sampai Asri menjerit keras. Darah segar mengalir dari sudut bibir Asri.
Ibu Ane yang sedang menunggu di luar kaget bukan alang kepalang. mendengar ada jeritan di dalam Ia segera masuk ke dalam toilet dengan tergopoh-gopoh. Lalu Ia langsung menjerit histeris melihat Asri berdiri dipojokan sedang menangis dengan bibir berdarah.
"Masya Alloh, Apa yang sedang terjadi? Asri mengapa bibirmu berdarah??" Ibu Ane langsung memburu Asri.
"Dia menamparku..." Kata Asri sambil menangis.
Mata Ibu Ane langsung mendelik, "Apa lagi yang kamu lakukan?" Ibu Ane mencekal tangan Jasmine.
"Dia mengataiku dengan sebutan caraka" kata Jasmine dengan wajah datar.
"Dia preman wanita, Aku cuma bicara kalau kerjaan dia akan meringankan caraka tapi Aku langsung ditampar. Aku tidak terima. Aku akan meminta pertanggungjawaban kepada walinya. Kalau tidak Aku akan menuntut dia ke pihak yang berwajib atas tuduhan perundungan." Asri yang memang wartawan sekolah itu jelas sangat pintar.
Jasmine sampai tercengang mendengarnya. Perasaan ada yang tidak beres dengan perkataan Asri.
"Sebentar Asri, Coba ulangi lagi kata-kata Elu? Perasaan Elu tadi kagak bilang begitu. Elu bilang Gue cocok menjadi caraka ?"
"Ibu Ane, Jasmine berbohong. Ia membela dirinya sendiri. Aku sama sekali tidak berkata seperti itu. Aku mau pergi. Aku mau divisum saja" Kata Asri sambil melangkah pergi keluar toilet.
Ibu Ane langsung berbalik dan menghardik Jasmine. "Kelakuan Kamu benar-benar tidak bisa di tolerir lagi, Ayo kembali ke BK" Ibu Ane menarik tangan Jasmine dan membawanya ke BK.
"Asri!!! Tunggu!! Ayo ke BK dulu. Jangan langsung di visum" Ibu Ane berteriak. Asri tersenyum licik sebelum membalikkan badannya. "Baiklah Bu Guru"
Alifia terdiam disisi Asri. Ia menatap heran karena Ia tahu pasti bahwa apa yang dikatakan Asri adalah suatu kebohongan. Jelas-jelas Ia tadi memancing emosi Jasmine. Tapi Alifia terdiam. Ia tidak mau berkonfrontasi dengan Asri. Yang posisinya sama terkenalnya dengan Jasmine. Ia adalah tipe siswi kesayangan semua guru. Ia cantik,pintar,kaya dan berprestasi. Ia popular melebihi Serena.
Asri dan Jasmine bagaikan dua sisi hitam dan putih. Jasmine sisi yang hitam sedangkan Asri sisi putih. Asri sangat dikenal guru karena prestasi sedangkan Jasmine karena kenakalannya.
Jasmine sendiri kemudian diam..Ia tahu mau bicara seperti apapun Ia tidak akan dipercayai. Asri bagaikan Dewi di sekolahnya. Ia dikagumi guru dan siswa. Di Ruang BK Rendi dan Ibu Tiara masih berbincang-bincang dengan akrab. Bahkan sesekali mereka tertawa. Wajah Ibu Tiara tampak berseri-seri. Membuat siapapun yang melihat pasti akan mengira kalau dia sedang jatuh cinta.
Asri mengangkat alisnya sambil tersenyum licik. Daritadi Ia menunggu di luar untuk mewawancarai Rendi tapi Ibu Tiara terus menerus mengajak Rendi ngobrol. Asri jadi kesal sehingga Ia lalu pergi ke toilet tempat Jasmine dihukum dan membuat konfrontasi dengannya. Sesuai dugaan, otak Jasmine yang pemarah itu langsung terpancing dan menamparnya. Sialnya Asri tidak menduga kalau tamparan Jasmine begitu keras. Untung giginya tidak rontok. Asri berharap niat yang lainnya juga akan tercapai.
Begitu sampai diruang BK, Asri langsung menangis keras. Rendi dan Ibu Tiara melonjak kaget. "Ada apa? ada apa? Mengapa Asri? "Kata Ibu Tiara sambil memegang tangan Asri.
"Jasmine menamparku hingga berdarah" Kata Asri sambil memperlihatkan pipinya.
"Apa??" Rendi melotot kaget. Asri meliriknya dengan penuh minat.
[ Ya...Tuhan, Benar-benar mirip. Aku tidak tahan lagi. Sudah dua tahun mengidolakan artis ini, baru sekarang Aku melihat seakan-akan dia ada di dunia nyata ] Asri berbisik dalam hatinya.
"Mana Lihat?" Rendi Tanpa sadar memegang tangan Asri dan memutar tubuh Asri agar bisa melihat pipinya dengan jelas.
[Yes..yes..yes...] Asri bersorak dalam hati. Ia mendekatkan pipinya ke arah Rendi. "Coba lihat Kakak, Pipiku bengkak. Rasanya sangat sakit" Asri berkata dengan manja. Matanya dibuat semuram mungkin.
Melihat pipi Asri yang memerah bengkak, Rendi dengan geram langsung melihat ke arah Jasmine. Jasmine menatap ketakutan. Ia takut juga melihat mata Rendi yang menatapnya dengan buas. Tangan Rendi mengepal.
"Ibu Tiara..Apa boleh saya minta pamit dulu. Bagaimana kalau pembicaraan kita lanjutkan besok saja. Saya harus bicara dulu dengan Jasmine berdua. Besok pukul 9 pagi, sebelum saya ke Perusahaan. Saya akan mampir dulu."
Kata Rendi sambil bergetar menahan marah.
Melihat wajah Rendi yang memerah menahan marah, Ibu Tiara tidak berani berkata apa-apa selain menganggukan kepalanya.
"Tapi Pak Rendi, Tadi Asri berkata akan melaporkan Jasmine pada pihak yang berwajib" Ibu Ane berkata
Rendi lalu menatap Asri. Asri mengangkat tangannya.
"Tidak.. tidak seperti itu. Aku memang tadinya akan seperti itu. Tapi asalkan Kakak Mmm.. Rendi mau bertanggung jawab. Aku tidak akan melaporkan Jasmine" Kata Asri.
"Tanggung Jawab???" Hampir bersamaan Ibu Tiara, Ane dan Rendi berkata.
"Mmm..Asalkan Kakak Rendi bisa datang ke rumah Aku, untuk menjelaskan ke orang tua Aku, Aku anggap itu sebagai suatu tanggung jawab"
Rendi menatap wajah Ibu Tiara meminta persetujuan. Ibu Tiara mengangkat kepalanya.
"Terserah Pak Rendi. Mungkin Asri takut kalau orang tuanya bertanya mengapa pipinya bengkak. Jadi dia memerlukan Anda sebagai walinya Jasmine untuk menjelaskan"
"Iya betul seperti itu..." Kata Asri dengan gembira.
"Ooh..baiklah. Tapi baiknya mungkin Saya minta antar Ibu Tiara untuk ke rumah Asri" Kata Rendi.
"Oh ya tentu saja harus dengan Saya. Besok saja kita ke rumah Asri" Kata Ibu Tiara dengan wajah sumringah. Asri cemberut mendengar kata-kata Rendi. Masa diantar Ibu Tiara kan ga asyik banget. Tapi Asri tentu saja tidak berani berkata apa-apa.
Selesai berpamitan Rendi menarik tangan Jasmine dan hampir menyeretnya keluar dari sekolah. Jasmine mengikuti langkah panjang Rendi sambil ketakutan. Tapi Ia tidak berani membantah karena Jasmine tahu kalau Rendi sangat marah.