下載應用程式
99.02% Tate no Yuusha no Nariagari / Chapter 102: Chapter 14 Epilog - Masalah yang kami hadapi

章節 102: Chapter 14 Epilog - Masalah yang kami hadapi

"Jadi, sepertinya para pahlawan lain sekali lagi membuktikan diri mereka sendiri tak berguna dalam pertempuran."

Setelah gelombang berakhir, kami kembali ke Cal Mira.

Para pahlawan lain sadar saat kami sampai di pulau, dan mereka dibawa ke rumah sakit untuk pemulihan.

Sejujurnya, gimana bisa mereka selemah itu hingga L'Arc dan Glass gak mau repot-repot mengurus mereka?

Betul-betul sekumpulan bajingan gak guna!

Apa mereka menganggap semua ini hanya serangkaian event dimana para player dipaksa kalah?

"Tak disangka ada kekuatan seperti itu di dunia. Kita harus mencari cara untuk mengalahkan mereka."

Sang ratu sedang memikirkan tentang kejadian saat itu dan bergumam sendiri.

"Terimakasih atas bantuan anda diakhir pertempuran. Jika anda tidak bertindak, tak ada yang tau apa yang akan terjadi."

"Sudah sewajarnya. Meski aku penasaran pada sesuatu, tuan Iwatani. Setelah Raphtalia dan Filo berada diluar jangkauan kabut rucolu, kenapa kau tidak masuk kedalam kabut?"

"Huh?"

"Aku mendengar bahwa kau tidak mabuk karena rucolu."

"Itu benar."

"Yah buah dan alkohol yang mereka produksi memiliki efek jangka pendek selain memabukan. Itu meningkatkan kekuatan sihir dan konsentrasi penggunanya. Itu mungkin akan membantumu."

"Apa?"

Apa itu artinya bahwa kalau aku bertarung didalam kabut rucolu, aku bisa mengisi sihir dan SP ku secara terus-menerus?

Glass bisa menghancurkan Shield Prison, tapi kalau aku punya SP tak terbatas, aku bisa menggunakan Iron Maiden lagi dan lagi?

Sial! Kalau aku tau itu, kami mungkin sudah menang!

"Seharusnya anda memberitahuku lebih awal."

"Sayangnya hal itu baru terpikirkan olehku."

Diposisi beliau, saat itu pasti merupakan situasi yang sangat tegang.

Dan satu-satunya caraku menyerang membutuhkan proses yang panjang. Mereka mungkin bisa menghancurkan Shield Prison sebelum aku mendapatkan kesempatan untuk menggunakannya.

Satu-satunya pilihanku adalah terus mencoba menggunakan serangan balik untuk melemahkan mereka secara perlahan.

Glass sangatlah kuat setelah mendapatkan Soul-Healing Water hingga Raphtalia ataupun Filo gak ada yang mampu mendaratkan serangan telak. Mereka tidaklah lemah. Mereka berdua bertarung sangat baik sekali sebelum Glass mendapatkan peningkatan kekuatan.

Apa yang harus kami lakukan untuk mengalahkan mereka?

Dan apa yang mereka inginkan? Dari percakapan mereka aku bisa menarik kesimpulan bahwa tujuan mereka adalah untuk membunuh para pahlawan. Tapi L'Arc gak menginginkan korban yang tak perlu. Dia cuma fokus padaku sepanjang waktu.

Apa mereka betul-betul orang jahat?

Mereka memang musuh—tapi kenapa mereka ingin membunuh para pahlawan?

Yang lebih penting lagi, siapa yang kami lawan?

Tentunya kami melawan gelombang kehancuran. Harusnya begitu.

Gelombang yang memunculkan para monster. Kami harus melindungi penduduk dan mengalahkan para monster. Sejauh itulah yang aku tau.

Namun kemudian seseorang—Glass—muncul.

Awalnya kupikir dia juga monster, monster yang lebih cerdas dan lebih mengerikan. Tapi teori itu tak lagi masuk akal sekarang.

Dan sekutunya, L'Arc dan Therese, sudah ada disini jauh sebelum gelombang datang.

Mereka pasti datang dari sisi lain.

Aku sama sekali gak kepikiran soal itu sampai sekarang, tapi apa yang terjadi di sisi lain dari retakan itu?

Apa sebenarnya gelombang kehancuran itu?

Didunia ini, mereka cuma menyebutnya sebagai gelombang kehancuran legendaris.

Tapi gimana dengan Glass dan L'Arc? Pasti ada orang disisi lain.

Aku punya banyak teori, tapi gak punya cara untuk membuktikan mana yang benar.

Teori #1

Glass dan yang lainnya mencoba menginvasi dunia ini. Para monster adalah prajurit mereka. Tapi ada kejanggalan pada teori ini. Glass dan L'Arc melawan dan mengalahkan beberapa monster. Dan itu gak menjelaskan kenapa mereka ingin membunuh para pahlawan.

Teori #2

Glass dan yang lainnya mendapat keuntungan dengan membunuh para pahlawan. Tapi gimana? Dan kenapa? Dan apa yang terjadi disisi lain retakan?

Teori #3

Fitoria mengatakan kalau para pahlawan tewas, maka dunia ini gak punya kesempatan dalam menghadapi gelombang. Apa itu yang mereka inginkan? Apa yang akan terjadi kalau gelombang menguasai dunia? Kami gak akan tau sampai kami kalah. Kalau dunia hancur maka gak ada gunanya semua ini. Mustahil mengetahuinya.

Aku gak bisa memahami apa tujuan mereka..

"Tampaknya Cal Mira masih di pertengahan event aktivasi. Apa yang akan kau lakukan?"

Sang ratu bertanya.

Ada semacam batas level sekitar level 80, dan aku merasa efesiensi leveling sudah menurun drastis saat kami melewati level 70. Itu artinya gak ada alasan untuk tetap di pulau itu lebih lama lagi, satu-satunya hal yang perlu dilakukan adalah melawan bos monster yang ada di kedalaman pulau untuk mencari item drop mereka.

Raphtalia dan Filo mendapatkan senjata yang bagus. Yang perlu dilakukan adalah mengumpulkan lebih banyak material dan mencari tau apa yang bisa dilakukan pemilik toko senjata dengan material-material itu.

"Kurasa kami akan segera kembali ke Melromarc."

"Baiklah kalau begitu. Aku akan mempersiapkan sebuah kapal untuk kalian kembali. Tetapi lautnya masih sangat kacau akibat gelombang, jadi butuh beberapa saat."

"Tidak apa-apa."

"Sanjunganku untukmu dan pencapaianmu tidaklah cukup, tuan Iwatani. Kami kami akan melakukan apapun untuk membantumu. Mari kita bergerak maju melawan gelombang, melawan rintangan apapun yang kita hadapi."

Itu bagus, tapi kerjasama beliau bukanlah yang jadi masalah. Aku adalah satu-satunya pahlawan yang mendapat beban paling berat.

"Yang jadi masalah adalah para pahlawan lain."

"Itu benar."

Mereka sama sekali gak membantu. Sebenarnya mereka juga gak membantu saat gelombang yang sebelumnya.

Mereka mungkin akan mengatakan bahwa mereka masih belum cukup leveling atau membuat alasan lain. Tapi kami gak memberi ruang untuk alasan.

Mereka terlalu lemah.

Aku bilang begitu bukan karena aku lebih baik dari mereka.

Mungkin masalahnya adalah mereka gak memanfaatkan semua sistem peningkatkan kekuatan mereka.

"Kurasa kita perlu mengadakan pertemuan dengan mereka lagi."

"Aku setuju. Dan lebih baik sesegera mungkin."

Sang ratu tampaknya memahami situasinya.

Sejujurnya, para pahlawan lain gak betul-betul lebih kuat daripada seorang petualang normal. Memang sih mereka memiliki akses pasa skill-skill khusus, jadi mereka memiliki kekuatan untuk serangan-serangan jangka pendek yang cepat.

Tapi itu gak sama dengan memiliki kekuatan yang sebenarnya.

Kalau para pahlawan lain bisa menjadi sekuat aku, gak mungkin kan kami kesulitan melawan Glass?

Sang ratu sudah mengatakan bahwa replika senjata yang dipakai high priest bahkan gak sampai seperempat dari kekuatan senjata legendaris milik pahlawan yang asli.

Setelah kami datang ke kepulauan itu, akhirnya aku merasa cukup kuat untuk bertahan dari serangan kuat high priest.

Itu artinya bahwa para pahlawan mampu setidaknya sekuat aku yang sekarang.

Kalau para pahlawan punya kekuatan serangan yang kuat yang setingkat dengan aku saat ini, maka mana mungkin kami kalah dari Glass?

"Ya."

Perasaan bahaya yang kurasakan saat gelombang datang masih belum hilang dariku.

Gak peduli seberapa kuatnya aku, yang bisa kulakukan cuma melindungi orang lain. Itulah batasan yang harus kuhadapi.

Kalau kau cuma bisa melindungi, maka gak mungkin bisa menang.

Kalau kami gak menemukan cara untuk menyelesaikan masalah itu, maka kami gak akan bisa selamat saat gelombang berikutnya datang.

Akhirnya aku merasa aku memahami kenapa Fitoria ingin kami berkerja sama dan menjadi lebih kuat.

Belum lagi kalau kami kehilangan seorang pahlawan, gelombangnya akan semakin sulit untuk dihadapi.

Mereka bertiga gak bisa diatur dan menjengkelkan, tapi kami harus membuat mereka menjadi lebih kuat sebagai satu kesatuan. Aku agak kuatir dengan apa yang mungkin akan mereka lakukan saat mereka semakin kuat. Tapi apapun yang terjadi, itu lebih baik daripada mati.

"Aku agak lelah sekarang. Ijinkan aku istirahat, lalu kita akan bertemu dengan para pahlawan lain besok."

"Silahkan, tuan Iwatani."

Sang ratu membungkuk dan berjalan kearah para prajurit.

Aku berbalik—Raphtalia dan Filo sedang menungguku.

"Kita selamat dari gelombang lagi, kan, tuan Naofumi?"

"Ya."

"Aku merasa aku gak banyak berguna."

"Itu gak benar."

Raphtalia dan Filo bertarung sangat baik.

Sejujurnya, sampai L'Arc menggunakan Soul-Healing Water, kami sudah hampir menang.

Menilai dari itu, Raphtalia dan Filo pasti jauh lebih kuat daripada para pahlawan lain.

Itu pasti karena skill penyesuaian pendewasaan milikku dan efek dari upacara peningkatan kelas.

"Wanita kipas itu betul-betul kuat!"

"Ya."

"Aku ingin menjadi lebih kuat biar aku bisa membantumu lebih banyak lagi, master!"

"Aku inginnya juga begitu."

Aku gak tau berapa batas kekuatan atau level untuk mereka setelah upacara peningkatan kelas, tapi mereka sudah sangat kuat. Kalau para pahlawan lain gak bisa menangani tugasnya, aku harus bergantung pada mereka berdua untuk mengurusnya.

Mereka adalah satu-satunya anggota partyku.

"Kita mungkin butuh tambahan kekuatan di pihak kita."

"Ya, kita mungkin gak bisa maju lebih jauh lagi tanpa bantuan tambahan."

Raphtalia segera memahami apa yang aku maksudkan.

Dia gak menanyakan pertanyaan tambahan yang gak perlu seperti "apa kita saja gak cukup?"

Para prajurit kerajaan bisa membantu kami, tapi kami gak bisa mengandalkan mereka untuk pertarungan penghabisan.

Kami butuh... Kami butuh bantuan lagi, seseorang yang bisa membantu kami mengalahkan Glass dan L'Arc meski para pahlawan lain gak ada.

Kami butuh anggota party lagi.

Tapi aku punya trauma pribadi yang harus ditangani juga.

Kalau kami meningkatkan ukuran party, maka aku membuka kemungkinan penghianatan lagi.

Aku tau Melty gak akan menghianati kami, jadi aku bisa percaya pada dia.

Tapi bisakah aku mengatakan hal yang sama tentang anggota party kami yang berikutnya?

Aku harus menemukan seseorang yang bisa kupercayai.

Itu sebabnya aku ingin mengundang L'Arc dan Therese untuk bergabung, tapi ternyata mereka adalah musuh.

Aku terlalu cepat mempercayai mereka. aku harus mencari seseorang yang bisa dipercaya. L'Arc dan Therese cukup bersahabat sampai-sampai aku terlena.

Mereka kuatir pada kami dan mencari kami tengah malam. Aku betul-betul ingin mempercayai mereka.

Ini susah. Situasinya gak mendukung.

Kami masih harus melawan gelombang dan melawan Glass.

"Ada apa, master?"

"Huh? Gak ada. Aku sedang berpikir kita harus istirahat."

"Ide bagus. Aku sangat capek."

"Master! Ayo ke pemandian!"

"Oh oke. Kita butuh istirahat malam ini. Besok kita akan sibuk lagi."

"Ya!"

"Yay!"

Jadi kami kembali ke kamar kami dan beristirahat, bersiap untuk esok hari.

Pertempuran berikutnya, dan gelombang selanjutnya, akan datang lagi.

Sebelum itu, kami harus menemukan cara untuk menghadapi masalah yang kami hadapi.

Kami harus jadi lebih kuat dari yang sekarang.

****


章節 103: Chapter Bonus Extra - Pemandian Air Panas Cal Mira

Ini adalah malam keempat sejak kami sampai di kepulauan.

Aku berendam di pemandian terbuka di hotel, berharap bahwa itu mungkin membantu menyembuhkan kutukanku lebih cepat.

Aku ada disini setiap malam.

Baknya besar dan bergaya jepang. Ada payung besar menutupi bagian tengah pemandian, dan sebuah sekat bambu yang membelah di pertengahan untuk memisahkan jenis kelamin. Bagian terbaik darinya adalah pemandangan laut yang tak terhalang yang bisa kau nikmati dari pemandian.

Lantai pemandiannya terbuat dari batu, yang mana juga memberi perasaan ala jepang. Itu membuatku merasa rindu kampung halaman.

"Ah....."

Aku berendam di air dan menghela nafas, menatap langit.

Suhu airnya sempurna. Ini adalah tempat yang bagus untuk bersantai.

Aku mengunjungi pemandian ini setiap hari, jadi aku mulai merasa cukup baik.

Perasaan loyo yang menggangguku sudah hilang. Di jendela statusku menunjukkan bahwa aku belum sepenuhnya sembuh.

Mungkin aku cuma terbiasa merasakan kelelahan.

Aku merenungkan tentang itu, lalu merendam diri dan bersantai.

"Yah, bukankah itu Naofumi."

Motoyasu berjalan ke pemandian.

Dimana tombak miliknya? Aku memperhatikan lebih cermat, dan memang dia masih membawanya. Dia mengubahnya menjadi sebuah tombak yang sangat kecil, dan tombak itu berayun di pinggangnya.

Aku gak bisa menyalahkan dia. Aku melakukan hal yang sama. Perisaiku sangat kecil dan berada di punggungku.

Aku gak bisa melepasnya, tapi aku bisa memindahkan posisinya—jadi setidaknya aku bisa bersantai sedikit.

Motoyasu membilas dirinya untuk menghangatkan diri sebelum masuk ke pemandian.

"Apa mabuk lu parah?"

"Gimana bisa lu bilang kek gitu ke gue?"

"Gue kagak pernah nyuruh lu buat makan tuh buah. Gue cuman makan beberapa buah, mikirin masalah gue sendiri."

"Yah elu emang berasal dari jepang yang beda dengan gw. Gw asumsikan ada perbedaan cara kerja tubuh kita."

"Serah lu dah."

Aku gak pernah mabuk sebelumnya. Selain itu, aku yakin Lonte dan para cewek lainnya memanjakan dia. Dia mungkin menyukainya.

Dia beruntung dia cuman mabuk parah aja.

"Hei! Airnya nikmat sekali!"

Motoyasu berteriak pada seseorang. Siapa itu?

"Gua udah tau. Udah berapa kali kami datang ke pemandian ini?"

Itsuki dan rekan-rekannya masuk.

Mereka segera diikuti Ren dan partynya.

"Master!"

Filo berada dalam wujud Filolial queennya, dan dia melompati sekat ke pemandian pria.

"Huh? Apa maumu?"

"Aku mau duduk bersamamu!"

"Kau itu seekor burung. Sana ke pemandian lain. Atau berenang sana."

"Gak mau!"

Terkadang dia jadi bocah yang sangat menjengkelkan dan susah diatur.

"Saat kau keluar, jangan lupa bersihkan bulu-bulumu yang rontok."

"Yay!"

"Mandi bersama Filo-chan...."

Motoyasu mendekat, penampilan penuh minat muncul di wajahnya.

Filo menggunakan aku sebagai perisai manusia dan bersembunyi di belakangku. Meski dia terlalu besar untuk disembunyikan sih.

"Filo-chan. Kenapa kau nggak berubah ke wujud malaikatmu?"

"Gak mau!"

Sialan, Motoyasu sungguh keras kepala. Kurasa dia betul-betul menyukai bidadari.

Tapi kenapa Filo bersikeras masuk ke pemandian pria? Kadang-kadang aku gak paham sama dia.

Motoyasu mulai bergairah.

"Hei! Dari semua cewek yang ada di party kita, munurut kalian siapa yang paling manis?"

Astaga.... Mereka membicarakan hal-hal paling bodoh. Aku menghela nafas keras-keras.

Kami disini bukan untuk liburan. Atau apa mungkin Motoyasu menganggap semua ini kayak gitu?

Ren dan Itsuki juga tampak jengkel.

"Kalian, apa kalian? Kalian tau.... melakukannya? Aku... yah... heh, heh..."

Dia semakin menjengkelkan. Apa maunya dia?

Dia kedengaran kayak anak bodoh, cekikikan terhadap segala sesuatu. Apa dia betul-betul penjahat kelamin di dunia asalnya?

Aku gak tahan lagi. Aku mau keluar dari pemandian, tapi saat aku mau pergi.

"Jadi lu ngelakuin sama Raphtalia?"

"Yang betul saja."

Kami gak sedekat itu, Motoyasu dan aku. Bukankah dia satu-satunya orang yang mempercayai semua hal yang dikatakan Lonte tentangku? Orang ini gebleknya gak ketulungan.

"Oh, ayolah. Kasi tau kami!"

Apa dia lupa pada Lonte? Ada apa dengan dia?

"Kalo gitu gue mulai duluan. Haruskah gue mulai dengan ngasi tau elu peringkat cewek capek versi gue?"

"Gak, makasih."

"Gak butuh."

"Bukan selera gue."

Aku, Ren dan Itsuki menolak.

"Yah, kalo gue harus nyebutin empat peringkat atas gue, itu si Lonte, Raphtalia, Filo-chan, dan Rishia."

"..."

Cewek macam apa yang dia sukai? Keempat cewek itu dari party pahlawan yang ada.

Kurasa dia cuman butuh wajah cakep.

"Gw paham maksud lu. Lonte adalah seorang putri. Kayaknya dia punya masalah dengan kepribadiannya, tapi dia selalu baik sama gw."

Itsuki berkomentar. Si armor mendekat dan membisikkan sesuatu pada telinganya.

Aku bisa mendengar apa yang dia katakan. Dia memberitahu Itsuki cewek seperti apa yang dia sukai.

Mereka semua memang sekumpulan orang idiot.

"Yah mereka bilang sang ratu nggak sebaik itu, tapi hal itu gak masalah buat gua."

Sekarang Ren ikutan juga. Bukankah dia baru mengatakan topik kayak gini bukan seleranya? Mereka membuat Motoyasu mengendalikan percakapannya.

Itu cukup mudah untuk mengeluarkan keluhan, tapi aku betul-betul gak mau terlibat.

"Aku maniiiiiss?"

Filo menanyai aku.

"Terserah."

"Booooo."

"Kurasa kaulah yang paling manis! Jadi kenapa kau nggak berubah ke wujud malaikatmu?"

"Nggak mau!"

Apa Motoyasu segitunya menyukai dia?

Kenapa dia gak merawat Filolial sendiri? Dia pasti akan dapat hasil yang sama.

"Rishia juga manis, kan? Itsuki, gue iri."

"Nggak... Dia, uh...."

Itsuki tiba-tiba tampak malu.

"Siapa Rishia?"

Ren sudah lupa soal dia. Dia adalah cewek yang diperlakukan seluruh party Itsuki seperti seorang budak.

Dia pendiam, jadi dia pasti nggak meninggalkan kesan pada Ren.

"Kayaknya kalian semua sependapat dengan gue."

"Gue rasa gitu kalo yang kita bicarakan ini soal wajah mereka."

"..."

Ren dan aku tetap diam dan menolak ikutan.

Apa yang mereka bicarakan? Kurasa memang kayak ginilah mereka.

"Aku mau kembali ke mbakyu!"

"Ya, lebih baik kau kembali. Pemandian ini penuh dengan penjahat kelamin yang berbahaya."

"Oke!"

Filo melambai dan melompat melewati sekat.

Motoyasu mendekati sekatnya.

"Kita ini para pahlawan dan pria, ada suatu peraturan kan? Ngintip yuk."

"Apa yang lu katakan?!"

"Ayolah, lu pengen kan."

Itsuki, si pembela keadilan, apa gak punya sesuatu untuk dikatakan soal ini?

"Mendingan jangan."

Kata Itsuki, tapi dia gak menghentikan Motoyasu. Dia malah ikutan.

Sungguh mengejutkan. Jadi para pahlawan ini sekumpulan penjahat kelamin? Yang betul saja.

Si armor dan para pria lain jadi tertarik. Mereka berbaris di sekat.

"Sial... Agak ketinggian. Itsuki angkat gue! Kalo kita lompat, kita bisa lihat."

"Ngomong apaan lu? Elu lah yang paling tinggi. Elu yang musti ngangkat gw!"

"Tapi kalo gitu gue gak bisa liat surga!"

Apa cuma itu masalah yang harus mereka ributkan? Siapa yang mengangkat siapa?

"Idiot...."

Ren bergumam, tapi dia gak menunjukkan tanda-tanda mau pergi.

"Cukup sudah, aku muak." Kataku sambil berjalan keluar air.

Aku disini masih beberapa menit saja, tapi aku gak mau terlibat dalam masalah yang mereka perbuat.

Buat apa main-main sama api.

Terutama setelah apa yang sudah kulalui, fitnahan dari Lonte dan yang lainnya. Aku gak mau memberi kesempatan pada seseorang untuk menuduhku yang aneh-aneh.

Kalo aku nggak pergi, aku yakin akan disalahkan.

"Lu kenapa, Naofumi? Apa lu gak mau ikutan?"

"Kagak."

Apa yang harus kami lakukan, melihat tubuh para wanita?

Aku jadi muak cuma dengan memikirkan tentang Lonte.

Aku yakin bahwa aku akan dituduh melakukan kejahatan kalo aku nggak segera keluar dari sini.

Aku cuma perlu menunggu Raphtalia dan Filo kembali ke kamar.

"Kalo lu mau ngintip, lakukan saja saat gue gak ada!" Kataku, dan berjalan pergi ke ruangan ganti. Tapi....

"Huh? Bocah Perisai!"

L'Arc keluar dari ruangan ganti dan berjalan ke pemandian.

"Apa kau datang untuk mandi juga, Bocah?"

Waktu yang sungguh nggak tepat. Kenapa dia harus datang sekarang?

"Aku dengar ini adalah pemandian air panas terbaik di pulau. Therese juga ada disini. Apa teman-temanmu disini juga?"

Aku mengutuk diriku sendiri dalam diam dan kemudian, meski dia gak bertanya, mulai menjelaskan seluruh situasinya.

"Kami menginap disini."

"Betul kah? Kau pasti punya banyak uang."

"Aku mau pergi. Mereka mau ngintip para cewek. Kalo kau gak mau terlibat masalah, lebih baik kau pergi juga."

Aku menjelaskannya pada L'Arc dan bersiap keluar. Tapi ada sesuatu dari cara mendengarnya yang bikin aku gugup.

"Tunggu sebentar. Ngintip kau bilang?"

L'Arc menahan tanganku.

Kenapa? Apa dia marah?

Dia terlihat seperti dia punya jiwa keadilan dan cukup keras kepala untuk ikutan juga. Apa dia akan menghentikan mereka?

"Dan kau gak mau ikutan dalam sesuatu yang menyenangkan itu?"

Kayaknya tambah satu lagi penjahat kelamin yang harus ditangani.

Dia melihat ke arah Motoyasu yang sedang cari posisi untuk mengintip ke sisi lain dinding.

"Kurasa mereka adalah rekan seperjuangan!"

"Apa?!"

"Ayo!"

Aku gak bisa mempercayai mataku. Dia memihak mereka?

"Ayo, bocah!"

"Nggak, makasih."

"Abaikan saja dia! Dia memang keras kepala!"

"Tapi... tapi ini adalah panggilan jiwa tertinggi pria. Untuk apa kita kalau bukan untuk memuja tubuh telanjang seorang wanita?"

Mereka sangat kasar! Apa mereka nggak memikirkan apa yang mungkin dirasakan wanita yang diintip?

L'Arc dan Motoyasu begitu semangat hingga perspektif mereka saja yang terdengar.

Aku menyukai L'Arc, tapi sekarang aku akan menurunkan dia beberapa tingkat.

"Hei Naofumi, sudah seberapa jauh hubungan lu dengan Raphtalia? Pastinya lu sudah memikirkan tentang itu?"

"Cewek yang bersama dia? Aku yakin pasti udah jauh sekali!"

Kayaknya aku harus menangani dua Motoyasu. Aku menepukkan tanganku ke jidat dan menghela nafas.

"Berapa kali gue harus bilang sama elu kalo semuanya gak kayak yang elu pikirin?"

"Ya. Yah apa lu tau kalo doi berpikir tentang itu."

"Bagus.... Aku sering mencoba membuat Therese masuk kedalam suasana kayak gitu...."

Kurasa mereka sudah sedekat itu sepanjang waktu ini.

Mereka tampak begitu dekat, sampai-sampai aku mengasumsikan kalo mereka kekasih.

Tapi kalo dia mencoba mengintip, maka kurasa mereka bukan kekasih.

Dan disini mereka mencoba mengintip para anggota party mereka masing-masing. Sepertinya mereka mencoba menghancurkan reputasiku lebih jauh lagi.

"Gak masuk akal. Ini semua gak masuk akal!"

"Jadi belum ada tindakan sama sekali? Mungkin L'Arc bisa memberi kami saran?"

"Gak ada yang bagus."

"Tidak, maksudku seperti.... apa Raphtalia mencoba merayu?"

"Merayu? Tidak. Dia cuma anak kecil."

"Apa lu bego? Maksud lu dia gak pernah melepas pakaiannya atau semacamnya? Sangat sulit menyebutkan dengan adanya pakaian dan armor yang dia pakai, tapi dibalik pakaian dan armor itu dia sangat aduhai, kan? Gue bisa merasakan seberapa menarik dan berkelasnya dia dibalik pakaian itu. Gue gak bisa mengabaikannya!"

Kalau aku nggak mengatakan sesuatu pada mereka, mereka gak akan melepaskanku.

Sungguh merepotkan.

"Haaaaaa... yah sebenarnya, beberapa saat yang lalu...."

Itu adalah saat kami bepergian sebagai pedagang.

Kami berada di sebuah desa yang sangat terkenal dengan sumber airnya.

Penginapannya memiliki pemandian, jadi aku berendam disana.

"Tuan Naofumi...."

Aku kembali ke kamar untuk membuat aksesoris, lalu Raphtalia masuk.

Dia berbalut handuk, dan aku ingat dia tampak sangat malu.

Aku gak tau apa yang dia pikirkan, tapi dia berdiri diam dan melepas handuknya. Dia menjatuhkan handuknya, menunjukkan tubuhnya.

"Bagaimana menurutmu?"

Tubuhnya berkembang dengan baik. Aku tau payudaranya besar saat kami berpelukan, tapi tenyata payudaranya lebih besar dari yang kukira. Payudara itu pasti jadi beban tersendiri saat bertarung.

Seluruh tubuhnya sangat lembut. Sangat sulit mempercayai dia mampu mengerahkan kekuatan sebesar itu dalam pertarungan.

Rambutnya basah, dan bekas luka pada punggungnya sudah memudar.

Dia menunjukkan lukanya padaku sebelumnya, dan aku mengoleskan obat pada lukanya.

Tapi sekarang dia berdiri didepanku, telanjang, terlihat malu.

Jadi ku katakan, "itu tampak jauh lebih baik daripada sebelumnya. Dibandingkan saat kami bertemu, bekas luka itu sangat berbeda dari sebelumnya—aku bahkan gak bisa melihatnya dengan baik."

"Oh? Apa um.... cuma gitu aja?"

"Apa ada yang lain lagi?"

Mulutnya terbuka kaget, dia gak bisa mempercayai reaksiku.

"Kalau kamu nggak pakai pakaian, kamu akan masuk angin."

"Hei! Mbakyu bugiiiiiiiiill!"

Filo masuk ke kamar dan mulai berteriak.

Lalu dia melepas pakaiannya, menelanjangi dirinya sendiri, dan berlari kearahku.

"Aku mau main juga!"

"Nggak! Kami gak main!"

Mereka berkelahi sebentar, tapi cuma begitu saja.

"Jadi itu yang terjadi."

"Dasar tolol!"

L'Arc dan Motoyasu sangat kecewa hingga mereka bereaksi seperti mereka mau menghajarku.

Aku menangkap tinju mereka dan mendorongnya.

"Kalian berdua kenapa sih?"

"Gimana bisa lu mengabaikan daya tarik menggairahkan kek gitu? Sia-sia banget!"

"Ya, ya! Kalo seorang wanita menunjukkan tubuhnya, kau gak boleh mengabaikannya! Itu kurang ajar namanya!"

"Apa yang kalian katakan? Udah gue bilang, Raphtalia itu anak kecil. Ditambah dia begitu serius sampai-sampai dia akan membuatmu pusing. Sudah pasti dia gak mikirin soal begituan."

Kurasa memang wajar bagi pria untuk menafsirkan segala sesuatu dari sudut pandang bejat, tapi mereka harus belajar membedakan realitas dengan fantasi.

Selain itu, kau harus berhati-hati.

Apa yang akan terjadi kalau kami berada di tengah pertempuran melawan gelombang dan kami mengetahui kalau dia hamil? Maka dia gak akan bisa bertarung.

Raphtalia menjalani kehidupan dengan tujuan yang kuat. Dia gak punya waktu untuk hal kayak gitu. Dia benci gangguan.

Kurasa itu adalah tugasku untuk menciptakan suatu lingkungan terbaik dimana Raphtalia bisa fokus pada skill bertarungnya.

"lu cukup tenang, kan?"

"Hei bocah, kau nggak main dengan tim lain, kan?"

Motoyasu menganggapnya sebuah tanda dan menjauh dari kami. L'Arc menggerakkan tangannya membentuk gerakan yang aneh.

Gimana bisa aku paham bahasa isyarat miliknya?

"Semuanya hati-hati! Orang ini mengincar kalian! Si bejat yang menjijikkan!"

L'Arc menutupi pantatnya dengan tangannya seolah untuk melindunginya. Apa?! Sekarang aku paham apa yang dia maksudkan!

"Kau menyebutku gay? Bangsat!"

Kenapa mereka menganggapku seolah aku gay cuma karena aku gak melakukannya dengan Raphtalia?

Aku gak tahan lagi dengan orang-orang ini.

"Aku gak tau gimana kau akan menjelaskan semua ini pada para cewek atau pada pihak hotel, tapi itu terserah kau. Aku gak akan menyelamatkanmu."

"Apa kau serius? Gak bisa dipercaya."

L'Arc dan Motoyasu tertegun. Mereka dalam diam melihatku pergi meninggalkan pemandian.

Aku gak mau terjerat skandal lagi, jadi aku harus menghindarinya saat aku melihatnya.

"Baiklah kalo gitu, rapat strategi! Apa kita coba saja lihat dari atas, atau kita buat lubang ngintip?"

Mereka berkumpul dan betul-betul mulai membahasnya.

Mereka membuat para pria petualang lain yang ada di pemandian ikutan.

Cukup banyak orangnya.

Kalau itu adalah karisma, aku gak butuh.

Aku bertanya-tanya apakah mengintip dianggap secara berbeda di dunia ini daripada di dunia asalku. Saat di jepang asalku, pemandian di jaman Edo sepertinya terdapat lubang intip yang terpasang.

Hotel ini memiliki pemandian yang memisahkan jenis kelamin, tapi banyak hotel lain yang memiliki pemandian campuran.

Kenapa mereka gak pergi saja ke pemandian campuran?

Mungkin pemandian campuran gak punya ketegangan. Mungkin mereka cuma memyukainya kalau mereka ngintip secara sembunyi-sembunyi.

Dasar para idiot.

Aku gak mau terlibat, jadi aku meninggalkan pemandian dan kembali ke kamarku.

"Whew."

Aku mendindingkan diri di kamarku.

Lalu, aku mendengar langkah kaki mendekat. Raphtalia masuk, berbalut handuk.

"Tuan Naofumi!"

"Ada apa? Apa Motoyasu dan L'Arc ketahuan ngintip?"

"Oh, ya! L'Arc dan para pahlawan lain tak berdaya sambil menahan rasa malu."

"Betulkah? Baguslah. Mereka layak mendapatkannya."

Tentu saja mereka akan ketahuan. Para cewek tidaklah bodoh. Kalau Motoyasu berada di pemadian, siapapun paham apa yang akan terjadi.

"Tapi bagaimana denganmu, tuan Naofumi?"

"Apa, apa aku harus ngintip juga?"

Raphtalia terlihat kecewa pada jawabanku. Dia berdiri diam, penuh kekecewaan.

Reaksinya gak seperti yang kuduga.

"Padahal kupikir kamu ikutan...."

"Ikutan?"

Apa yang dia bicarakan?

Aku lebih dari ikutan. Aku sudah mendengar banyak dari para pahlawan lain.

"Ada apa mbakyu?"

Filo masuk ke kamar dan melihat Raphtalia yang kecewa.

"Aku gak tau."

Kenapa dia marah kayak gitu?

Aku gak yakin. Maksudku, tentu saja dia pasti benci diintip oleh seseorang sepertiku.

Apa dia... apa dia mau aku melihatnya?

Nggak. Raphtalia nggak kayak gitu.

Dia cuman bingung karena semua omong kosong yang dikatakan orang lain.

"Apa kamu baik-baik saja? Apa kamu marah karena L'Arc dan yang lainnya ngintip kamu?"

"Mereka nggak melihat aku! Filo menemukan mereka dan aku menutupi diriku sendiri!"

"Itu bagus."

Dia tampak kelelahan, meski dia baru saja keluar dari pemandian. Kurasa itu karena semua kegilaan disisi pria.

"Whew... Tuan Naofumi?"

"Apa?"

"Mempertimbangkan apa yang terjadi, apa kamu mau pergi ke pemandian pribadi? Memang kecil sih, tapi mungkin itu bagus juga."

"Um....."

Aku mengernyitkan alis dan menujukkan sikapku dengan jelas.

Maksudku... Aku baru saja keluar dari pemandian. Tetap saja, tadi itu cuma berendam sebentar saja.

"Kamu gak perlu memaksakan diri. Aku cuma berpikir itu akan bagus untuk menyembuhkan kutukanmu."

"Ya... Kamu mungkin benar."

Aku mendapatkan perasaan aneh tentang itu. Dia memang benar soal kutukannya.

"Ayo, tuan Naofumi."

"Haaaa.... Baiklah."

Jadi aku berdiri dari kasur dan memutuskan untuk pergi ke pemandian lagi. Gimanapun juga itu bagus untuk penyembuhan kutukan.

"Sebelah sini."

Raphtalia memanduku melewati lorong dan keluar ke sisi lain hotel, disana ada sebuah ruangan pribadi yang membutuhkan sebuah kunci untuk masuk. Itu berada sisi lain bangunan pemandian utama. Tempat itu menghadap ke arah pulau bukannya ke pantai.

Aku bisa memahami kenapa pihak hotel nggak menunjukkannya. Pemandangannya gak terlalu bagus.

Itu diperuntukkan buat keluarga, jadi cuma aku, Raphtalia dan Filo.

Raphtalia terus menutupi dadanya dengan handuk, dan Filo juga berbalut handuk. Mereka memberiku isyarat dari pemandian. Aku gak bisa melupakan apa yang dikatakan Motoyasu dan L'Arc, tapi mereka salah. Raphtalia nggak mencari hubungan seksual denganku.

Ya, dia sama sekali gak kelihatan malu.

Mereka meracuni pikiranku.

Aku membuang pikiran-pikiran bodoh itu dari benakku dan masuk ke pemandian.

"Airnya enak sekali."

"Ya, memang."

"Bagaimana kutukanmu?"

"Kurasa sudah jauh lebih baik."

Mungkin butuh beberapa waktu lagi sampai sepenuhnya sembuh. Kalau aku terus berendam di pemandian air panas seperti ini, kutukan itu akan hilang sepenuhnya.

"Oooh! Master! Bintang di langit barusan berkilauan!"

"Huh?"

Aku menengadah dan melihat sebuah bintang jatuh lewat.

"Oh.... bintangnya hilang..."

Tapi kemudian muncul lagi. Dan lagi.

Raphtalia menatap bintang-bintang yang bergerak di langit dan menyatukan kedua tangannya seolah berdoa.

Kurasa orang-orang di dunia ini suka berdoa pada bintang jatuh juga.

Kau tau aku bisa melihat bintang-bintang lebih baik didunia ini daripada di jepang. Aku sangat sibuk sejak aku datang ke dunia ini hingga aku gak punya waktu untuk menengadah menatap langit.

"Apa yang kamu inginkan, tuan Naofumi?"

"Bukan apa-apa. Gimana denganmu, Raphtalia? Apa kamu mengharapkan sesuatu?"

"Ya."

"Kuharap itu terkabul."

"Ya. Aku juga."

Nggak susah menebak apa yang dia harapkan.

Itu mungkin untuk kedamaian dunia atau untuk berkumpul lagi dengan teman-teman dari desanya.

Seluruh pemandangannya sangat romantis. Aku bersandar dan menatap bintang-bintang.

Setelah beberapa saat kami pergi meninggalkan pemandian dan berjalan kembali ke kamar.

"Ngintip? L'Arc, sadar umurmu! Kau mungkin bisa lolos jika dirumah, tapi kau harus mengikuti peraturan yang ada disini!"

L'Arc dan yang lainnya sedang di ceramahi di lorong.

Therese menceramahi L'Arc, sedangkan Lonte dan rekan-rekannya membentak dan memarahi para pahlawan.

Mereka layak mendapatkannya. Sungguh lucu aku bisa melihat mereka menerima hukuman mereka.

Gak patut mengkhawatirkan mereka. Mereka menikmati kehidupan yang mereka inginkan.

Mereka cuma akan menerima ceramah itu sebagai kesenangan tersendiri bagi mereka. Aku pernah membaca hal seperti ini dalam manga, jadi aku tau gimana kelanjutannya.

Tetap saja... Aku gak menyukai mereka.

"Oh! Bocah berada di pemandian pribadi bersama cewek-cewek. Gak adil!"

"L'Arc, jangan ngeles!"

Dia menunjuk padaku, tapi Therese gak akan terpancing dan membiarkan dia menungganti topik. Therese memaki-maki L'Arc.

Jadi mereka berpura-pura seolah mereka menangkap basah aku, tapi kami mengabaikan mereka dan kembali ke kamar kami.

Aku yakin akan ada banyak usaha keras yang menunggu kami. L'Arc memang idiot, tapi dia menyenangkan. Lain kali, mungkin, aku akan bergabung dalam kesenangan mereka—kalau cuma sedikit.

Tentu saja, aku akan memastikan aku mendapat ijin dari Raphtalia terlebih dahulu untuk memastikan aku gak berujung di bentak dan dimarahi di lorong.

****


Load failed, please RETRY

結束 寫檢討

每周推薦票狀態

批量訂閱

目錄

顯示選項

背景

EoMt的

大小

章評

寫檢討 閱讀狀態: C102
無法發佈。請再試一次
  • 寫作品質
  • 更新的穩定性
  • 故事發展
  • 人物形象設計
  • 世界背景

總分 0.0

評論發佈成功! 閱讀更多評論
用推薦票投票
Rank 200+ 推薦票榜
Stone 0 推薦票
舉報不當內容
錯誤提示

舉報暴力內容

段落註釋

登錄

tip 段落評論

段落註釋功能現已上線!將滑鼠移到任何段落上,然後按下圖示以添加您的評論。

此外,您可以隨時在「設置」 中將其關閉/ 打開。

明白了