Dua puluh menit setelah itu,tibs tiba lampu lift menyala,dan beberapa saat kemudian lift kembali normal.Evan langsung bersiap menggendong Diandra ketika luft hampir mencapai lantai dasar.Tidak lama kemudian pintu lift terbuka,Evan dengan baju berkeringat dan berlumuran darah menerobos keluar sambil menggendong Diandra dalam pelukannya.Karena Evan tidak membawa mobil ditambah Diandra masih dalam keadaan shock akhirnya Evan berinisiatif memesan taksi di loby hotel.
Hampir semua mata diloby itu tertuju padanya namun Evan hanya mengacuhkan,baik mata,hati maupun pikirannya hanya tertuju pada Diandra.Evan merasa sakit melihat kondisi gadis ini yang begitu memilukan.
Tak berapa lama taksi yang dipesan tiba,Evan langsung masuk dan memberitahu sopir untuk menuju rumah sakit atau klinik terdekat,didalam mobil Evan tetap menggendong Diandra yang masih setengah sadar.Samar samar Evan mendengar Diandra menggumamkan sesuatu."maaaah....maaaahhh....Di....takut mah"....dia menggumamkannya berulang ulang.Akhirnya Evan menyadari Diandra sepertinya menderita phobia dan traumatik yang cukup serius,akhirnya dia memutuskan membatalkan untuk membawa Diandra ke rumah sakit.Evan meminta sopir memutar arah dan membawanya kerumahnya.
Sesampainya dirumah
"Raa..raaa..."Evan mencoba membangunkan Diandra dengan penuh kelembutan,dia menepuk nepuk pipi gadis itu berulang dan membelai rambutnya untuk menyibakan rambut yang tergerai menutupi wajah gadis itu.Evan mengambil mangkuk besar dan washlap,membasahinya dengan air hangat dan mulai membersihkan wajah Diandra.Tiba tiba gadis itu terbangun seakan terkejut dan mencengkeram tangan Evan,kukunya sedikit menusuk kulit pemuda tampan itu dan membuat sedikit luka.Evan hanya menahan perih karena tak ingin Diandra merasa terganggu dengan reaksinya.
"Dimana aku?" "Dirumahku" "Ada apa?" "Nanti kujelaskan,sekarang minumlah dulu",Evan menyodorkan susu segelas susu hangat kepada Diandra.
"Ra.. apa kamu phobia" Evan bertanya dengan lembut,Diandra mengangguk."Tapi kupikir ini terlalu berlebihan",Evan bertanya terus terang.Diandra hanya menundukan kepala tanpa sadar dimendorong wajahnya sendiri kedalam pelukan Evan".Evan kaget sekaligus senang,Diandra biasanya terlihat dingin,angku dan sombong namun sangat menggoda.Tapi kali ini dia terlihat sangat manis,namun lemah seperti seekor anak kucing.Dia sungguh seperti gadis yang rapuh dan butuh perlindungan.
Diandra mempererat pelukannya ketubuh Evan,wajahnya merayap kebahu Evan dan bibirnya berhenti tepat ditelinga Evan dan berbisik "Bolehkah aku meminjammu untuk kupeluk?" Evan hanya mengangguk dan secara reflek mendaratkan kecupan kecil dikening Diandra."Sial gadis ini masih tetap menggoda dikondisi apapun!" Evan menggerutu dalam hati.