Pagi sekali Ella dan Alfred sudah beranjak pergi menuju Kota Bristol. Minggu pagi yang seharusnya menjadi waktu untuk dirinya merehatkan diri, tetapi itu hanya sebuah angan-angan.
Karena pagi ini adalah janjinya pada Luna dan Barnard untuk sebuah acara khusus yang akan diadakan di toko buku tersebut.
Ron sudah tiba lebih awal, ia sedang berbincang ringan dengan Barnard. Sedangkan Luna dan seorang pria di sebelahnya sibuk menata beberapa kursi dan buku di atas meja.
"Pagi Barnard..! Hai Ron, kau datang terlalu cepat sepertinya," sapa Ella, tatapan Ron langsung memandang Alfred yang berdiri tegap disamping Ella.
"Lebih baik datang lebih awal, bukan? Akuhanya tidak suka jika harus terlalu terburu-buru oleh waktu." Jawab Ron santai, tapi matanya terus saja memandangi Alfred Lewis.
"Oh ya Ron, hampir saja aku lupa. Ron ini Alfred Lewis, dan Alfred..." Ella menunjuk ke arah Alfred yang mulai memberikan senyum ramahnya. "ini Ron, atau tepatnya Ronald Mateo. Penulis yang sedang terkenal dengan novel romance eroticnya yang sangat populer."
Kedua pria itu pun saling berjabat tangan, walaupun Ella merasa Ron tidak begitu menunjukkan kesukaannya terhadap Alfrred. Terlihat dari bagaimana dia memberikan sebuah senyuman yang kaku pada Alfred.
"Barnard..? Dimana kau letakkan stok buku yang lainnya? Dan Ethan! Percepat langkahmu! Atau aku akan membuat kau mengenakan sepatu hak tinggi!" teriak Luna, dia memandang kesal partner kerjanya.
"Hai Ella.... " Sapa Luna datar.
"Ahh... Luna... kenapa kau terlihat seperti kau-lah si pemilik toko. Sebentar, aku akan ambilkan sesuatu. Maaf aku harus meninggalkan kalian semua." Ucap Barnard dan dengan cepat sudah masuk kedalam ruang karyawan.
"Apa kau butuh bantuan Luna?" Tanya Ella, dan langsung saja Luna melirik tajam ke arah Ella dan bergantian ke arah wajah Ethan.
"Menurutmu? Atau kau lebih senang dikelilingi oleh dua pria ini?" Jawab Luna ketus. Dan ia pun berjalan ke arah ruang karyawan, serta Ethan masih terus mengekorinya.
Alfred langsung menarik lengan Ella, ketika ia sudah mulai melangkahkan kakinya. Ella pun memandangi wajah Alfred dengan bingung.
"Hei.. Aku tidak bisa menemanimu berlama-lama disini," ucap Alfred. Perkataannya barusan membuat Ella hanya sedikit mengerakkan kepalanya dengan perasaan aneh.
"Baru saja aku mendapatkan pesan, ada pasien yang harus segera mendapatkan perawatan. Sepertinya sebuah kecelakaan mobil." Alfred melanjutkan pembicaraannya, Ella pun menggenggam tangan Alfred dengan lembut.
"Tidak apa-apa Alfred, ada orang lain yang lebih membutuhkan pertolonganmu, dibandingkan diriku." Jawab Ella.
Alfred sudah pamit dan berlalu dengan cepat, dan Ella tentunya membantu Luna mempersiapkan semuanya. Ron tampak sangat santai, ia sudah duduk dengan tenang.
"Sepuluh menit lagi, OK! Apa kau lihat disana." Tunjuk Ella ke arah luar, terlihat kerumunan orang yang sudah berkumpul di depan toko buku Barnard.
Ron tersenyum dengan santai, matanya tidak melihat ke arah yang Ella tunjuk, justru ia masih terus memandangi Ella yang lebih terlihat tegang dari dirinya.
"Jadi, kau dan Alfred..?" ucap Ron tiba-tiba, dan Ella langsung menatap ke arahnya. Sepertinya ia sudah bisa menebak kemana arah pembicaraan Ron. "Kalian berpacaran?"
"Mmm.. Mungkin bisa dikatakan seperti itu." Jawab Ella ragu, seraya menyeringai bingung.
"Oouuw... Aku tidak menyangka. Kupikir kau dengan pria yang waktu itu ada di acara prompt night."
"Apa? Pria? Maksudmu pria...(Ella sedang berpikir keras) Ohh... apa maksudmu Edward Huxley?" Tebak Ella dengan yakin, dan Ron mengangguk mengiyakan perkataan Ella.
"Sudah banyak yang berubah Ron," ucap Ella kembali.
"Ya... kau benar Ella sudah banyak yang berubah. Tapi tidak dengan... " Ron berhenti dengan ucapannya, dan Ella masih menunggu Ron melanjutkan ucapannya.
"Hhh.. Aku lupa memberitahumu. Manajerku tidak bisa hadir hari ini, harusnya saat pembukaan nanti dia yang akan berbicara. Apa kau bisa menggantikannya, Ella?" Tanya Ron.
"Apa? Aku?" Tunjuk Ella pada dirinya sendiri.
"Pagi Semua... Hai Ella..!" Suara nyaring yang sangat dikenal sudah mulai memekakkan telinga Ella.
Calvin sudah berdiri dan menyeringai dengan riang. Ron langsung memandang dingin ke arah Calvin yang baru saja tiba.
"Hai Ron.. lama sekali kita tidak bertemu." Sapa Calvin mendekati Ron yang semakin merapatkan bibirnya. Calvin tampaknya tidak peduli dengan respon dari Ron, ia berjalan melewati Ella dan menyapa Luna yang masih sibuk menasehati Ethan.
Dalam sekejap, toko buku Barnard sudah penuh dengan keramaian pengunjung yang penasaran akan sosok Ronald Mateo. Ella dibantu dengan Luna, membuka acara jumpa fans tersebut. Ron sama sekali tidak canggung dengan para penggemarnya. Dengan sikap ramah dan sopan, Ron mulai menyapa semua penggemarnya.
Acara berikutnya dilanjutkan dengan penandatanganan buku, dan Ella yang sudah terlihat sangat lelah menghadapi semua rentetan acara pada hari itu.
Dia lebih memilih untuk duduk dipojok dekat dengan kasir, mata Ella menatap Ron. Kecuali dengan tampilannya yang berbeda, sikap pria itu sama sekali tidak berubah.
"Kopi?" Ucap Ella menyodorkan segelas kopi ke arah Ron yang langsung menerimanya.
Akhirnya acara jumpa fans tersebut berjalan dengan lancar dan selesai sedikit lama dari waktu yang mereka rencanakan.
"Terimakasih," balas Ron yang langsung menyeruput kopinya yang masih mengebul dengan kepulan asap tipis.
"Wahh... wah... Ron. Aku tidak menyangka sekarang kau sudah seperti seorang artis terkenal. Lihat tadi berapa banyak penggemarmu yang rela mengantri, hanya demi mendapatkan tandatanganmu dan melihatmu langsung." Calvin baru saja bergabung, dan memberikan komentar terbaiknya, yang justru terlalu berlebihan.
"Aku harap itu sebuah pujian, Calvin?" Ucap Ron datar, dan Ella melirik kesal ke arah Calvin.
"Tutup mulutmu yang bau itu?" ucap Ella tanpa bersuara, matanya melotot kesal ke arah Calvin yang hanya terkekeh.
"Kau sudah tidak menyimpan kesal padaku kan Ron, kau tahu kan hubungan kita dulu tidak bisa dibilang baik," ucap Calvin kembali, dan Ron hanya menghela napasnya dengan pendek.
"Aku sudah melupakannya, Calvin." Ucap Ron bangkit dari duduknya, "Tapi dimana Khristy?" Pertanyaan Ron jelas sekali sedang menyindir Calvin, dan benar saja raut wajah Calvin langsung berubah.
"Sayang sekali, kau sudah putus dengannya? Hmm... mungkin Khristy menemukan seseorang yang lebih baik darimu Calv." Balas Ron, dan Calvin yang sepertinya sudah tidak bisa menahan rasa kesalnya. Ingin sekali mengajak Ron berkelahi saat itu juga.
Ella langsung saja berdeham keras, kedua pria tersebut langsung mengendurkan otot-otot ketegangan di wajah mereka. Calvin langsung memutar tubuhnya dan melirik ke arah Luna yang masih terlihat sangat sibuk bersama Ethan.
"Luna... Apa kau tidak merindukanku?" Teriak Calvin dan berjalan ke arah Luna dan Ethan. Luna sama sekali tidak mendongak, dia masih saja sibuk memberikan petuah pada rekan kerjanya.
"Apa Luna? Kau mengacuhkanku?" Ucap Calvin kembali dengan kesal.
Ella dan Ron sudah tidak memperhatikan Calvin yang masih sibuk menggoda Luna, mereka masih menikmati segelas kopi hangat di tangan mereka.
"Ron, sekali lagi aku mengucapkan terimakasih." Sebuah senyum sungguh-sungguh ditunjukkan ke arah Ron, dan kembali mata pria itu menatap penuh arti pada Ella.
"Semoga semua ini sesuai dengan harapan kalian, aku hanya sedikit membantu saja." Ron mencoba merendahkan diri, matanya masih saja menatap Ella dengan tatapan yang berbeda.
Hal ini justru membuat Ella menjadi sedikit tidak nyaman. Apa Ron masih menyimpan rasa pada diri Ella?
Suara bel terdengar ketika pintu toko terbuka, Semua mata menatap ke arah pintu utama. Jelas sekali tanda tutup sudah terpasang di depan Toko, tapi mengapa ada pelanggan yang bersikeras untuk menerobos masuk.
"Maaf kami sudah tutup!" Teriak Luna, dengan langkah cepat sudah berada di depan pintu masuk. Seorang wanita dengan rambut sebahu berwarna pirang, sudah berhadapan dengan Luna.
Luna harus mendongak, menatap wanita yang baru saja tiba. Tubuh wanita itu tinggi, dengan kakinya yang jenjang, wanita itu masih menggunakan sepatu hak dengan tinggi sepuluh centimeter. Wanita itu mengenakan sebuah celana berwana cokelat dipadupadankan dengan blouse lengan pendek berwarna putih.
Luna masih menatap dingin ke arah wanita tersebut, Luna tidak bisa melihat matanya karena sebuah kacamata hitam yang ia kenakan. Tapi terlihat dari bibir wanita tersebut yang tidak bergerak, menandakan ia sedang mengacuhkan Luna yang berada di depannya.
"Halo? Apa kau tuli? Kami sudah tutup sekarang!" Luna sudah kehabisan kesabarannya, dan semakin kesal dengan kesombongan wanita tersebut.
Wanita itu menunduk dan melihat Luna dari balik kacamata hitamnya, dan ia pun membuka kacamatanya yang ia letakkan di kepalanya bagaikan sebuah bandana.
"Miranda?! Apa yang sedang kau lakukan disini?" Ucap Ron tiba-tiba. Semua orang bergantian menatap Ron dan wanita yang dipanggil Miranda tersebut.
"Kau mengenalnya?" Tanya Luna melirik ke arah Ron yang sudah mulai berjalan mendekat ke arah mereka. Ella juga merasa bingung, dan seperti tidak asing dengan nama wanita tersebut.
"Ronald!! Aku sudah mencarimu kemana-mana. Sangat susah membujuk managermu, untuk memberitahu dimana keberadaanmu sekarang. dan kenapa kau ada di Bristol?" Ucap Miranda, berjalan melewati Luna dan langsung menggandeng lengan Ron dengan sikap yang manja.
Ron yang tidak nyaman dengan sikap Miranda, berusaha melepaskan cengkraman tangannya, tapi usahanya sia-sia. Karena tangan Miranda yang seperti sebuah lem perekat yang terus saja menempel.
"Miranda, seharusnya kita tidak perlu bertemu kembali. Kau dan aku sudah tidak memiliki urusan." Ucap Ron, tapi Miranda tidak peduli.
"Ron, kita harus membicarakan mengenai hal ini. Kau tidak bisa begitu saja memutuskan hubungan kita secara sepihak!"
"Stop! Miranda, kita tidak bisa membicarakan masalah pribadi kita disini." Ron langsung memotong pembicaraan dan sadar dengan orang-orang yang memperhatikan mereka berdua.
"Luna, Ella, Barnard. Maaf sekali aku tidak bisa berlama-lama disini." Ucap Ron, seraya mengambil tas kecil hitam yang berada di atas meja tempat Ella berdiri.
"Tidak apa-apa Ron, aku harap kau baik-baik saja," jawab Ella, dan Ron hanya bisa memberinya senyum simpul kecil.
Tangan Ron dengan kesal memegangi lengan Miranda, dan mengajaknya keluar dari toko buku milik Barnard.
Calvin mendekati Ella, keduanya menatap dari dalam toko. Melihat Ron yang tampak berdebat dengan Miranda, sambil memasuki sebuah mobil sedan Audi berwarna hitam.
Tidak lama mobil tersebut sudah melaju kencang dan menghilang dari pandangan mereka.
"Ck... ck... ck ... tidak kusangka jika Ron bisa mendapatkan seorang wanita cantik seperti itu?" Calvin dengan berdecak kagum. Luna yang mendengarnya langsung melihat Calvin dengan wajah kesal.
"Sudahlah Calvin, itu bukan urusan kita," jawab Ella.
"Biar kutebak, pasti dia mantan pacarnya," Calvin masih ingin membahas, dan Ella langsung saja berjalan menjauh dari temannya yang masih saja melamun dalam pikirannya sendiri.
"Ella..? Kau tidak mendengarku bicara ya? Bagaimana bila aku katakan bahwa kau besok akan menerima data mengenai yang kau cari-cari selama ini!" teriak Calvin dengan sengaja.
Ella langsung menghentikan langkahnya, dan berbalik memandang Calvin yang sedang menyeringai puas pada dirinya.
"Kau mendapatkannya?" Ella bertanya dengan bersemangat.
"Tentu saja, apa kau akan memberikan ciuman untukku?" goda Calvin dengan sengaja.
"Heh? Apa kau ingin mati, Calvin!" Ancam Ella bersungguh-sungguh.