Sandra merebahkan badannya ke sofa di ruangan ganti dokter wanita, hari ini baru pkl.10 pagi, tapi dia sudah menyelesaikan 3 operasi katarak..
"oh..hari ini lelah sekali" ujarnya dalam hati..
Tangannya sibuk mencari handphone dalam saku jas dokternya. Ia mendapati ada 20 chat yang belum dibaca, kebanyakkan Konsul dari rumah sakit - rumah sakit tempat dia bekerja.
Matanya tertuju pada satu nama di layar handphonenya, ia menarik napas panjang, dengan perasaan enggan ia membuka pesan itu,
"Datanglah ke rumah.. Aya kangen sama kamu",
ia langsung mencibir begitu selesai membaca pesan itu,
"ah, alasan kuno itu lagi" batinnya,
Itu adalah pesan dari Abang kandungnya, Sena, satu-satu nya orang yang menjadi alasan dia masih tetap melajang sampai saat ini, setidaknya orang yang selalu ia jadikan kambing hitam. Aya, anak Sena, adalah satu-satunya alasan Sena untuk menyuruh Sandra berkunjung kerumahnya.
Pikirannya kembali ke masa 7 tahun yang lalu, saat dia harus bersusah payah berjuang untuk membiayai pengobatan kemoterapi ayahnya, masa-masa dimana dia harus bersusah payah untuk sekolah spesialis dan disaat bersamaan dia harus bekerja diluar waktu sekolahnya untuk mencari uang juga dengan praktek di klinik-klinik sampai larut malam..Sementara disaat bersamaan, abangnya, satu-satunya orang yang dia harapkan, justru pergi dan tidak perduli, Sena lebih memilih tinggal jauh bersama keluarga istrinya, dengan alasan istrinya sedang mengandung, Sena hanya sekali pulang melihat ayah, ketika ayah sedang di ICU, beberapa saat sebelum ayah akhirnya meninggal dunia.
Sandra kembali menghela napas panjang sambil melemparkan handphonenya ke samping sofa,
"Berantem lagi sama Bang Sena?"
sebuah suara dari arah pintu mengagetkannya, sahabatnya, Lila, ternyata dari tadi sudah berdiri di sana,
"Biasa" jawab Sandra, kembali menghela napas.
"Ga ada niatan buat baikan kalian?" tanyanya lagi.
Sandra tidak menjawab, dia hanya kembali menghela napas,
"Bang Sena udah pindahkan? Tinggal dimana dia sekarang?", Lila kembali memberondong dengan pertanyaan,
Sandra menatap Lila dengan tatapan kesal,
"Come on, La, ini masih terlalu pagi untuk ngerusak mood gue" jawab Sandra dengan ketus,
"Oke..oke..sori..", Lila mengangkat tangannya, meminta maaf.
"Anyway..lu udah liat dokter urologi yang baru belum??", lanjut Lila
"Emang ada ?", balas Sandra, tak acuh
"Hello Sandra, please...itu dokter lagi jadi super hot issue bulan ini di rumah sakit," Lila melebarkan matanya, benar-benar tidak percaya dia melihat temannya ini,
Sandra hanya mengangkat kedua bahunya, tanda tidak perduli,
"Kenalan deh, cakep, siapa tau dia jodoh lu, San",Lila mengedipkan sebelah matanya,
"Ayolah Sandra, ga ada salahnya mencoba, ga mungkin lu kerja mulu kan.. inget umur Sandra, apalagi yg lu kejer??" Lila kembali mengulang nasihat yang pastinya merusak mood Sandra pagi ini,
"La, please.., lu bukannya ada operasi?" Sandra menatapnya dengan tajam, seolah mengingatkan Lila, untuk tidak mengungkit topik paling sensitif di hidup Sandra.
"Oke, tapi gue ingetin ya..dia cakep..baik hati..dan yang penting ..dia single" Lila kembali menggodanya, sebelum akhirnya meninggalkan Sandra yang sudah bersiap untuk marah.
Sandra melihat pantulan wajahnya dicermin, kembali ke masa-masa usia 20an, masa-masa dimana teman-temannya sibuk dengan malam Minggu bersama pacar mereka, sementara dia, harus sibuk mengurus ayahnya sendirian, sambil bekerja.
Sandra terlahir di keluarga biasa, ayahnya seorang pegawai negeri di perusahaan pemerintah, sejak usia 12 tahun, Sandra sudah ditinggal oleh ibu, ayah sama sekali tidak mau kembali menikah, ayah lebih memilih untuk membesarkan kedua anaknya, sedari kecil, Sena dan Sandra, sudah terkenal dengan kakak adik yang pintar, kehilangan ibu di usia dini membuat Sena dan Sandra lebih tahu diri, ayah hampir tidak pernah mengeluarkan uang untuk sekolah anak-anaknya, mereka selalu mendapat beasiswa untuk sekolah, sampai saat Sena mendapat beasiswa penuh ke Jerman untuk melanjutkan sekolah, disana dia bertemu dengan Clara, istrinya saat ini, Clara juga sedang sekolah disana, mereka menikah diam-diam tanpa diketahui oleh ayah dan Sandra. Masih lekat dipikirannya, saat ia menghubungi Sena, siangnya ayah masuk IGD karena sesak napas hebat, saat itulah ayah divonis menderita kanker paru dan harus menjalani kemoterapi, disaat yang sama Sandra baru saja 1 tahun menjalani sekolah spesialis mata.
Saat Sandra menelpon Sena untuk memberitahu keadaan ayah, Sena mengatakan dia tidak bisa pulang karena dia tidak punya uang, disaat itulah Sena baru mengaku kalau dia baru menikah secara diam-diam..dan yang paling menyedihkan adalah saat ayah terpaksa masuk ICU, dan Sena hanya datang sehari sebelum ayah menghembuskan napas terakhir. Sena hanya berkata, "istriku lagi hamil besar, Sandra, kehamilannya juga bermasalah, aku ga mungkin tinggalin istri aku begitu aja, apalagi diluar negeri ".
Setelah kejadian itu, Sandra tidak pernah menghubungi Sena, Ayah meninggal dengan setumpuk hutang yang membuat Sandra harus berjuang mati-matian bekerja sekaligus sekolah untuk menjadi spesialis mata..sehingga dia sama sekali tidak punya waktu untuk bahkan menyukai seorang pria, hingga setelah lulus dan bekerja, Sandra tetap sendiri.
Sena pernah beberapa kali mencoba mengunjunginya, tapi Sandra sudah memutuskan untuk berhenti menjalin komunikasi dengan saudara satu-satunya ini, sampai akhirnya Sena mengirimkan foto anak perempuan nya, Aya. Aya lah satu-satunya alasan Sandra mau kembali berkomukasi dengan Sena dan keluarganya, walaupun hanya sekedarnya.
bab 1, ditunggu saran..kritik..atau komentarnya ..terimakasih