Menjadi pribadi yang berkualitas adalah harapan dan impian Ara. Ara pun ingin mewujudkan hal tersebut bersama dengan pasangan yang juga berkualitas. Ara punya langkah untuk maju menjadi seseorang yang sukses dalam karir, bisnis dan juga urusan keluarga kecil. Ara menata lagi hidup nya pada jalan yang lurus agar lebih mendekat kepada Yang Maha Memiliki. Ara mulai menyadari bahwa masa mudanya sudah hampir habis dan saatnya berfokus kepada rencana untuk berumahtangga. Ara masih belum mau muncul ke khalayak ramai. Ara takut tergelincir lagi pada pergaulan yang membuat dunianya menjadi hitam. Ara ingin mencari seseorang yang bisa menuntunnya kepada jalan yang lurus. Ara bertekad untuk hijrah. Usia nya mulai masuk kepala 3 , dan artinya dia bukan anak remaja lagi atau anak ABG. Pada usia di 30 tahun maka ia sudah harus memiliki komitmen untuk berumah tangga dengan seseorang yang sangat ia cintai dan membuatnya tidak pernah bosan untuk menjalani sebuah hubungan. Kebiasaan untuk putus dan nyambung dalam sebuah hubungan tentu saja harus disikapi dengan dewasa, dan tidak lagi galau seperti masa-masa sebelumnya. Ara sudah mulai memahami arah langkah yang harus dia tuju. Yang Maha Kuasa sepertinya punya rencana untuk Ara, dan Ara hanya bisa mengikuti rencana tersebut dan menuju kepada jodohnya. Diujung jalan ketika Ara melangkah dengan pasti pada jalan yang lurus, pasti akan ada kekasih hati yang merupakan pilihan dari Alloh, dan Ara tidak akan bisa menolak takdir tersebut, yaitu jodoh. Kemanapun langkah Ara, maka jodohnya akan muncul. Ara melihat semburat wajah ibu Rania hampir disetiap hari-harinya. Kerinduan untuk menyapa ibu Rania dan tertawa bersama dengan nya adalah sesuatu yang membuat Ara bersemangat. Ara sedih sekali jika ia mengingat kembali kejadian-kejadian indah yang tidak bisa terulang lagi karena Ara sudah berada di kota yang jauh dan ibu Rania sepertinya masih bahagia bersama dengan yang lain. Namun pada akhirnya, Ara mendapatkan jawaban bahwa ibu Rania adalah Wanita yang hidup kesepian seorang diri karena sudah tidak memiliki suami . Ibu Rania menjadi seorang janda. Ara pun menyadar bahwa ibu Rania bisa memilih banyak lelaki lain selain dirinya. Namun setiap kali Ara berusaha melupakan ibu Rania, maka setiap kali itu juga, sebuah energi memanggilnya untuk datang kepada ibu Rania. Ara berusaha meredam rasa rindu dihati yang sudah membuncah namun tetap saja ada sebuah panggilan untuk menemui ibu Rania. Ara tidak bisa menyembunyikan lagi rasa cinta dan kagum yang ada di hatinya untuk disampaikan kepada ibu Rania. Jika dahulu, Ara masih gengsi disebabkan terlalu banyak wanita cantik yang ada disampingnya. Terlalu banyak wanita yang menurut Ara lebih berkualitas dibandingkan ibu Rania, namun hatinya tetap tidak mau berpaling. Ara masih tetap merasakan keindahan ketika bersama dengan ibu Rania. Air mata Ara tiba-tiba saja menetes, membayangkan bahwa ibu Rania adalah jodohnya dan dia harus bersikap sebagai Pangeran yang menjemput jodoh. Ara harus bisa memberikan komitmen jangka panjang kepada 1 orang wanita yang ia ingin selamanya bersama wanita tersebut. Ara mengagumi wanita yang mandiri dan ibu Rania adalah wanita yang mandiri. Ara mencintai bukan hanya karena kualitas yang dimiliki oleh ibu Rania namun juga karena Ara merasakan getaran ketika pertama kali bertemu dengan ibu Rania. Ara merasakan bahwa energi yang dimiliki oleh ibu Rania adalah jawaban atas doa-doanya selama ini. Ara ingin selalu berdoa dan dalam doa tersebut, ada nama ibu Rania yang selalu dia sebutkan. Ara berharap bahwa ini adalah pertemuan doa.