Yurin terlihat sibuk menata beberapa dokumen diruangnya, dia begitu terlena dengan kesibukanya hingga dia lupa waktu sudah menunjukan pukul 7 malam.
"Nona Yurin... apakah gaun nyonya Safira sudah kamu ambil dari butik?" tuan Tomo mengingatkan Yurin diruang kerjanya.
"Ah.... kenapa aku bisa ceroboh begini??? terima kasih tuan Tomo telah mengingatkan saya akan segera mengambil gaun nyonya Safira." Yurin segera berkemas dan berlari keluar gedung perkantoran itu.
Di istanah Ryuji ... dia sudah siap dengan stelan jas berwarna coklat susu dan kemeja berwarna putih dasi berwarna coklat tua yang melingkar dileher menyempurnakan penampilanya. Ryuji terlihat seperti artis K-pop yang hendak melakukan pemotretan dia terlihat sangat tampan.
"Yurin... dimana kamu???kami sudah terlambat.!" pekik Ryuji yang terlihat marah karena Yurin sudah teledor dalam menjalankan tugasnya.
"Maaf tuan ternyata baju yang sudah saya pesan di berikan pada orang lain oleh pihak butik." jawab safira dengan suara gemetar diujung telfon.
Safira mendengar teriakan Ryuji memarahi Yurin, tak tega dengan Yurin dia memutar otak agar Ryuji tak semakin naik pitam, mendadak ia teringat kebaya pemberian Silvi yang terbawa dalam kopernya saat ia diboyong Ryuji ke Jepang.
Safira bergegas mencarinya dan mengenakanya.... walaaaaa Safira terlihat bak model yang akan memamerkan hasil rancangan seorang desaigner.
kebaya hitam dengan model leher sabrina bertabur swaroshki memeluk erat tubuh sexi Safira, kain batik coklat dengan lukisan khas Jawa membungkus kaki jenjang Safira. Mengenakan kebaya hitam dan kain batik semakin memperlihatkan lekukan tubuh sexinya dadanya terlihat lebih menonjol dan pinggulnya yang menggoda.
Ryuji terbelalak saat Safira menuruni anak tangga mengajaknya segera berangkat ke pesta koleganya.
"Kenapa wajahmu memerah Ryu??" Safira memergoki Ryuji terpana melihatnya. dia tersenyum kecut pada Ryuji.
Ryuji segera memalingkan wajahnya menyembunyikan perasaanya dan berjalan menuju mobil.
***
Suasana pesta yang meriah lampu kristal yang menggantung beberapa meja bulat yang tersebar diseluruh ruangan gedung, panggung yang megah dan pencayahaan yang cukup membuat suasana pesta yang dihadiri para pengusaha, artis, dan pegawai pemerintahan itu terasa sangat meriah.
Yurin dan tuan Tomo sudah menunggu Ryuji dan Safira datang dilokasi pesta, tak berapa lama sebuah mobil sedan hitam berhenti tepat didepan Yurin dan tuan Tomo.
semua mata yang ada di pesta itu tertuju pada sepasang suami istri yang tampil sangat elegan, Safira melingkarkan tangan kirinya pada lengan tangan Ryuji. mereka bak dewa dan dewi yang turun dari kahyangan memamerkan kemesraan pada seluruh orang penting yang ada di pesta itu.
"tuan Tanaka..akhirnya anda datang juga.... terimakasih telah menghadiri pesta ulang tahun perusahaan kami." sambut seorang bermata sipit bertubuh tambun dengan rambut yang mulai dihiasi uban.
"Tidak mungkin saya melewatkan pesta semeriah ini tuan Daitsu."
"Inikah nyonya Tanaka?? maaf saat pesta penyambutan kalian saya tidak bisa hadir karena sedang ada di Eropa."
"Ya .... ini istri saya, sudahlah saya tidak mempermasalahkan itu."
Safira merasa bosan dengan pembicaraan Ryuji dengan si tuan Daitsu yang terus membahas bisnis, Safira bermaksud mencari Yurin dan bercakap-cakap denganya sembari menunggu Ryuji berbincang dengan para koleganya.
Safira mengelilingi gedung yang dipadati orang- orang yang tak dikenalinya, namun tiba- tiba langkahnya terhenti saat matanya menemukan sosok seorang lelaki yang tak asing baginya. Mata Safira terbelalak, tubuhnya gemetar, dan kakinya mendadak lemas, saat Safira hendak berpaling dan menjauhi lelaki itu ia merasakan tanganya telah di gapai oleh seseorang dan menariknya dalam pelukan.
Lelaki berkulit putih dengan postur tubuh yang tak kalah bagus dari Ryuji mendekap erat pinggul Safira yang kecil membuatnya tak bisa bergerak.
"Hai...Safira hari ini kamu terlihat cantik dengan kebaya ini." pria ini memandangi wajah Safira yang ketakutan dengan tatapan intimidasi
"Lepas.... lepaskan aku...kalau enggak aku akan teriak!" kata Safira sambil mengeraskan rahangnya, tangannya terus berusaha membuka kuncian tangan pria ini.
Pria itu meletakan jari telunjuknya pada wajah Safira mengelusnya hingga turun ke bagian leher Safira. "Mari kita berdansa!!."
Pria tampan mengenakan jas hitam itu beranjak dari duduknya menarik Safira yang berada dalam pelukanya turun ke lantan dansa.
"Ferdinan !!!! lepas!!!" pekik Safira...
sayangnya semakin Safira meronta maka semakin kuat dekapan Ferdinan. Pria itu semakin leluasa memainkan tanganya sedang berada di lantai dansa, karena akan sulit melihat bahwa dia sedang berusaha melecehkan Safira. Hingga saat Ferdinan meletakan tanganya tepat pada dada Safira yang membuat Safira berteriak dan meronta semakin kuat.
Semua mata berlomba mencari sumber suara teriakan yang menggema hingga terlihat Ferdinan dan Safira yang masih dalam posisi berpelukan dan Safira yang masih meronta.
"Sayang santailah aku akan mengajarimu perlahan." Kata ferdinan menyadari sedang menjadi pusat perhatian itu
"Maaf, nona ini masih belum mahir berdansa jadi dia terjatuh dan berteriak, maaf lanjutkanlah berdansa." Ferdinan memamerkan barisan gigi putihnya
Tapi tiba- tiba....
Plak....Bug.....
Ryuji datang dan melesatkan bogemanya pada lelaki yang berusaha melecehkan istrinya.
"Jika kau berani menyentuh istriku lagi, kupastikan kamu akan berada dalam liang lahat !" Ryuji menggenggam erat kerah baju Ferdinan dan mengebaskanya kelantai.
Ryuji menghampiri Safira yang berdiri lemas dengan tatapan kosong menahan tangis, Ryuji merangkulkan tangan kananya memapah berjalan keluar gedung megah itu.
Tubuhnya masih gemetar, degup jantungnya masih terdengar jelas, dan matanya berkaca-kaca saat mereka telah sampai di rumah.
Ryuji menggendong tubuh mungil Safira yang lemas karena ketakutan yang luar biasa karena traumaticnya.
setelah menempatkan tubuh Safira di tempat tidur Ryuji berbalik hendak meninggalkan Safira, tapi tanganya ditahan dengan genggaman lemah pada pergelanganya.
"Jangan pergi.... kumohon...Jangan tinggalkan aku sendiri." Safira meneteskan buliran air matanya menghancurhan hati Ryuji.
"Aku takut.... tetaplah disini." Safira kembali meminta dengan air mata yang semakin deras membasahi pipinya.
Ryuji kembali duduk ditempat tidur mereka dan memeluk Safira menenangkan, dan tumpahlah tangisan Safira semakin menjadi.
mereka berpelukan hingga tangisan Safira mereda, melihat wajah Safira yang sedang menangis dengan isakanya membuat darah Ryuji memanas, nafasnya tak beraturan dan dia tak bisa membedakan antara logika dan nafsunya tanpa sadar Ryuji memegang tengkuk dan wajah Safira kemudian mendaratkan ciumannya di bibir Safira.
Ryuji merasakan kelembutan bibir Safira dan merasakan Safira membalas ciumanya, Ryuji mulai melumat bibir bagian bawah Safira sebaliknya Safira melumat bibir atas Ryuji, mereka berbagi oksigen yang ada di kamar mereka darah Ryuji mengalir kencang membuat suhu panas dalam dirinya meningkat degub jantungnya bagai genderang perang Ryuji memasukan lidahnya dalam bibir Safira dan memainkanya dengan leluasa karena Safira juga menikmati ciuman Ryuji.
Tangan Ryuji tanpa sadar berpindah menuju pinggang Safira, Safira masih melumat bibir tipis Ryuji dan sedikit mendesah karena oksigen disekitar hidung mereka semakin menipis,