•••
TOUCH MY HEART IN YOUR WAY
🍓🍓🍓
Masih di tempat yang sama --sungai Han. Jaehyun dan Aya memilih untuk saling memendam perasaan yang tengah mereka rasakan. Terutama Jaehyun, ia mengurungkan niatnya untuk maju selangkah dalam perasaannya.
Terdiam. Kira - kira selama beberapa menit, mereka berdua --Aya dan Jaehyun tak saling bicara. Mereka sedang memikirkan cara, bagaimana agar kecanggungan yang ada berganti dengan keakraban.
"Aya," sapa Jaehyun pada akhirnya.
Gadis pemilik nama Aya itu menoleh dan menaikkan kedua alis matanya, lalu berdehem sebagai jawabannya.
"Kalau boleh kutahu. Kau dan Jeno sejak kapan berteman? Setelah mengenalku dulu, atau jauh sebelum itu?" lanjut Jaehyun bertanya.
Aya akhirnya menoleh ke samping kanannya di mana ada Jaehyun yang tengah menatapnya. "Setelah mengenalmu Jae...
... lebih tepatnya, setelah kepindahanmu dan keluargamu. Jeno teman sekolahku dan dia satu - satunya yang berani mendekatiku."
"Berani mendekatimu? Bagaimana maksudnya?" Jaehyun sangat penasaran bagaimana Aya bisa menjadi begitu dekat dengan Jeno.
Aya kembali menatap lurus ke depan. "Kau pasti tahu, bagaimana sikap Chanyeol oppa kalau ada bocah laki - laki yang mendekatiku. Kau saja harus melalui Sehun oppa 'kan untuk memberikan kue kering buatanmu waktu itu?" sahutnya dan menatap Jaehyun.
"Aaah, kau benar. Lalu bagaimana cara Jeno bisa mendekatimu? Bahkan, kau diizinkan menginap di apartemennya waktu itu?"
"Semua itu karena Chanyeol oppa percaya pada Jeno, terutama kakak perempuan Jeno. Kurasa Chanyeol oppa menyukainya," sahut Aya.
Jaehyun mengangguk mengerti. Ia tengah memandangi air sungai yang begitu tenang di depan sana. Namun, tiba - tiba saja Aya menyerukan namanya dengan lantang.
"Jaehyun!" seru Aya.
"Ada apa?" Jaehyun menoleh dan menatap Aya dengan kerutan di dahinya.
Kini mereka berdua tengah duduk di kursi panjang yang ada di taman --sungai han tersebut.
Wanita bersurai pendek itu memegangi perutnya. "Aku lapar," sahutnya sambil menunduk malu.
Jelas saja, sebab saat Jaehyun mengajak Aya untuk keluar rumah ia belum sempat untuk makan malam. Jadilah ia lapar sekarang.
"Astaga Aya. Kukira ada apa," sahut Jaehyun tersenyum dan meraih pergelangan tangan Aya. "Ayo, kau mau makan apa dan di mana?" lanjutnya.
Aya menggelengkan kepalanya pelan. "Aku tidak tahu."
"Ya sudah, kau tunggu di sini sebentar. Jangan ke mana - mana," titah Jaehyun. Aya mengangguk dan Jaehyun langsung berlari ke arah food truck yang ada di seberang jalan.
Aya duduk kembali dan tak lama kemudian Jaehyun datang dengan satu burger beef di tangan kirinya dan hot chocolate di tangan kanannya.
"Ini, makanlah. Nanti kita mampir ke restoran terdekat." Jaehyun memberikan burgernya pada Aya.
"Jae, kenapa cuma ada satu? Kau tidak makan?"
"Memangnya kau akan menghabiskan ini sendirian? Aku tidak lupa, kalau kau sedang program menurunkan berat badan. Augh, padahal aku tidak suka kau malakukan itu."
"Kenapa?" tanya Aya sambil menggigit ujung rotinya.
Jaehyun menggenggam tangan kiri Aya dengan tangan kanannya. "Karena aku suka apa adanya dirimu. Jangan menyiksa tubuhmu, Aya."
Tersedak. Aya terbatuk - batuk setelah mendengar ucapan Jaehyun yang mengatakan bahwa ia suka apa adanya dirinya. Apa maksudnya.
"Ini minumnya. Pelan - pelan karena masih panas," lanjutnya. "Tunggu!" Jaehyun membuka penutup cupnya dan meniupnya perlahan.
Aya menerimanya dan meneguknya. "Gomawo Jae. Ini, aku sudah kenyang."
"Lihat 'kan? Habiskan! Aku tidak ingin kau menjadi kurus!" seru Jaehyun seperti sedang merajuk.
Astaga Jaehyun, tingkahnya itu membuat siapa pun yang melihatnya akan langsung jatuh cinta. Sangat menggemaskan.
"Jae, jangan seperti itu pada wanita lain. Mereka akan salah paham nantinya. Itu mengerikan," ucap Aya tiba - tiba.
Jaehyun langsung melepaskan pagutan tangannya dan menggaruk tengkuk lehernya yang tak gatal. "Ayo habiskan, setelah itu kita pulang. Aku takut Chanyeol hyung akan khawatir padamu. Karena aku belum menghubunginya, ponsel baterainya habis."
"Jinjja? Heol! Kenapa tidak bilang dari tadi? Kau mau kena amukan Chanyeol oppa? Ayo pulang sekarang Jae!" sahut Aya yang seketika panik.
Bahkan Aya sudah beranjak dari duduknya sambil memegang burger di tangan kirinya dan tangan kanannya menarik pergelangan tangan Jaehyun yang kosong. "Ayo cepat!" lanjutnya.
Merasa senang. Jaehyun tersenyum diam - diam mendapati Aya menyentuh tangannya. Bahkan menggenggamnya erat. Ingin rasanya Jaehyun menghentikan waktu. Tapi, detik berikutnya ia ingat akan amukan Chanyeol yang sudah menunggu.
"Ayo. Haruskah kita berlari agar cepat sampai ke mobil?" tanya Jaehyun, karena ia menepikan mobil cukup jauh dari tempat mereka berdua menikmati waktu dan semilir angin berdua.
Aya mengangguk mantap tanpa berpikir lagi. "Kalau itu diperlukan, aku akan menghitung sampai tiga. Satu... dua..."
"... ayo kita lari Ay!" potong Jaehyun yang sudah menarik pergelangan tangan Aya dan mengajaknya berlari kecil.
Astaga, Jaehyun tidak bisa berhitung atau bagaimana? Belum juga hitungan ketiga tapi sudah mulai berlari. Tapi, Aya tak ingin ambil pusing. Ia berlari bersisian dengan Jaehyun.
Jaehyun dan Aya tertawa bersama disela lari mereka. Terpaan angin mengenai wajah keduanya. Membuat rambut Aya berterbangan, begitu juga dengan Jaehyun.
Mereka berdua berlari sambil bergandengan tangan dan sesekali melirik satu sama lain --menunjukkan senyum mereka.
Malam ini. Benar - benar malam yang teramat membahagiakan untuk Aya terutama Jaehyun. Bahkan mereka berdua seketika lupa dengan kemarahan Chanyeol yang tengah menanti.
🍓🍓🍓
Di kediaman Park. Chanyeol, kakak dari Aya Park tengah mondar - mandir tak jelas di depan teras. Satu tangannya memegang ponsel dan tangan lainnya memijat dahi.
"Astaga! Ke mana Jaehyun membawa Aya pergi!" Chanyeol khawatir sekaligus ingin marah pada Jaehyun.
Chanyeol tahu, pelakunya Jaehyun karena sebelum Aya dan laki - laki itu pergi, Chanyeol ada di sana untuk memanggil Aya.
Namun, Chanyeol kalah cepat karena Aya sudah masuk ke dalam mobil Jaehyun. Dan saat itu juga, Jeno berpamitan pulang karena merasa canggung dengan Chanyeol yang seakan - akan melarangnya menjalin hubungan dengan Aya, adiknya.
"Awas saja kau Jae! Astaga ini udah menjelang tengah malam." Chanyeol kembali menggerutu.
Ternyata Chanyeol sudah berjam - jam berdiri di teras rumah, menunggu kepulangan sang adik. Bahkan ia belum menyantap makan malamnya yang sudah dimasakkan oleh Jaehyun.
Tiba - tiba Chanyeol memegangi perutnya dan bergumam. "Astaga aku lapar... baiklah aku akan makan dulu, lalu lanjut menunggu Aya," ucapnya dan berjalan masuk ke dalam rumah.
Di dapur, lebih tepatnya di meja makan. Sudah tersedia Jjamppong dengan hidangan lainnya. Benar - benar membuat selera makan meningkat.
Akhirnya Chanyeol makan malam tanpa Aya. Ia sudah tak tahan, menurutnya ia harus mengisi tenaga lebih dulu untuk menunggu adiknya pulang.
Sedangkan di sisi lain, kecanggungan kembali menyerang Jaehyun dan Aya --di dalam mobil. Terlihat Aya yang mengantuk dan Jaehyun yang bingung mau membicarakan apa.
Jaehyun pun menoleh dan mendapati Aya yang memejamkan matanya --sesekali mengerjap. Seutas senyum terpatri di wajah tampannya saat ini. Melihat wanita yang dicintainya melawan rasa kantuk.
"Astaga kenapa sangat menggemaskan!" batin Jaehyun. Lalu ia kembali menatap lurus ke depan.
Di balik kemudi, Jaehyun sesekali mencuri pandang ke arah Aya tanpa suara sama sekali. Menikmati waktu berdua dalam keheningan.
Sekiranya sudah beberapa menit, Jaehyun memarkirkan mobilnya di pekarangan rumah Aya. Ia menepikannya tepat di dekat pintu utama.
Dilihatnya, Aya yang tertidur pulas. Bagaimana ini? Jaehyun tak tega ingin membangunkan Aya dari lelapnya. Jadi, ia turun dari mobil lebih dulu dan langsung bergegas untuk memanggil Chanyeol.
Namun, baru saja Jaehyun tiba di ambang pintu rumah... Chanyeol sudah lebih dulu membuka pintu dan mereka pun berhadap - hadapan. "Kau!" seru Chanyeol.
"Tunggu hyung. Jangan mengomeliku dulu. Itu, Aya tertidur dan aku tidak tega ingin membangunkannya. Jadi, aku boleh—"
"—tidak! Biar aku saja yang menggendongnya!" potong Chanyeol yang tahu maksud Jaehyun --ingin menggendong Aya.
Terdengar helaan napas pelan dari Jaehyun. Ia pasrah dan mempersilakan Chanyeol untuk membawa Aya ke dalam kamarnya.
Setelah Aya tidur dengan nyaman di ranjang miliknya. Chanyeol langsung menemui Jaehyun yang tengah duduk di sofa ruang tamu.
"Jae. Jadi bagaimana?" tanya Chanyeol setelah duduk di sofa seberang Jaehyun.
Menggelengkan kepala. Jaehyun tak berhasil mengungkapkan isi hatinya pada Aya. "Aku belum siap hyung. Aku tidak ingin terburu - buru. Karena Aya masih bingung dengan perasaannya sendiri. Aku tidak ingin memaksanya."
"Aku tahu akan jadi seperti ini. Lain kali jangan membawa Aya pergi tanpa izin dariku. Walaupun aku menyetujui kau mendekati Aya sekalipun! Kau mengerti?" Chanyeol memberikan ultimatum pada Jaehyun. Bagaimana pun ia adalah kakak laki - laki Aya yang harus selalu melindunginya.
Jaehyun mengangguk. "Baik hyung. Kalau begitu aku permisi. Terima kasih untuk dukunganmu."
"Jae, jangan menyerah. Aku punya alasan kenapa mengizinkanmu untuk menyentuh hati Aya. Aku tahu bahwa kau pria yang baik, karena kalau tidak... kau sudah menyatakan perasaanmu hari ini...
... tapi kau tidak. Kau memberikan waktu untuk Aya meyakinkan hatinya. Kau rela menunggu, kau tidak memaksakan kehendakmu sendiri. Bukankah itu bisa menjadi alasan kenapa aku menyetujuimu untuk mendekati adikku?"
"Jaga Aya untukku, Jae. Aku percaya padamu," lanjut Chanyeol.
🍓🍓🍓