Mendengar jawaban Lion semua orang kembali menatapnya.
"Makan lagi kalau begitu! "Lanjut tetua Kim.
"Ahh sayang, masak kamu tidak mau mencicipi masakan Oumma sih, kan udah lama kamu tidak pulang!" Ny Tresia mencoba menghilangkan ketegangan diantara anak dan mertuanya.
Lama terdiam, Lion akhirnya menyentuh dan memakan makanan yang sudah di sajikan Mimi, melihat itu Mimi langsung tersenyum bahagia, dia tidak perduli kalau Lion tidak mencintainya sebab dia percaya kalau suatu hari nanti Lion akan mencintainya
Selesai makan malam dan bincang-bincang, Mimi dan keluarganya akhirnya pulang, langsung saja tetua Kim meminta Lion untuk masuk ke ruang kerjanya bersama ibu dan ayahnya.
"Pernikahanmu dan Mimi akan di laksanakan minggu depan, jadi siapkan dirimu! " ucap tetua Kim dengan tegas.
Lion hanya terdiam menatap kakeknya, sedang ibu dan ayahnya mulai cemas kalau Lion sampai menentang kakeknya.
"Kenapa kamu diam? " lanjut tetua Kim.
"Apa kakek yakin mau mendengar jawabanku?" ucap Lion dengan santai.
"Bicaralah! " kata tetua Kim.
Lion tersenyum pahit, "Aku menolak pernikahan ini"
Mendengar jawaban Lion, ekspresi tetua Kim langsung gelap, ada bola api menyala di matanya.
"Kim Lionnnnn.... " teriak tetua Kim sambil memukul meja
"Karena saya sudah menyampaikan apa yang ingin saya sampaikan maka saya akan segera pergi" Lion berdiri dan menunjukkan hormatnya dan berbalik menuju pintu keluar.
"Berhenti kamu di situ Lionnnn !" tetua Kim langsung berdiri sambil berteriak.
"Lion, dengarkan kakekmu! " Kata Ayah Lion mencoba mengambil simpati tetua Kim.
"Sayang, ayo duduk kembali! " Ny Tresia mencoba meminta Lion untuk berkompromi dengan kakeknya.
Namun Lion mengabaikan semua itu dan melanjutkkan langkahnya, amarah tetua Kim semakin menggila.
"Jika kamu berani melangkah keluar dari ruangan ini, kakek pastikan besok kamu tidak akan melihat kekasihmu lagi"
Lion berhenti dan langsung berbalik" Apa yang kakek lakukan padanya?"
"Apa kamu takut?, bukankah kamu tau kalau kekekmu ini tidak bisa di bantah? " Lanjut tetua Kim.
Yang benar adalah, Mimi sudah menceritakan semuanya termasuk Lion yang sudah memiliki kekasih, terang saja kakek Kim langsung marah dan meminta anak buahnya menyelidiki kebenaran itu.
Sebelum dia meminta Lion datang, dia sudah meminta anak buahnya untuk mengamankan Nana karena dia tau kalau Lion akan membantahnya.
Sedang di rumah Lion, Nana sedang mengerjakan tugas kantornya karena mulai besok dia akan kembali bekerja.
Tiba-tiba tedengar suara dari balik jendela, Nana langsung terkejut.
"Siapa di sana? " teriak Nana.
Sebanyak apapun Nana bertanya, tetap tidak ada sahutan, dia memberanikan dirinya untuk mendekat kearah jendela.
Alangkah terkejutnya Nana waktu melihat sosok hitam berdiri di depan jendela, Nana langsung panik dan minta tolong.
"Tolong... "
Nana berusaha berlari namun sosok hitam itu memecahkan kaca jendela Nana dan segera mendekapnya dari belakang.
Nana terus saja berteriak minta tolong, dengan cepat sosok itu menutup mulut Nana dengan sapu tangan yang sudah di berikan obat bius, seketika itu Nana langsung pingsan.
Sosok hitam itu langsung membawa Nana ke bahunya dan segera meninggalkan kamar Nana, tepat saat itu pelayan Gong langsung membuka pintu kamar Nana setelah lama mencari kunci candangannya.
Melihat kaca pecah dan sosok hitam membawa Nana pergi, pelayan Gong langsung berteriak ke takutan.
Mendengar teriakan pelayang gong para pemgawal langsung datang, segera pelayan Gong memceritakan situasinya, dengan cepat para pengawal itu berlari mencoba mengejar penculiknya Nana.
Lion menatap kakeknya dengan Tatapan buas, tiba-tiba handphonnya berdering dan itu dari rumahnya, Lion langsung mengangkatnya sementara itu tetua Kim tersenyum melihat ekspresi Lion yang tidak tenang.
📞"Ada apa? "
📞"Tuan, Nona Nana di bawa pergi oleh beberapa orang yang berbaju hitam, kami tidak bisa mencegahnya begitu juga penjaga keamanan"
📞"Aku mengerti"
Setelah bicara dengan pelayannya, Lion kembali menatap kakeknya dengan tatapan mematikan.
"Jangan sentuh dia, jika dia terluka sedikit saja maka aku akan menghancurkan semuanya !" ancam Lion.
"Kalau begitu menikahlah dengan Mimi !" Lanjut tetua Kim.
Lion menyeringai kearah kakeknya, "Kakek lupa kalau aku adalah Kim Lion, anak yang kau didik dengan caramu sendiri, jadi aku adalah cerminan dirimu yang tidak bisa di paksa juga"
"Baiklah, jika itu pilihanmu maka ucapkan selamat tinggal untuk kekasihmu" kata ketua Kim.
"Hanya ada dua kemungkinan jika kakek melakukannya yaitu aku atau kakek yang akan hancur" Ucap Lion dengan sinis.
"Lion, ayah jangan lanjutkan lagi, mari kita bicara baik-baik, dan tolong jangan bawa-bawa Nana!" Ny Tresia mencoba menengahi pembicaraan panas antara Lion dan kekeknya.
Tetua Kim dan Lion mengabaikan apa yang di katakan Ny Tresia.
Tetua Kim malah mengeluarkan handphonnya dan langsung membuat panggilan ke anak buahnya.
Setelah bicara dengan anak buahnya, tetua Kim langsung memperlihatkan Vidio pada Lion.
Di dalam vidio Nana terlihat menangis, ada sedikit darah di sudut bibirnya, melihat itu kobaran api menyala di bola mata Lion, hatinya sakit melihat air mata Nana yang tangan dan kakinya terikat, ketenangannya langsung hilang, dia tau betul kalau kakeknya adalah srigala yang gila.
"Kakek....hentikan!, jangan menyiksanya lagi , aku akan mengikuti kemauanmu asalkan kamu lepaskan dia sekarang! " teriak Lion.
"Bagus, setelah kamu menikah baru akan aku lepaskan!"Tetua Kim tertawa penuh kemenangan melihat Lion setuju.
Mendengar perkataan kakeknya, Lion langsung pergi dengan amarah yang menggila, dia menjalankan mobilnya dengan kecepatan tinggi.
Beberapa saat kemudia, dia sampai rumah , langsung saja dia memanggil semua pelayan dan keamanan, dia murka dengan menghancurkan semua barang-barang di rumahnya.
"Menjaga satu wanita aja kalian tidak bisa hah?" tanya Lion dengan tatapan buas.
Salah satu penjaga keamanan membuka mulutnya dengan gemetaran, "Mereka sangat pintar, kami tidak bisa melacak jejaknya baik ketika datang atau pergi"
"Bagaimana mereka membawa Nana?" tanya Lion seakan bola api siap melompat dari matanya.
"Nona Nana di bius, setelah itu di bawa kabur" Jelas pelayan Gong.
Mendengar penjelasan pelayan itu, Lion berteriak histeris kakinya lemas, kemudian dia melempar handphonnya ke lantai, hatinya sakit mendengar wanita yang dia perlakukan seperti ratu di perlakukan sekejam itu.
"Pergi kalian dari hadapanku segera !" teriak Lion.
Para pelayan dan penjaga keamanan itu langsung kembali ke tempat mereka masing-masing, Lion sangat mengenal kakeknya yang begitu kejam, dia tau kalau kakeknya tidak akan melepaskan Nana meskipun dia akhirnya menikah dengan Mimi.
Sesaat kemudian, Lion duduk di ruang kerjanya tanpa sadar air matanya jatuh ketika mengingat wajah Nana yang kesakitan.
"Maafkan aku" ucap Lion dengan lirih.
"Harusnya aku lebih peka dan memastikan keselamatanmu dahulu sebelum aku menghadapi srigala tua itu" Gumam Lion sambil menyeka air matanya.
Malam itu Lion benar-benar hancur, dia mengerahkan semua anak buahnya untuk mencari keberadaan Nana, tapi dia harus menelan kecewa karena mereka sama sekali tidak menemukan jejak.
Lion murka dengan semua anak buahnya, oleh karena itu satu-satunya cara adalah mengandalkan kemampuannya.
Lion segera duduk di depan layar leptopnya, dia meretas keamanan di handphon kakaknya tapi tidak ada petunjuk, setelah itu dia juga tidak lupa meretas keamanan rumah lama tetua Kim yang sudah lama dia tinggali, tapi sayang Lion menemukan rumah itu kosong.
"Aaa... aaa... dasar kakek tua, kenapa kamu masih ikut campur dengan hidupku ? tidak cukupkah kamu merenggut kebebasanku?"
"Nana kamu di mana? tolong jangan takut, aku pasti akan membawamu kembali" Ucap Lion dengan lirih setelah puas berteriak.
Hingga matahari terbenam, Lion masih terjaga.
"Sudah pagi, apakah Nana sudah bangun" batin Lion seraya menatap keluar jendela.
Sementara itu di keluarga Kim, Yuri berhenti sejenak ketika dia tidak sengaja mendengar percakapan tante dan pamannya di kamar yang pintunya sedikit terbuka tentang Nana yang di sekap.
"Kakak lagi apa? " tanya Zera ketika melihat Yuri terdiam di depan kamar ibunya.
Mendengar suara Zera, Yuri langsung membungkam mulutnya setelah itu dia masuk tanpa mengetuk pintu di ikuti oleh Zera.
"Apakah itu benar? " tanya Yuri dengan ekspresi sedih.
Tuan dan Ny Kim terkejut dan langsung berbalik melihat Yuri.
"Yuri" sahut Ny Tresia dengan suara lemah.
"Tolong tante dan om jujur, apakah benar my Nana di sekap oleh kakek? " sekali lagi Yuri bertanya .
"Jangan ikut campur, percayalah Nana akan baik-baik saja, dia akan di bebaskan setelah Lion selesai menikahi Mimi" jelas tuan Kim.
Mendengar penjelasan pamannya, air mata Yuri jatuh dia tidak menyangka kalau semudah itu pamannya memintanya untuk diam.
"Aku mengerti jika kalian tidak begitu khawatir dengan Lion , tapi ini Nana, tidakkah kalian berfikir betapa takutnya dia?"
"Nana itu orang asing di negara ini, dia pobia dengan kegelapan dan ketika dia berada di tempat sempit dan gelap apakah kalian tau akan terjadi apa dengannya? "
"Dia akan histeris dan kejang-kejang bahkan sesak nafas, secara tidak langsung kalian ikut membunuhnya" Yuri benar-benar marah, dia sangat khawatir dengan Nana karena hal ini pernah terjadi di masa lalu, karena kejadian itu Nana harus koma selama 1 bulan.
Mendengar perkataan Yuri, Zera dan Ny Tresia langsung histeris, mereka menangis dan sangat takut bila kemungkinan yang di sebut oleh Yuri terjadi.
Sambil menyeka air matanya, Yuri bergegas meninggalkan kediaman tuan Kim, sedang sepeninggal Yuri, tuan Kim merasa kebingungan dan geram, namun dia tidak bisa berbuat apa-apa untuk melawan ayahnya karena kenyataannya dia tidak punya hak untuk bersuara soal pernikahan Lion.
Sudah hampir siang, Lion tetap duduk menunggu pergerakan dari kakeknya tanpa memakan apapun.
Tiba-tiba suara handphonnya berbunyi dan dengan segera dia mengangkatnya tanpa melihat ID pemanggil karena fikiran Lion kacau.
📞"Halo Lion, apa kamu ada di rumah? " Terdengar suara yang cukup Lion kenal dari seberang telpon.
📞"Ada apa Ryeon? "
📞"Oh, aku lagi di jalan menuju rumahmu, terimakasih sudah membantuku lepas dari jeratan ayahku"
📞" Oh "
Setelah mengatakan kalimat terakhirnya, Lion langsung menutup telpon tanpa memperdulikan Ryeon.
Sesaat kemudian Ryeon sampai di depan rumah Lion, tepat saat itu dia hendak berjalan
melewati mobil di depannya, namun yang Ryeon tidak sangka kalau pintu mobil terbuka dengan keras dan menabraknya, langsung saja dia terkjut dan jatuh ke tanah.
"Auhhh... " Ryeon meringis kesakitan.
Mendengar suara itu Yuri bergegas keluar dari mobil dan berjongkok melihat orang yang baru saja di tabrak oleh pintu mobilnya.
"Apa kamu baik-baik saja? " tanya Yuri dengan cemas.
Ho Ryeon bangun sambil membersihkan pakaiannya dari debu.
"Menurutmu? " ucap Ryeon dengan sinis.
Yuri menatap Ryeon dari atas sampai bawah, "Baik-baik saja,"
"Aiss... gadis ini" Ryeon merasa jengkel dengan sikap Yuri yang santai.
"Tubuhku memang tidak terluka tapi jiwaku tergunjang karena kaget, apa kamu tidak tau bagaimana pentingnya wajah, serta kejiwaanku? " ucap Ryeon dengan nada jengkel.
"Aku tidak perduli" ucap Yuri acuh tak acuh sambil melangkah meninggalkan Ryeon.
Melihat itu Ryeon geram, segera dia menarik lengan Yuri.