Hati Edwin benar-benar hancur ia tak tahu lagi harus bagaimana menjelaskan kesalah pahaman Bila, tapi seolah tak ada lagi kesempatan untuk memperbaiki semua.
Berulang kali Edwin mencoba menemui Bila, namun tak pernah membuahkan hasil, bahkan Fanipun tak sanggup lagi membantunya.
Prilaku Edwin mulai berubah hidupnya bagai kehilangan arah, kini tak ada lagi yang menjadi penyemangat untuknya, seandainya ibunya masih hidup tentu ia tak akan begitu terpuruk.
Bila sosok penyemangat bagi Edwin menjadi lebih baik kini tak lagi memperdulikannya, beberapa waktu terakhir bahkan Edwin tak memperdulikan kesehatannya.
Suatu malam Edwin keluar dari kampus Bila dengan raut wajah yang kusut dan memendam kekecewaan, ia pergi dengan motornya, ditengah jalan ia bertemu dengan Pras teman masa SMKnya ketika ia masih jadi anak badung.
Ternyata Pras masih sama seperti dulu, bahkan ia lebih parah setelah orang tuanya berpisah karena ayahnya ketahuan korupsi, sedang ibunya tak tahan dengan kehidupan yang berubah, dan memutuskan untuk bercerai kemudian menikah dan meninggalkan anak-anaknya.
Dari situlah Pras mulai mengenal kehidupan malam, minuman keras seakan jadi sahabat sejati baginya.
Edwin yang saat itu sedang dalam suasana kalut akhirnya terjebak juga dalam rayuan Pras, mereka pergi ke sebuah clup, disan Edwin mengusir kesedihannya bertemankan minuman keras, dulu ia memang pernah beberapa kali mencob menenggak minuman setan itu, dan kini setelah sekian tahun ia kembali mencobanya, Edwin terkulai lemas dan ia terus merancau menyebut nama Bila.
Dari meja berbeda seorang laki-laki sedang memperhatikan Edwin, ia benar-benar penasaran dengan apa yang ia lihat, Khafiz mendekatinya dan memastikan.
Khafiz belum tahu kalau hubungan Edwin dan Bila telah berakhir, sehingga dengan senang hati ia memberi tahu Bila kalau kekasihnya sedang mabuk.
📩"Edwin lagi mabuk di clup XX, dia manggil-manggil nama kamu"
Bila membuka SMS dari Khafiz ia sangat terkejut dengan tindakan Edwin, yang begitu labil, marah dan kecewa jelas dirasakan oleh Bila namun jauh dilubuk hatinya ia justru merasa sangat bersalah, ia tak ingin Edwin larut dan terpuruk karena perpisahan mereka.
Bila menangis membayangkan keadaan Edwin, ia bertekat menemui Edwin untuk menyadarkan dan memberinya semangat.
📨"Makasih Fiz udah ngasih tahu, tolong kamu bawa kak Edwin pergi dan sadarkan dia, aku akan menyusul
📩"Baik Bil, aku bawa Edwin ke kostanku"
Setelah menerima pesan Khafiz Bila menelfon Fani untuk menemaninya, dengan mengendarai motor Bila menjemput Fani kemudian mereka pergi ke kost Khafiz walau hari telah sore.
Duapuluh menit kemudian mereka telah sampai disebuah rumah Kost yang cukup bersih, Khafiz tinggal di kost khusus pria, sehingga tidak heran jika Bila memasuki bangunan itu dengan enggan, untung saja Fani bersamanya.
Khafiz telah menunggu Bila dan segera membawanya masuk ke kamarnya.
Bila masuk kedalam kamar Khafiz dengan berat, ketika ia membuka pintu dilihatnya Edwin sedang didalam kamar mandi dalam keadaan basah kuyup dan setengah kesadarannya masih belum kembali.
Edwin melihat Bila ia tersenyum, namun disudut matanya menetes air mata, Bila mendekati laki-laki yang sebenarnya masih begitu ia cintai, Bila duduk didepan pintu sambil berkata "Cukup kak, jangan biarkan kakak semakin terpuruk hanya karena perpisahan kita"
"Bila... aku sayang kamu" Edwin menjawab pelan.
"Kakak katakan apa yang ingin kakak katakan, aku tunggu diluar" Bila berkata singkat dengan tujuan meminta Edwin membersihkan tubuh dan mengganti baju, ia kembali keluar dari kamar Khafiz, dilihatnya khafiz sedang duduk bersama Fani, "Fiz maaf apa kamu bisa meminjamkan baju buat kak Edwin?" Bila meminta.
"Bisa Bil" Khafiz menjawab dengan mantap, ia segera masuk kekamar dan mempersiapkan baju untuk Edwin.
Beberapa saat kemudian Edwin keluar dari kamar Khafiz, ia tersenyum melihat Bila sedang menunggunya, ia berharap Bila mau memaafkannya dan berharap hubungannya akan segera membaik. "Bila" Edwin memanggil dengan tatapan berbinar.
"Kak..." Bila mendekati Edwin dan mengucapkan pertanyaan dengan pelan ketika disamping Edwin "ayo kita bicarakan semua, tapi tidak disini"
"Ya..., kita pergi kemana Bil" Dengan semangat Edwin menjawab.
"Terserah asal tidak disini"
Setelah mengucapkan terimakasih pada Khafiz Bila berpamitan lalu mengantarkan Fani dan menuju sebuah tempat dimana ia melihatvVita yang sedang memegang tangan Edwin.
Bila berjalan dengan canggung bersama Edwin setelah duduk, ia tak membuang waktu dan segera berbicara ke inti masalahnya.
"Kak maaf kalau aku sudah membuat kakak sedih, tapi bukan hanya kakak aku juga merasakan hal yang sama, tapi aku ga mau terjerumus dalam dosa" bila terdiam beberapa saat, ia melihat ekspresi Edwin yang kebingungan "kak semua sudah terjadi aku sudah merelakan kakak bersama wanita itu"
"Bila kamu salah paham, diantara kami,"
Belum sempat Edwin menyelesaiakan ucapannya Bila segera memotong "kak... aku mohon cukup sudah cukup semua bukti yang aku lihat"
"Bil ijinkan aku, menjelaskan semua dan beri aku kesempatan kembali padamu"
"Cukup kak... sebenarnya aku terpaksa menemui kakak, kakak jangan seperti ini aku mohon, kakak harus kuat demi papanya kak Edwin, jujur kali ini aku belum tertarik untuk mendengar alasan kakak, mungkin lain waktu saat aku sudah siap, dan saat kakak jadi laki-laki yang lebih baik"
"Maksut kamu apa?"
"Untuk saat ini aku mohon kakak cukup, ijinkan aku menenangkan diri, kak Edwin harus janji jadi laki-laki yang kuat dan bermanfaat untuk keluarga kakak, dulu kita bersama dengan cara baik dan aku ingin saat ini walau kita sudah tidak bersama harus dengan baik juga"
"Bila aku memang salah sudah mengkhianati kamu, tapi jangan seperti ini, kasih aku kesempatan"
"Ya kesempatan itu akan tiba, ketika kakak sudah jadi laki-laki yang tangguh" Bila berdiri dan mengulurkan tangannya "kak aku pamit dulu, sudah malam"
"Aku anter" Edwin menawarkan sambil mrnjabat tangan Bila
"Makasih aku kan bawa motor, ingat kak jadilah laki-laki yang tangguh" pesan Salsabila sambil melepaskan pegangan Edwin lalu pergi.
Mendengar pernyataan Bila hati terasa sakit, namun ia bertekat kelak ia akan kembali, mulai saat ini ia harus jadi seorang pria dan anak yang lebih baik.
Bila dan Edwin kembali ke aktivitas semula, dengan segudang tugas sebagai mahasiswa perlahan mereka mulai biasa dengan kesendirian.
Namun ada satu perubahan dari diri Edwin ia kini bukan lagi seorang pria yang suka menggoda gadis-gadis didekatnya.
Hubungan Dimas dan Vitapun semakin membaik, walau Vita masih dekat dengan Edwin akan tetapi hubungan diantara mereka kini murni sebatas hubungan pertemananan.
Sementara Caca walau ada kepuasan tersendiri karena hubungan Edwin telah kandas, namun jauh dalam lubuk hatinya ia merasa tersiksa karena Edwin benar-benar tak mau dekat dengannya lagi.
Disisi lain untuk melupakan kejadian itu selain sibuk di kampusnya sekarang Bila mengisi sebagian waktunya untuk bekerja paruh waktu disebuah rental pengetikan didekat kampusnya.
Maaf seandainya masih banyak kekurangan dalam cerita yang saya buat, baik alur cerita ataupun penulisannya.
Terimakasih atas dukungan anda pembaca love you all.