"Papa bilang kalau papa tuh sayang...banget sama menantu perempuannya yang crewet dan ga akan pernah rela kalau aku sampai bikin kamu kesel apa lagi sedih, makanya aku ga mau kamu marah sama aku, ntar aku dihajar papa lho".
"Oh.....jadi itu alesannya".
"Siapa Bilang".
"Terus".
"Aku ga tahan aja kalau aku diambekin kamu, nanti.....".
" Apa...." Bila memotong ucapan Edwin sambil melotot.
"Nanti aku ga dapat jatah, terus seharian ga ngomong, terus papa tau, terus aku nanti dimarahin papa, dikatain bla bla bla, males". Edwin berucam sembari memeluk Bila yang masih marah.
Bila hanya diam, dan memandang sinis Edwin"ya udah kalo males, kakak jauh jauh dari aku".
"Apa... enak aja, aku maunya deket2 kamu kok,".
Bila membelakangi Edwin berusaha supaya suaminya tak bisa melakukan hal yang lebih jauh.
Edwin yang melihat tingkah Bila jadi semakin gemas, akhirnya tanpa aba-aba ia melepaskan gaun Bila dengan paksa, dan mulai melancarkan jurus jitu, yang masih berusaha ditolak Bila, walaupun sebenarnya dalam hati Bila mengharapkan lebih (biasa istri kalo lagi ngambek suka jinak-jinak kucing garong 😅😅😅)
Edwin semakin bersemangat dengan penolakan pura pura Bila, sampai Bila akhirnya menyerah dan mulai mengikuti permainan Edwin, tapi ketika meteka mulain memanas, tiba-tiba pintu kamar diketuk.
"Nisa... nak" panggil pak Baroto dari luar.
Seketika Edwin mengumpat, harus menahan hasrat yang sudah diubun-ubun "sial...
papa ganggu aja, ga tau apa lagi dibuatin cucu".
"Kakak....udah sabar, nanti aku kasih bonus deh", Bila segera memalai bajunya dan mengambil kimono, lalu keluar menemui.
ertuanya.
"Serius kamu" mendengar kata-kata Bila seketika amarahnya hilang, berganti harapan yang besar akan bonus dari Bila.
"Ya pa..., papa butuh sesuatu?" sapa Bila dengan lembut.
"Maaf ya nak, papa ganggu tidur kamu".
"Ga papa kok pa, papa mau apa?".
"Nak dada papa sesak" jawab pak Baroto sambil memegang dadanya (terang aja sakit, kan pak Baroto baru nangis, terus nahan isakannya, bercampur emosi".
"Papa...mata papa kok merah, kenapa?" Bila melihat mata sembap mertuanya.
"Papa nangis ya, maaf kalau Bila bikin lesel papa".
Mendengar ucapan Bila justru membuat Pak Baroto seketika menangis sambil memeluk menantu tersayangnya, karena mendengar tangisan ayahnya Edwinpun keluar.
"Ada apa Bil?".
"Ga tau" jawab Bila lirih.
"Ada apa pa" Edwin memegang pundak ayahnya.
Pak Baroto beralih memeluk Edwin, membuat sepasang suami istri itu kebingungan, setelah papanya tenang Edwin mengajaknya duduk, sedang Bila membuatkam minuman untuk mereka.
Setelah selesai membuat dua teh hangat Bila mendekati suami dan mertuanya, ia duduk didekat pak Baroto sambil menyodorkan secangkir teh, yang langsung diterima pak Baroto.
"Pa...sebenarnya ada apa, papa sakit atau marah sama kami?" tanya Edwin.
"Ga Win...." pak Baroto mulai terisak lagi " papa justru mau berterimakasih sama kamu, karena kamu hik...hik...hik".
Bila segera mengelus pundak ayah mertuanya untuk menenangkan, sedang Edwin apa yang ayahnya maksut.
"Pa..papa terimakasih sekali Win, kamu sudah ngasih papa menantu yang baik, yang mau ngurusin papa yang sudah mulai sakit-sakitan, Nisa....maafi papa ya nak sudah merepotkan kamu".
"Ga pa.....papa kan juga papanya Bila, Bila sayang sama papa jauh sebelum Bila tahu kalau papa itu papanya kak Edwin, jadi papa ga boleh lagi bilang kalau papa merepotkan Bila, ya".
Pak Baroto hanya mengangguk-angguk berusahan menghentikan tangisannya, "Win jaga Nisa, papa ga rela kalau kamu sampai menyakitinya".
"Ya pa aku janji akan menjaga, dan berusaha jadi suami yang baik buat menantu papa, tapi sekarang papa ga usah sentimentil gitu lah, nanti malah ga jadi dapet cucu baru".
Mendengar kalimat terakhir Edwin,Bila membelalakan matanya memelototi Edwin
Mereka sudah mengantar pak Baroto ke kamarnya, setelah mengusapkan minyak kayu putih ditubuh pak Baroto, mereka keluar sesudah meminta ijin.
"Pa...kami balik ke kamar lagi ya, mau bikinin papa cucu" goda Edwin.
Bila segera mencubit pinggang Edwin yang mulai berlemak (Gimana ga berlemak coba, punya istri pinter masak, plus hidupnya bahagia) dengan keras Bila memelintirnya.
"Ya nak papa sudah ga apa-apa kok, kalian tenang aja".
Sampai didalam kamar kini justru Bila yang gantian sentimentil, ia terharu karena merasa beruntung mendapatkan mertua yang tulus menyayanginya, benar benar pasangan menantu dan mertua yang melankolis.
Edwin merasa kesal jika harus mendengar ocehan haru lagi, akhirnya tanpa ba bi bu, dia mewujudkan keinginannya untuk membuatkan papanya cucu baru.
Hari-hari berlalu masih dengan situasi yang sama, suatu hari disiang yang cerah dikantor Edwin kedatangan seorang tamu cantik dengan dandanan yang cukup tebal, dan baju yang kurang bahan, yah dia adalah Caca wanita yang hingga saat ini belum mau melepaskan Edwin walaupun ia sudah tau kalau laki-laki itu sudah menikah.
Caca tahu kalau sampai detik ini Bila belum juga hamil, makanya ia mencari celah untuk berusaha hadir diantara mereka,karena ia tahu Edwin sebenarnya sudah menginginkan kehadiran seorang anak.
Setelah meminta ijin dari bu Anis, ia segera masuk dengan anggunnya sambil membawa bungkusan berisi makanan.
"Siang Win" sapa Caca"boleh aku masuk?".
"Ca silahkan, ada angin apa kamu ke sini" jawab Edwin.
"Ini lho Win ada undangan reuni dari SMA,sama ini aku bawain makanan kesukaan kamu pas SMA tara....." Caca membuka bungkusan yang berisi somay ikan, dan dan sup buah".
"Wih masih ingat aja kamu Ca, kebetulan banget aku dah lapar".
Dengan cekatan Caca melayani Edwin seolah ia adalah calon istrinya (ngarep.com chyn), merekapun menikmati makan siang bersama didalam ruangan Edwi dengan tenang.
Kebetulan disaat yang bersamaan Bila datang, ia juga mrmbawa beberapa kotak berisi makanan, seperti biasa ia menyapa setiap karyawan yang ia temui, sampai ia bettemu Bu Anis.
Wajah bu Anis tegang saat melihat Bila datang, batinnya wah bisa perang dunia nih, ia tahu dari cerita Edwin, kalau Caca pernah ingin merebut Edwin, bu Anis berusaha menghalangi Bila dengan mengajaknya ngobrol hal-hal yang tidak penting, sampai Bila geram.
"Bu bentar, saya kesini memang mau menemui ibu, pak Wi dan.pak Hadi tapi tunggu saya menemui suami saya dulu, ok".
"Nanti saja mbak.....".
Bila tak menghiraukan Bu Anis, ia langsung saja menuju ruangan Edwin, sementara bu Anis makin merasa tegang.
Dan...tara wajah kesal Bila langsung tercetak, karena melihat suaminya sedang berakrap akrap dengan wanita yang jelas jelas ingin mengambilnya.
Dear Khaira.
Khaira kalau boleh aku berterus terang, aku aku aku....sudah jatuh hati pada mamamu, yah mama Rita.
Autor ngapain sih ga penting nulis apaan.
Gedeg ga kalau ada pernyataan kek gitu.
itu sepenggal kisah cerita di novel ke 2 Autor yang judulnya "Kisah di Antara Dua Hati".
Kalau ada waktu mampir ya kak ke cerita Khaira.
Tapi kisah Edwin dan Bila tetep lanjut ko.
Don't forget untuk dukungannya, see you nex chapter.
Maaf