tok.... tok.... tok....
"Selamat pagi tuan Ryuji... ini berkas yang tadi anda minta." kata tuan Tomo sekertaris Ryuji.
"Hmmm terimakasih tuan Tomo."
"Tuan Ryuji semua pemberitaan di media Online, media elektronik sampai media cetak membahas hubungan anda dengan nona Safira, apakah itu tidak akan mengganggu pekerjaan kita?" tanya tuan Tomo pada bosnya.
Ryuji menatap tajam sekertarisnya "fokus dalam pekerjaanmu awasi proses periklanan dan penjualan kosmetik Safira, selain itu minta Yurin mengirim laporan keuangan perusahaan kita di Jepang langsung ke emailku." pria itu tak menggubris informasi yang diberikan sekertarisnya.
Tuan Tomopun bergegas meninggalkan ruangan kerja Ryuji dengan perlahan. Barusaja tubuhnya berhasil keluar dari kandang singa kini dia disambut oleh beberapa orang karyawan di perusahaan Safira.
orang - orang itu mengikuti tuan Tomo sampai tepat berada di meja kerjanya di salah satu sudut tepat didepan ruang kerja sementa Ryuji yang telah disiapkan oleh Safira.
"tuan Tomo... apa benar bos kamu menyukai bos kami?" tanya salah seorang pegawai persmpuan padanya.
"Maaf .. saya tidak ada hak untuk menjawabnya" tuan Tomo terlihat pucat menjawab pertanyaan itu
"aaah orang Jepang membosankan terlalu mengikuti aturan, baiklah kita ganti pertanyaan. berapa lama kamu bekerja pada Mr. Ryuji?" kata pegawai lainya.
tuan Tomo menjawab dengan penuh keyakinan "Sepuluh tahun."
"Waaaaah selama itu?? bagaimana kamu bisa betah bekerja dengan manusia kutup yang selalu dingin dan kaku pada orang disekitarnya?"
hehehe tuan Tomo meringis mendengar pertanyaan itu "Dia memang orang yang sangat dingin bahkan selama bekerja denganya melihat dia tersenyum itu hanya beberapa kali saja, tapi dia tetap orang yang baik."
" itu terlalu berlebihan tuan Tomo... dia selalu tersenyum dihadapan media?". sanggah seorang pegawai
"Ya.... tapi itu hanyalah sandiwara, senyumnya yang tulus sangat jarang dijumpai."
Saat mereka sedang asik membicarakan Ryuji, tanpa mereka sadari Ryuji telah berada di belakang mereka dan menatap dengan sudut pandang yang sangat menakutkan. Sontak saja hal itu membungkam setiap kata yang hendak terucap dari para karyawan Safira, tidak ada kata yang terucap dari bibir tipisnya Ryuji melangkah meninggalkan kerumunan manusia itu dengan langkah santai.
Ryuji memasuki ruangan paling besar diujung lorong lantai enam perusahaan kosmetik itu yang tidak lain adalah ruang kerja Safira. Baru saja melangkahkan kaki kananya memasuki ruang Safira, Ryuji sudah disambut oleh hantaman buku yang melayang kearahnya.
"Mengapa kamu kemari?" pekik Safira
"Belum puas kamu dengan isu yang kamu sebarkan?? sekarang apa yang akan kamu lakukan lagi untuk membuatku dalam kerugian besar?" tambah Safira meluapkan segenap kemarahan yang bersarang dalam benaknya.
Lelaki berwajah tegas itu hanya menatap tajam Safira yang berdiri didepan meja kerjanya, Ryuji menghampirinya ia mendekatkan wajahnya pada wanita bertubuh seksi dihadapanya.
"Bukankah harusnya kamu berterima kasih padaku?". kata Ryuji
Mata Safira terbelalak dan bibirnya terkunci
"Saham perusahaanmu menukik kebawah beberapa bulan ini, tidak hanya perusahaan kosmetikmu tapi hotel, property, dan juga bisnis obat herbalmu semuanya merugi. kerjasama yang kita buat hanya akan menaikan 0,8% nilai saham perusahaanmu tapi jika kita menikah maka saham perusahaanmu akan bisa meningkat 40% bahkan mungkin lebih." jawab Ryuji
Safira menegang lidahnya keluh dan banyak pertanyaan bersarang dikepalanya "Mengapa dia bisa mengetahui semua itu dengan detile?".
Ryuji berbalik dan berjalan kearah jendela kaca yang berukuran sangat lebar dan melanjutkan perkataanya "Aku melakukan ini untuk Tanaka Grup yang sedang terikat kontrak denganmu, jika kamu setuju maka aku akan menyerahkan persyaratan sebelum dan selama kita menikah!"
Safira lagi- lagi dibuatnya terdiam bagaimana bisa Ryuji selicik itu dia menciptakan kekacauan di masyarakat, dan kini dia hendak bernegosiasi dengan pernikahan? kakinya lemas tak mampu menopang tubuh proporsionalnya.
Lelaki macam apa yang ia temui kali ini dia begitu dingin dan egois selalu mementingkan dirinya sendiri, bahkan ia rela mencoreng sebuah kesucian ikatan pernikahan hanya untuk keuntungan finansialnya.
Tatapan mata Safira tak menggoyahkan sikap Ryuji, dia tetap berdiri tegak dengan tatapan remehnya yang tertuju pada Safira.