Acara peresmian hubungan Edwin dan Bila dihari ke dua ini berjalan dengan cukup lancar, sampai ketika Caca datang untuk memberikan selamat pada pasangan itu.
Dengan senyum tersungging Caca berjalan sambil menggandeng papanya menuju tempat dimana Edwin dan Bila sedang berbincang dengan beberapa kerabat.
Caca tampak cantik dengan balutan busana ala princess berwarna krem dengan hiasan keemasan, dipadukan dengan sanggul berhiaskan jepit kecil menambah manis penampilan gadis itu.
Caca menggenggam erat tangan papanya ketika ia sampai didekat Edwin, walau senyumnya tampak indah namun hatinya bergemuruh penuh dengan rasa sesak, jikalau ia mampu ia ingin menjambak dan menghancurkan Bila hingga berkeping2.
"Edwin...." sapa Caca sambil memegang pundak Edwin kemudian mengulurkan tangannya.
Edwin segera menoleh ke arah suara Caca kemudian menyambut Caca dengan menjabat tangan gadis itu.
"Selamat ya atas pernikahan kamu".
"Terimakasih Ca" jawab Edwin.
Setelah memberi selamat pada Edwin giliran Caca menyalami Bila, ketika ia memeluk Bila ia berbisik "Bila ingat, kamu belum menang, aku belum menyerah".
Bila kaget mendengar ungkapan Caca, namun ia mencoba untuk tetap tenang, setelah mengambil napas panjang iapun membalas ancaman Caca "Aku bukan orang yang mudah dikalahkan" ia berkata dengan mantap lalu melepas pelukan Caca "Kak Caca semoga kakak segera menyusul kebahagiaan kami" ucap Bila.
Sebenernya Caca ingin mengamuk diacara tersebut, ia tak menyangka kalau Bila mampu membalas ancamannya dengan sikap setenang itu.
"Silahkan menikmati acara kami kak, teeimakasih atas kehadiran kakak, dan om" Bila berkata dengan nada yang tenang.
Caca melirik sinis pada Bila, setelah papanya bersalaman dengan Bila ia segera menarik papanya.
Acara berlangsung dengan lancar, usai acara keluarga besar pak Baroto berkumpul di ruang tengah, mereka sedang menikmati makan malam.
" Nisa.... setelah hari ini kamu masih kerja?" tanya Erwin.
" Masih mas, Reifan belum ngijinin Bila keluar".Edwin segera membalas pertanyaan kakaknya.
"Terus papa gimana?" sahut Riny.
"Papa da masalah ko, kan ada Darto biasanya papa yo dewean neng umah" sahut papa " kan ada si Darto, perusahaan Edwin kan masih baru jalan, dan Edwin masih butuh pendamping, Nisa juga orang kepercayaan dari perusahaan induknya si tengil itu to". pak Baroto sengaja menekankan kata tengil yang ditujukan pada Edwin.
"Papa, kok ngatain aku tengil?".protes suami Bila.
Gelak tawa terdengar riuh diruangan itu, sampai hampir pukul sembilan, mereka akhirnya pulang satu persatu, sekarang tinggal pak Baroto, Edwin, dan Bila.
"Papa tidur dulu" Pak Baroto berdiri dan menuju kamarnya.
"Ya pa, selamat malam" Kemudian Bila juga segera bangun dari duduknya untuk segera ke kamar, disusul Edwin.
Bila merebahkan tubuhnya diatas kasur yang sudah lebih dari dua bulan ini ia tinggalkan, ada rasa lega yang menjalar dihatinya, karena kini ia sudah sah secara hukum jadi nyonya Edwin, yang saat itu sedang duduk disampingnya.
"Kak....tadi kak Caca bilang sesuatu lho sama aku" Bila membuka percakapan.
" Apa?" tanya Edwin dengan nada cuek.
" Kak Caca bilang dia belum nyerah".
" Terus?" aedwin menyelidik.
"Aku bilang aja, aku ga mudah dikalahkan".
" Serius kamu jawab gitu?".
"Ya.....".
"Wah istriku sekarang sudah mulai berani ya".
"Aku ga takut kak".
"Serius, ga takut sama siapa?".
" Sama Kak Caca lah".
"Kalau sama aky?".
" Ga juga".
"Nantang nih?".
" Ya....aku tantang kakak".
"Ok, kamu kuat berapa ronde malam ini".
" Aku kuat tidur" Jawab Bila sambil menutup tubuhnya dengan selimut.
"Enak aja tidur, ga ada aku ga ijinin" Edwin mulai menyergap tubuh Bila yang sudah pura-pura tidur.
"Kak....." Bila terkejut dengan kelakuan Edwin yang begitu ganas, seolah ingin melahap setiap inci tubuh indahnya.
Edwin mulai mencium dan membelai lembut kulit halus bila, lenguhan dan desahan Bila semakin menambah gairah pria yang tengah dimabuk kepayang itu, gerakan-gerakan sensual dan bisikan ronantis itu semakin intens dan membuat pergumulan itu akhirnya mrncapai puncaknya, ditandai dengan jeritan lirih dari mulut Bila.
Edwin mengelepar disamping tubuh indah Bila dengan nafas yang masih memburu, ia memeluk tubuh telanjang istrinya sambil berbisik "trimakasih sayang, aku istirahat dulu, setelah ini kita lanjutkan".
Bila yang tadinya sudah setengah terlelap karena kelelahan, tiba-tiba terbangun karena kata-kata nackal suaminya.
"Apa....kak aku capek, lanjut besok aja ya...!!!" pinta Bila dengan manja.
Edwin hanya tersenyum mendengar rengekan itu, ia memeluk Bila makin erat, lalu mencium keningnya "Ok besok, dan tidak ada protes lagi".
"Hummmmm...." Bilapun mengetatkan tubuhnya dan akhirnya mereka tertidur dalam suasana bahagai seakan dunia milik berdua, (yang lain kost dibelakang rumah 😅😅😅)
Pagi hari yang cerah tampak Bila sedang mengurus mertuanya diruang makan, ia sedang mengambilkan makanan untuk pak Baroto.
"Hari ini kamu masak apa nak?".
"Ini pa, Bila masak sup sayur, ayam bacem,sama sambel.....tapi papa ga boleh makan sambel yang ini, buat papa sudah Bila siapin khusus sebentar Bila ambil".
Bila membalikan badan kemudian berbalik lagi, mengagetkan pak Baroto yang bandel hendak mengambil sambal "Papa ga boleh".
"Ya...ya...ya" pak Baroto cuma bisa mengalah dengan sikap posesif menantunya.
Hi...reader maaf baru bisa Up, Do'ain semoga dimasa liburan ini author bisa rutin setor bab.
kasih semangat dong say.
Makasih ya....atas dukungan selama ini, semoga cerita Bila dan kak Edwin yang NACKAL menghibur reader tersayangkuh.
Salam sayang ???