" kamu tunggu di sini, aku mau ngajar sebentar hari ini cuma ada 4 Sks" ucap Adam sambil turun dari mobilnya.
"lama?" tanya Syabil
Ada melirik jam di tangannya, lalu dia memandang istrinya itu.
"tergantung, kamu tunggu di sini jangan kemana-mana" perintahnya sekali lagi.
Saat ini Syabilla sedang berada di sebuah kampus ternama di kotanya, ternyata tanpa sepengetahuannya pak Adam juga kerja di sini, mengajar para mahasiswa.
Adam berjalan makin menjauh dan dia menghilang di belokan kampus, Syabila di minta menunggu di sini apakah pak Adam tidak tahu kalau menunggu itu sangat membosankan.
Syabila mencoba membaca buku untuk mengalihkan kejenuhannya menunggu Adam tapi nihil rasa bosan itu tetap menggelayuti perasaannya hingga dia nekat untuk turun dari mobil itu dan berjalan mengelilingi kampus. Sudah sangat lama dia tidak pernah lagi menghirup udara di kampus rasanya masih segar.
Syabilla berhenti pada sebuah taman, di sana banyak terdapat kursi panjang ada beberapa mahasiswa dan mahasiswi yang duduk di sana sambil bersenda gurau. Terbersit di hatinya dia rindu teman-teman kuliyahnya dulu.
Sebuah keramian mencuri perhatian Syabilla hingga tanpa terasa dia ingin ikut melihat apa yang sedang mereka bicarakan hinga berdesakan seperti itu.
Sesampainya di sana Syabila ikut nimbrung di kerumunan mahasiswi yang sedang bersorak ria. Syabila dapat melihat seorang mahasiswi sedang memberikan sebuket bunga untuk Pak Adam, tapi lelaki itu justru terlihat tidak suka dengan pemberian perempuan itu nyatanya dia tidak menerima bunga itu ketika perempuan itu menydorkannya.
"ayolah Pak Adam terima bunganya, aku benar-benar suka sama bapak" bujurk perempuan itu lagi, sementara yang lain bersorak ria meminta agar Adam menerima tawaran cinta dari perempuan itu.
"kamu ini kuliyah yang benar dulu!" Adam akhirnya menyuarakan isi kepalanya.
"aku akan rajin kuliyah jika Pak Adam menerima cintaku" bujuk perempuan itu lagi.
Adam tidak perduli arah matanya menyisir penonton yang sedang berjenjer rapi, dari semua itu ada wajah yang dia kenali, terbersit akal dalam otaknya untuk mencari alasan menolak cinta dari mahasiswinya itu. Adam berjalan ke arah perempuan yang di kenalinya, dia lalu menarik tangan peremouan itu mengenggamnya jari-jari tangan perempuan itu.
"ayo pulang!" Ajak Adam pada perempuan itu yang tak lain adalah istrinya.
Syabilla ingin mengikuti langkah suaminya itu tapi sebuah seruan dari perempuan yang menyatakan cinta tadi membuat langkah mereka terhenti.
"siapa dia pak? kenapa Bapak mengandeng tangannya?"
Adam terlihat tersenyum pda mahasiswinya tdi, lalu dia memperlihatkan jari tangan istrinya yang tadi dia genggam.
"dia Syabilla, istri Saya" Begitulah cara Adam menolak cinta mahasiswinya, sudah tak terhitung jumlah mahasiswi yang path hati karena selalu di tolaknya, dulu dia sampai pusing mencari cara untuk menolak pernyataan cinta dari para mahasiswinya, kali ini dia sudah memberitahukan bahwa di sudah menikah dengan begitu tidak ada lagi yang mengusiknya.
"kok Pak Adam ngak bilang kalau sudah menikah" rengek perempuan itu.
"Memangnya harus laporan sama kamu"
Tanpa memperdulikan kekecewaan perempuan itu Adam berlalu sambil menyeret lembut tangan istrinya itu. Setelah meninggalkan tempat itu Adam masih dengan setia menggenggam tangan istrinya, Syabila melirik tangan suaminya yang masih menempel dengan setia di tangannya.
"Pak" lirih Syabil dengan maksud untuk menyadarkan Adam agar melepas tangannya.
"apa?" Adam sedikit menaikan alisnya karena Syabilla tak kunjung melanjutkan kata-katanya.
"tangannya" Adam melirik ke tangan yang masih setia menggenggam tangan istrinya itu.
"Ada yang salah dengan ini?" tanya Adam sambil mengangkat tangan tampa melepaskan genggamannya di tangan istrinya.
"bukan... maksudku.." jawab Syabila gugup.
"sudah jangan cerewet" pinta Adam
"aku tidak cerewet pak, aku hanya malu di lihat orang.. kita seperti anak TK yang baru bisa berjalan" jawab Syabilla cepat, Adam sedikit menaikan alisnya mendengar istrinya mengatakan kalau mereka seperti anak TK.
"ayolah pak lepas saja ya..! nanti kaya truk dong gandengan terus"
Tak ayal hal itu membuat Adam tertawa, baru kali ini dia tertawa lepas di depan perempuan dan itu istrinya. Melihat Adam tertawa lepas seperti itu Syabila malah cemberut.
"pak Adam ngejek aku ya?" tanya Syabilla.
"kapan aku ngejek kamu Bil, cuma lucu aja" Adam masih terus tertawa tanpa mau melepaskan genggaman tangannya.
"bapak bilang ini lucu, ini memalukan pak di lihat orang banyak"
Adam tetap dengan keinginanya yaitu menggenggam tangan isyrinya itu, walau tanpa cinta mereka di satukan bukan berarti Adam akan lepas tanggung jawab untuk wanita yang sudah mau berkorban menyelamatkan rasa malu akibat pernikahannya yang gagal dengan Ayya.
Tergelisik di hati Adam " apa kabar Ayya sekarang"
***
Sila berjalan cepat di sebuah lorong rumah sakit, dia baru saja mendaptakn kabar kalau Ronna jatuh dari kursi rodanya dan saat ini dia masih berusaha untuk menghubungi Adam yang sejak tadi Hp nya tidak aktif.
"Syabilla... mungkin tahu di mana Adam"
Akhirnya Silla menelpon Syabilla untuk nenyakan Adam di mana, tapi justru yang menjawab telpon itu buka Syabila melainkan Adam.
"Loh kok kamu Dam?" tanya Sila
"memangnya ada yang salah?" tanya Adam balik.
"bukan... bukan begitu" kita Sila
"ada apa?" tanya Adam
"Ronna jatuh di sekolah tadi, kursi rodanya patah saat ini aku masih di rumah sakit"
Terdengar kepanikan di seberang telpon dan Sila sangat tahu bahwa Adam sangat menyayangi bocah itu bahkan Adam sangat rela jika terkadang Ronna memanggilnya papa untuk mengalihkan rindunya pada ayahnya yang lama telah tiada.
***
Mata mungil itu mengerjab seolah silau oleh terpaan lampu, beberapa kali Rona mencoba membuka matanya untuk menyesuaikan carahaya yang tiba-tiba menyerang matanya.
Pandangan pertamanya adalah wajah Adam, di susul kepanikah Syabilla serta tantenya yang sekarang makin cantik saja.
"Ronna kenapa om?" tanya gadis kecil itu dengan suara lemah.
"kamu tidak apa-apa, sekarang istirahat dulu ya" pinta Adam.
"Tante Syabila.. Ronna mau di temani tidur!" pinta gadis itu, sejenak Adam memandang heran ke arah Ronna lalu ke arah Syabila.
"iya.. tante temani" Syabila memutari ranjang dan ikut berbaring di samping Ronna dan gadis kecil itu sedikit menggeser badanya agar tantenya itu bisa ikut berbaring. Syabila mengulurkan tangannya untuk memeluk Ronna membuawainya dalam elusan hangat tangannya.