Sejujurnya pak Dodi juga menyukai sikap dan pembawaan Ana, dia juga tau kalau Ana adalah gadis baik dan berbeda dengan yang lain, penampilanya sangat sederhana, meski dia tidak begitu cantik tapi akhlaknya membuatnya terlihat anggun, selain itu dia ramah dan cerdas, pembawaanya juga tenang.
"Saya setuju itu". Sahut pak Dodi mengiyakan pendapat Firaz.
Melihat semua orang mendukung Ana, Violin semakin geram, dia merasa gerah berada di ruangan itu, dia pun memilih segera keluar.
Sedangkan Ana tidak terpengaruh dengan percakapan mereka, dia tetap duduk dengan tenang dan melanjutkan bacaanya.
Menjelang makan siang, Ana baru saja keluar dari kelas, dan pada hari itu dia hanya mengajar setengah hari.
"Ukhti apa kita bisa bicara?". Firaz tiba-tiba menghampiri Ana yang baru saja keluar dari ruangan. Ana melirik Firaz dengan ekspresi yang rumit.