Mata Charlotte melotot shock seketika melihat orang yang ada didepannya, dia bahkan tidak menyadari kalau benda yang dipegangnya sudah jatuh kelantai.
"Meena..!!?, what are you doing here?! tanyanya sambil menghampiri Meena yang masih berdiri mematung. Tapi melihatnya tanpa reaksi sedikitpun dia kemudian melambaikan tangannya didepan wajah Meena yang masih blank.
" Meena..!" panggilnya lagi sambil menyentuh pundaknya membuat pria itu tersadar seketika.
Meena terkejut melihat Charlotte tepat berada didepannya apalagi setelah menyadari kalau gadis itu hanya memakai handuk pendek yang menutupi tubuhnya yang indah semakin membuat jantungnya berdetak tak terkendali, wajahnya langsung memerah.
"Hei, ada apa denganmu? and why are blushing? tanya Charlotte lagi dengan tatapan polos.
Perasaan Meena menjadi semakin tidak karuan, gadis ini... bagaimana bisa sesantai itu dengan tampilannya ini?Apa dia tidak merasa risih atau malu sedikitpun dengan keberadaanku? Akhrr.. !Pikirnya frustasi.
" Meena, apa kau baik-baik saja?" tanya Charlotte lagi, kali ini dia menyentuh pipinya tapi dengan refleks Meena mundur kebelakang.
"Ets..jangan mendekat, a..aku merasa tidak nyaman" Ucapnya spontan.
Mendengar itu wajah polos Charlotte berubah masam seketika.
" Apa maksudmu? Kau... merasa tidak nyaman?, oh iya, lalu kanapa kau berada disini. Kau... keluar sekarang juga. Kalau kau ada disini untuk minta maaf maka percuma saja. sekarang keluar dari kamarku." Ucapnya sambil berusah mendorong tubuh Meena kearah pintu.
Meena tentu saja semakin gusar, ucapannya yang refleks itu membuat situasi semakin buruk.
" Charlotte... dengarkan aku dulu, bukan itu maksudku." ucapnya berusaha menjelaskan. Tapi tubuhnya terus saja didorong oleh Charlotte.
" Aku tidak mau mendengarkanmu, sekarang pergilah aku tidak mau melihatmu lagi."
Meena tentu saja tidak tinggal diam, dia tidak mau masalahnya dengan Charlotte bertambah runyam. Betapa tidak, belum selasai masalah yang pertama, ditambah lagi masalah yang lain. Dia kemudian mencekal tangan Charlotte agar berhenti mendorongnya sehingga tubuh mereka semakin dekat satu sama lain. Meena bisa merasakan kehangatan nafas Charlotte menyapu wajahnya membuat dadanya semakin bargejolak, dia juga tidak mengerti ada apa dengan dirinya. Tidak biasanya dia grogi seperti ini menghadapi Charlotte tapi dia berusaha menguasai pikirannya karena ingin fokus menyalesaikan masalah.
" Kamu tenang dulu dan biarkan aku bicara okey?"
Charlotte kemudian terdiam tapi wajahnya masih cemberut kesal.
" Sekarang katakan, kenapa kau menyelinap masuk kekamarku? dan berkata padaku kalau kau tidak nyaman." tanyanya dengan mata melotot kearah Meena. Tapi entah kenapa Meena melihatnya sangat manis. Ah.. kenapa pikiran anehnya muncul jagi. Dia segera menghilangkannya dengan menggeleng.
" Oke, ta..tapi paling tidak kau bisa berpakaian dulu". ucapnya berusaha membuat suaranya senormal mungkin.
" Kenapa memangnya? suka-suka aku dong, ini kan kamarku. Lagi pula ga ada siapa-siapa disini hanya aku dan kau. Ayo Cepat jelaskan kenapa kau ada disini!" balas Charlotte seenaknya. Mendengar itu Meena semakin gusar, gadis ini betul-betul akan membuatnya tidak waras.
" Justru itulah aku menyuruhmu untuk berpakaian dulu karena ada aku disini!" Ucapnya frustrasi. Dia tidak menyangka akan menghadapi sisi lain Charlotte yang ternyata sangat innonsen.
" Kenapa kau terus saja menyuruhku berpakaian didalam kamarku sendiri, aku tidak mau. Dan kenapa juga aku harus melakukan itu cuma karena kau ada disini. Kak George juga sering melihatku seperti ini tapi dia biasa saja, dia tidak komplain sama sekali." jawabnya keras kepala. Tentu saja Meena semakin uring-uringan mendengar itu. Dia tidak tau lagi harus menjelaskannya seperti apa. Gadis ini benar-benar tidak peka sama sekali.
" Charlotte, George dan aku berbeda. Dia saudara kandungmu sedangkan aku orang lain. Aku ak..." tapi kalimatnya terpotong.
" Oh.. jadi itu alasannya kau tidak merasa nyaman lagi denganku? aku sudah menganggapmu seperti saudaraku sendiri, menyayangimu lebih dari siapapun tapi ternyata kau hanya menganggapku orang lain. Sekarang aku mengerti kenapa kau tidak menepati janjimu dan membiarkanku menunggu tanpa kabar darimu sedikitpun." ucapnya terisak.
Meena hanya terdiam membeku mendengar ucapan Charlotte yang semakin ngelantur itu. Bisa-bisanya dia berpikiran seperti itu tentangnya. Oh Tuhan mau dia apakan gadis ini agar dia bisa mengerti maksudnya. Dia tidak sama sekali tidak mengira dibalik sikap bijaksana yang dimilikinya ternyata Charlotte masih memiliki sikap naif.
Melihat Meena hanya terdiam semakin membuat Charlotte yakin kalau memang Meenanya sudah berubah, sehingga tangisnya semakin menjadi.
Meena tentu saja kembali tersadar, dia refleks mendekap tubuh gadis itu dengan lembut. Kehangatan berbeda tiba-tiba menjalari seluruh tubuhnya, dia merasa tubuh Charlotte sangat pas berada dalam pelukannya. Menciptakan sensasi yang tidak biasa dan dia merasa itu sangat luar biasa nikmat. Tanpa sadar dia semakin mempererat dekapannya kemudian mencium lembut kepala gadis itu.
" Maafkan aku, tidak pernah terpikir sedikitpun olehku kalau kau itu orang lain okey? Aku sangat menyayangimu." ucapnya tulus dan penuh kasih. Dia bahkan tidak tau lagi ucapannya itu adalah bentuk rasa sayang sebagai sahabat atau dalam arti lain.
Yang dia rasakan sekarang hanyalah ingin terus mendekap gadis yang ada disisinya itu. Sedangkan Charlotte hanya terisak sambil membalas pelukan Meena.
Sementara itu, Jimmy melajukan mobilnya dengan penuh rasa khawatir. Dia tau kalau Alesha telah meminum alkohol dan sekarang tidak sadarkan diri. Tiba- tiba darahnya mendidih seakan ingin menghabisi orang-orang yang ada diclub itu. Berani-beraninya mereka memberikan alkohol kepada gadisnya itu. Dia kemudian menekan sebuah angka yang ada dilayar monitor mobilnya.
" Selidiki siapa yang telah memberinya minuman, dan serahkan dia padaku" ucapnya penuh amarah sambil menatap kedepan.
Dia kemudian mengelus pipi merah Alesha yang tampak tertidur pulas. Tapi tiba-tiba gadis itu meringis dan menggenggam erat tangan Jimmy.
" George...! Maafkan aku, aku tidak bermaksud menyakiti perasaanmu. Aku masih sangat..." dan dia teridur lagi.
'George' siapa dia, kenapa Alesha menyebut nama itu didalam tidurnya. Ada perasaan berat yang merayapi hatinya setelah gadis pujaannya menyebut nama laki-laki lain. Tangannya menggenggam erat stir, raut wajahnya tegang seketika. Tidak, kali ini dia tidak akan pernah melepas gadisnya lagi. Dia harus memilikinya, dan akan dia pastikan akhir dari siapa saja yang menghalangi langkahnya. 'George'. Nama itu sekarang bagai duri yang menggerogoti hatinya, dan sebelum duri itu menusuknya lebih dalam lagi, dia harus segera menyingkirkannya.