Keesokan paginya
"Terima kasih" Diandra membanting pintu mobil Audi R8 milik Evan dan langsung berlalu pergi sebelum Evan menjawab.Evan hanya cemberut dan kecewa seperti biasanya.Belum sampai Diandra memasuki loby apartemennya,ponselnya berbunyi,panggilan masuk dari Rifky yaa pemuda itu sudah hampir tiga hari tidak menghubunginya,padahal biasanya hampir setiap jam dia selalu mengganggu Diandra dengan panggilan telpon yang tidak penting."Haloo assalamu alaikum", "Halo Ra apa kabar,maaf baru menghubungimu,aku sedikit ada masalah".yaa yaa Diandra baru ingat akan misinya untuk Rifky,dia lupa karena kesibukan lain dan juga tentang Alexa. "Its ok Rif,gak masalah",Diandra menjawab santai.
"Bisa aku menjemputmu untuk sarapan?" "hmmmm baiklah tapi satu jam lagi aku baru siap". " Ok terima kasih cantik".
satu jam kemudian
"Kamu selalu cantik seperti biasanya",Rifky menatap penuh kekaguman...Diandra tidak menggubris dia langsung masuk kedalam mobil dan menaruh tubuhnya dikursi penumpang.
Tanpa mereka sadari,hanya beberapa meter dari posisi mereka sàat ini ada sepasang mata yang sedang mengawasi.Sepasang mata seorang gadis,gadis itu mengenakan kaca mata hitam,namun masih terlihat dari sela kaca mata tersebut pinggiran mata yang sembab,bisa diartikan kaca mata itu untuk menutupi sesuatu yg tidak ingin dilihat oleh orang lain.Sesekali wajah gadis itu memucat dan kemudian memerah menahan amarah.Dia melirik kearah perban dipergelangan tangannya dan menatap jijik dan kesal,merasa seperti orang yang sedang dibodohi.
"Sarapan apa kita?" "Sarapan apapun yang kau suka",Diandra tersenyum lalu menjawab",Aku sangat menyukai nasi uduk kebon kacang"."Baiklah kita makan itu"."Tidak tidak aku baru makan itu dua hari yang lalu,sekarang aku merindukan bubur ayam Barito,apa kau tau dimana tempatnya? Rifky menggeleng "Aku yang akan menunjukan arahnya" Diandra tersenyum genit.
Gadis dalam mobil itu sedang menatap geram kearah Rifky dan Diandra.Meski gadis itu tidak mengenali Diandra karena jarak mereka terlalu jauh,namun dia masih dpt jelas melihat bahasa tubuh Diandra dan Rifky yang begitu terlihat mesra.
Setelah selesai sarapan Diandra minta diantar pulang,karena hari ini dia memiliki jadwal yang cukup padat.Diandra dan Rifky masuk kemobil dan mereka meluncur pergi.Mobil gadis itu masih terus membuntuti,disudut sudut matanya menetes air mata yang sudah tidak tertahankan,namun disisi lain giginya gemeretak menahan amarah.
"Bisakah kau berhenti sebentar?"Diandra mendadak meminta Rifky menghentikan laju mobilnya,Rifky sontak menghentikan mobil secara refleks,begitu mobil berhenti Diandra langsung menghambur keluar tanpa memberikan kesempatan Rifky untuk bertanya.Diandra setengah berlari kesisi jembatan lalu berjongkok,Rifki penasaran dan ikut keluar dari dalam mobil.Ternyata Diandra tertarik pada seekor anak kucing dijembatan itu,oohh ternyata bukan seekor terlihat tiga ekor kucing bergoyang goyang dari kejauhan.Rifky menghela nafas lega karena sebelumnya dia merasa panik.
Sementara gadis yang menguntit mereka pun ikut menghentikan mobilnya.Karena dia melihat Rifky turun dari dia pun ikut keluar,dengan penuh amarah dia menghampiri Rifky,memanggilnya dan tepat saat Rifky menoleh sebuah tamparan yang sangat keras mendarat dipipinya."yesaaaa" Rifky memanggil gadis itu namun gadis tersebut secara mendadak menghampiri Diandra yang sedang riang menggendong seekor anak kucing.Diandra berdiri membelakangi Rifky sehingga tidak sempat menyadari dirinya akan diserang.
"Wanita tak tahu malu!!!" gadis itu berteriak bersamaan dengan dia meraih rambut Diandra,menariknya hingga Diandra terhuyung.sangat keras dan tiba tiba dan yang pasti sangatlah menyakitkan.Diandra masih tercengang dia mengenali suara itu,Diandra tersungkur jatuh dan dahinya terbentur pegangan jembatanDiandra merasa sangat pusing dan berkunang kunang,dia tertunduk menahan sakit di dua tempat.Sementara itu Rifki yang tidak sempat menghentikan keganasan gadis itu dengan cepat merangkul tubuh gadis itu saat dia hendak kembali menyerang Diandra dengan brutal."Yesaaa kumohon cukup!"Gadis itu terus meronta ronta.
Setelah merasa cukup kuat untuk bangkit,Diandra bangun dan berbalik,belum selesai dia terkejut,dia hampir pingsan saat melihat gadis dalam pelukan Rifky.Gadis itu sedang merinta sehingga dia tidak memperhatikan Diandra,"Aaàalexaaa" Gadis itu menoleh saat merasa namanya dipanggil dia jauh lebih terkejut dan jatuh terduduk.
"ka Raraaa",suara gadis itu melemah.Diandra melihat perban dipergelangan tangan Alexa,dengan mata berkaca kaca dan mencoba meraihnya,namun Alexa menepisnya dengan kasar.
"Apakah kamu lihat! orang yang menyebabkanku hampir mati adalah sahabat yang sudah kuanggap seperti kakakku sendiri". "Aaaakuuu..." Diandra terisak,"aku tidak bermaksud menyakitimu ". "Haahaaa cukup,kamu sudah merencanakannya,tapi tak bisakah kamu berhenti saat kamu tahu bahwa gadis itu aku?" "Tapi....aku tidak tahu itu kamu,kalian memiliki nama yang berbeda,sungguh...." Rifky terdiam dia tidak mengerti apa yang kedua gadis itu bicarakan."pantas saja ibumu memiliki nasib yang buruk,kupikir kalian berdua pantas untuk itu semua,kalian pasti tidak jauh berbeda".
Mendengar Alexa berkata buruk tentang ibunya,wajah Diandra langsung memerah,tanpa berkata apapun dia langsung melayangkan tangannya tepat dipipi Alexa."Plaaak" sangat keras hingga darah menetes disudut bibir Alexa.