Pukul 07.30 malam
Nisa berangkat dari rumahnya menuju tempat yang di katakan Andra, dia berharap Andra benar-benar akan memberikan buku nikahnya itu.
Sementara Andra telah berada di restoran itu, dia berbicara dengan seorang pelayan, agar memasukkan obat tidur dalam minuman perempuan yang nanti akan bicara dengannya, awalnya pelayan itu tidak berani, dia tidak ingin mencelakakan seseorang, tapi Andra meyakinkan bahwa perempuan itu adalah istrinya, dan menunjukkan surat nikahnya pada pelayan restoran itu. Dia mengatakan akan memberikan kejutan pada istrinya untuk merayakan hari pernikahan mereka. Hal ini memang benar, ini adalah ulang tahun pernikahan mereka yang ke sepuluh.
Akhirnya pelayan itu setuju untuk membantunya terlebih setelah melihat tanggal pernikahan itu.
Untuk berjaga-jaga, Andra juga sudah menyiapkan sapu tangan yang di berinya obat bius, andaikan Nisa tidak mau meminum minuman itu nantinya itu merupakan rencana cadangannya.
Dia juga sengaja memilih tempat duduk di lesehan luar paling ujung yang berada di dekat parkiran, mobilnya pun telah di parkirnya dekat dengan pondok lesehan tersebut, ini juga bertujuan untuk memudahkan rencananya untuk membawa Nisa ke dalam mobilnya. Dia benar-benar telah memikirkan semuanya.
Tak berapa lama kemudian Nisa datang, dia menelfon Andra, dan mengetahui kalau Andra sudah berada di salah satu lesehan yang ada di luar, dia dapat melihat mobil Andra yang terparkir di samping pondok lesehan itu, dan Andra ada di dalamnya.
Ketika Nisa akan keluar mobilnya, ponselnya berdering.. Aditya.
"Nisa.. kamu ada di mana? " tanyanya cemas.
"Restoran lampion, aku akan menemui Andra, dia akan memberikan surat nikahku. " Jawab Nisa
"Kau belum bertemu dia kan? " Kata Aditya penuh harap.
"Belum, aku baru nyampe, tapi aku sudah melihatnya, aku akan segera menemuinya. " Kata Nisa sambil membuka pintu mobilnya.
" Tunggu dulu, ku mohon, aku akan ke sana, aku akan mengawasimu dari jauh, begitu aku sampai, kau boleh menemuinya, bagaimana jika dia berbuat yang tidak-tidak padamu? " Kata Aditya sambil membuka pintu mobilnya, dia akan meluncur ke tempat Nisa berada.
Nisa merasa kekhawatiran Aditya bisa saja terjadi, jadi dia menunggu beberapa saat, sampai Aditya tiba di sana.
Setelah sampai di lokasi, Aditya menghubungi Nisa.
"Aku telah sampai, aku melihat mobilmu dimana dia? "tanya Adit masih melalui telfon.
Di pondok lesehan paling ujung, mobilnya ada di dekat sana. " kata Nisa.
Aditya sedikit khawatir, kenapa dia memilih tempat di dekat mobilnya terparkir, Adit pun memarkir mobilnya di dekat mobil Andra dan bisa melihat mereka nantinya di sana. dia duduk diam di sana sambil memperhatikan Andra yang sedang duduk di dalam sana.
"Kau boleh turun sekarang " Kata Aditya lagi.
Nisa sengaja menjalankan mobilnya kembali, dan berpindah parkiran, dia sengaja agar Andra melihatnya seolah -olah baru sampai.
Andra terpesona melihat Nisa, wanita itu benar-benar kelihatan anggun, dia kelihatan lebih ramping dari terakhir mereka bertemu hampir sebulan yang lalu, Nisa memakai baju warna merah marun dan rok span hitam sepanjang lutut rambutnya yang ikal, tergerai indah, Nisa tidak sempat mengganti pakaiannya sepulang dari kantornya. 'Bagaimana bisa dia bisa berubah sejauh ini dalam waktu hampir dua bulan? ' Batin Andra
Nisa berdiri di luar pondok lesehan itu, dia tak ingin masuk ke sana.
"Apa kau tak mau masuk dan duduk sebentar? kita makan malam dulu ". Kata Andra.
"Aku tak bisa lama-lama, anak-anakku menungguku di rumah.
"Tak akan lama, begitu selesai makan, aku akan memberikan yang kau inginkan" Kata Andra lembut.
Karna tak ingin berdebat, akhirnya Nisa masuk, Andra memberi isyarat pada pelayan bahwa mereka akan memesan makanan. pelayan itupun segera datang dan mencatat pesanan mereka.
Nisa sengaja hanya memilih soup iga, karna hanya itu menu yang ada di sana yang sesuai dengan menu dietnya.
"Sayang.... apakah kamu benar-benar telah pasti untuk mengakhiri semua? "Katanya seolah-olah dia seorang yang teraniaya.
"Bukankah itu yang kau inginkan? " Tanya Nisa lagi.
"Yang aku inginkan kita seperti dulu, bukan seperti ini" Kata Andra.
"Bukankah dulu sudah ku katakan? aku tak bisa memaafkan jika kau berselingkuh, apa kau lupa? aku yakin kau lupa, bahkan setahun ini kau mungkin lupa bahwa kau memiliki kami. "Kata Nisa.
Tiba-tiba Andra memegang tangannya, Nisa kaget dan segera menarik tangannya, tapi genggaman Andra terlalu kuat, Aditya melihat hal itu, dia merasa amat kesal dan ingin menonjok Andra, tapi saat ini dia masih belum bisa marah pada laki-laki itu, karna status mereka masih suami istri, kadang dia merasa sedih akan nasibnya sendiri, karna merasa seperti pria simpanan yang ingin merebut istri orang, tapi.. bukankan nisa telah di talak? Dan Nisa belum bersedia untuk rujuk? Dalam agama mereka, saat ini Nisa dalam status masa idah.
Dia juga bukan penyebab hancurnya rumah tangga Nisa, sebab Nisa berpisah sebelum bertemu lagi dengan dirinya.
" Bisa tolong lepaskan tanganku? " Kata Nisa kesal sambil terus menarik tangannya, dia merasa jijik dengan sentuhan Andra, karna dia membayangkan tangan itu telah menyentuh tubuh orang lain.
"Aku masih suamimu! "Kata Andra lagi.
"Tapi aku belum menerima mu lagi, kita belum rujuk, dan masa idahku tidak sampai dua bulan lagi , hanya sebulan sepuluh hari lagi" Kata Nisa kesal.
Aditya yang berada di dalam mobil hanya bisa melihat wajah kesal Nisa tanpa bisa mendengar pembicaraan mereka.
Mendengar perkataan Nisa, Andra terdiam, dia tak menyangka akan serumit ini. talak yang dia ucapkan saat itu ternyata akan berakibat seperti ini. Dia bisa mengucapkan talak sekehendak hatinya, tapi dia lupa kalau rujuk harus sesuai keinginan istrinya.
" Boleh aku memintanya sekarang? " kata Nisa lagi.
"Temani aku makan dulu" kata Andra lagi.
"jika memang keputusanmu sudah bulat, aku tak bisa berkata apa-apa lagi, apakah anak-anak kita nantinya harus kehilangan salah seorang sosok orang tua nya? " Tanya Andra lagi.
" Tidak... yang bercerai hanya suami istri, bukan ibu dan ayah, jika kau masih ingin menemui mereka, aku tak akan melarang. " jawab Nisa.
" Aku ingin buku nikah ku sekarang". pinta Nisa.
Andra mengeluarkan buku itu dengan wajah sedih, tapi Nisa tak terpengaruh dengan raut wajah Andra, dia tak percaya kalau Andra akan menyesal.
Andra sengaja memberikan buku itu agar Nisa menjadi tenang. toh sebentar lagi dia bisa mendapatkan buku itu kembali, sekalian dengan orangnya.