Theresa melayang mendekat dan berdiri disamping dia.
"Apa maksudnya ini?"
Aku menatap mereka.
"Astaga. Aku betul-betul gak nyangka kalau kau adalah Pahlawan Perisai, bocah."
"Aku udah bilang berkali-kali."
"Memang sih. Tapi kurasa kau gak boleh menilai buku dari sampulnya, kau tau? Bocah. Atau haruskah aku memanggilmu Naofumi?"
"Terserah kau. Mau apa kau?"
"Huh? Oh, aku ingin kau tau kalau aku gak punya masalah denganmu secara pribadi."
"Itu benar. Aku juga sama. Aku sangat menyesalkan semuanya harus kayak gini, tapi..."
Aku merasakan firasat yang sangat buruk soal ini.
Tapi aku punya keraguan terhadap sabit besar miliknya sejak beberapa waktu lalu. Sekarang kupikir aku akhirnya mendapatkan jawabannya.
"Kami harus melakukannya demi kebaikan dunia kami. Kau harus mati."
Dia bergerak sangat cepat. Sebelum aku bisa memahami apa yang terjadi, sabit miliknya diayunkan.
Tanpa berpikir, aku bereaksi. Aku menebak kemana sabitnya akan mendarat dan menyiapkan perisaiku untuk memblokirnya.
"Heh! Kau sangat cepat, bocah."
"Apa yang kau lakukan?!"
"Apa yang kau lakukan pada masterku?!"
Filo melompat naik dan menyerang mereka, tapi aku mengangkat tangan untuk menghentikan dia.
Aku gak tau kenapa aku menghentikan dia. Aku merasa kalau dia membuat sedikit kesalahan, dia gak akan selamat.
"Aku sudah bilang padamu."
Yang L'Arc katakan adalah aku harus mati demi kebaikan dunia. Apa maksudnya itu?
"Kita harus menangkap petualang ini karena menyerang Tuan Iwatani, sang Pahlawan Perisai! Semuanya! Bersiap mengeluarkan sihir seremonial!"
Mereka sudah merapal mantra dan menembakkannya kearah L'Arc.
Kalau sihir mereka sekuat yang terlihat, kami akan terkena juga.
Aku menatap sang ratu dan beliau menatapku juga.
Aku paham. Beliau tau kalau kami bisa selamat dari ledakan tersebut.
"Shooting Star Shield! Motoyasu, buruan kesini!"
Aku segera mengundang dia kedalam party.
Secara mengejutkan, dia memahami apa yang sedang terjadi dan segera menerimanya. Lalu dia berlari kedalam jangkauan skill milikku.
"Kelihatannya ini buruk."
Therese mengangkat tangannya dan permata miliknya berkilauan. Dia merapal sebuah mantra.
Apa? Anginnya meningkat, sangat kuat, dan mulai berputar disekitar kami.
"Semua kekuatan yang ada dalam permata, dengarkan permohonanku dan tunjukkan dirimu. Namaku Therese Alexanderite. Aku adalah temanmu. Pinjami aku kekuatan untuk menghancurkan mereka!"
"Ceremonial Magic Jugdment!"
Therese menyelesaikan mantranya sesaat sebelum sang ratu.
Lalu dia melepas tiara miliknya dan ada permata lain yang terdapat pada tengah keningnya.
"Shining Stone! Shooting Star Rain of Fire!"
Api sihir dihujankan dari langit. Bukan, itu gak seperti hujan. Masing-masing api itu adalah sebuah bola api raksasa.
"AAAAAAAAHHHHHH!"
"KYAAAAAAAAAAAAA!"
Sesuatu seperti meteor dihujankan dari langit dan menghantam kapal, menenggelamkan kapal tersebut.
"Raphtalia!"
"Aku baik-baik saja!"
Raphtalia, ratu, Itsuki, dan anggota partynya melompat dari kapal yang tenggelam.
Sialan. Kapal yang karam tersebut membentuk sebuah pusaran yang mana menarik orang-orang ke dalamnya.
Sang ratu mencoba menyelamatkan mereka dengan bekerja sama dengan orang lain di sebuah kapal kecil dan merapal sihir bersama mereka untuk menghilangkan pusaran air tersebut.
Seluruh situasinya berubah menjadi menguntungkan L'Arc dan Therese cuma mengeluarkan satu sihir saja!
Aku sudah melihat berbagai macam demi-human dan mahkluk lain sejak aku berada di dunia ini, tapi aku belum pernah melihat sesuatu yang seperti Therese.
Dia pasti merupakan sesuatu yang lain.
"Sial!"
"Ren! Kalau kau nggak melompat dari kapal itu, aku akan mati!"
Ren terlihat kuatir, tapi dia paham kalau rekan timnya betul—dia melompat ke air.
Dia betul-betul gak banyak berguna, kan?
"Therese!"
"Aku tau, aku hanya perlu menjauhkan mereka!"
"Kekuatan yang terkandung dalam permata, dengarkan permohonanku dan tunjukkan dirimu. Namaku Therese Alexanderite. Aku adalah temanmu. Lindungi mereka dari hujan api! Shining Stone, Silent Ocean!"
Huh? Saat Therese menyelesaikan sihir miliknya, pusaran air itu lenyap. Sang ratu menatap L'Arc, sepenuhnya bingung.
"Aku nggak membutuhkan kematian yang tak diperlukan."
"Tapi kau mau membunuhku? Logika macam apa itu?!"
"Bukannya kami mau membunuhmu. Tapi kami harus melakukan apa yang harus dilakukan—aku gak mau orang lain terlibat."
"Terus kenapa kau mau membunuhku?!"
"Kurasa kami berhutang banyak padamu. Tapi aku sudah bilang kami melakukannya demi menyelamatkan dunia kami!"
"Apa maksudnya?! Bukankah ini duniamu? Gimana bisa itu membantu orang dengan membunuh seorang pahlawan di tengah gelombang?!"
"Astaga, aku bahkan gak tau itu?"
"L'Arc tidaklah ahli dalam menjelaskan sesuatu."
"Diam, Therese. Baiklah, aku beritahu kau, Naofumi. Dunia kami itu sama seperti—dunia lain."
"....."
Apa yang dia bicarakan?
Mungkinkah sama seperti kedengaran?
Nampaknya itu terlalu berlebihan. Itu mungkin gak benar— namun...
Saat gelombang yang sebelumnya, kami bertemu dengan seorang musuh bernama Glass. Kalau yang dikatakan L'Arc memang betul, maka apakah dia dan Glass berasal dari tempat yang sama? Apakah mereka musuh?
"Sama seperti yang dikatakan cewek ini. Ada banyak sekali pahlawan palsu yang berpura-pura menjadi dirimu. Semua orang yang menyebut diri mereka sendiri seorang pahlawan pasti bohong. Butuh waktu yang lama untuk menemukanmu, Naofumi."
"Apa?!"
"Apa yang kau katakan?!"
"Ya! Kami adalah para pahlawan!"
Para pahlawan yang lain berdiri.
"Oh? Apa kalian bertiga berpura-pura menjadi Pahlawan juga? Ha! Yang betul saja!"
L'Arc menatap ketiga pahlawan yang lain dan tertawa terbahak-bahak.
"Kalian pasti bercanda! Kalian bertiga sangat lemah! Kalau kalian mau berpura-pura menjadi pahlawan, kalian harus lebih kuat dari itu—seperti Naofumi ini."
"Apa?!"
"Kau mau menguji aku?!"
"Motoyasu, tunggu!"
Tapi Motoyasu mengabaikan aku dan berlari kearah L'Arc sambil mengacungkan tombaknya.
"Sudah kubilang, kami gak mau membunuh siapapun yang gak perlu. Kami cuma perlu membunuh pahlawan."
L'Arc mengayunkan sabitnya.
"Bentuk pertama, Wind Slice!"
Dia cuma mengayunkan sikunya, tapi sebuah tornado besar muncul dan menghempaskan Motoyasu.
"AHHHHHHH!"
Motoyasu terlempar ke udara seperti sebuah boneka dan jatuh ke laut, dia mengambang menghadap keatas.
Dia mengalahkan Motoyasu dengan satu serangan?
"Apa mereka masih bertarung sendiri?"
"Sepertinya begitu. Itu buang-buang waktu, tapi kurasa kita harus menyingkirkan mereka juga."
"Kurasa begitu."
L'Arc dan Therese bersiap bertarung, lalu menyerbu.
"Shining Stone, Explosive Thunder Rain!"
Sama seperti sebelumnya, petir menyambar sabit milik L'Arc, mengisinya.
"Combo Skill, Lightning Firework!"
Dia memutar-mutar sabitnya, membentuk sebuah piringan yang berputar cepat. Tembakan cahaya yang tak terhitung jumlahnya ditembakkan darinya—tembakan itu mengarah pada orang-orang yang ada disekitar kapal yang tenggelam.
Aku menggunakan Shooting Star Shield dan berlari untuk melindungi barisan belakang.
Raphtalia dan Filo berdiri dibelakangku, didalam jangkauan penghalang pelindung.
"Apa....."
"Bagaimana bisa mereka melakukannya?"
Untungnya ratu dan para prajuritnya berhasil segera masuk kedalam jangkauan skillku, jadi mereka selamat. Tapi para pahlawan lain, dan hampir semua petualang serta para pelaut, terkena tembakan cahaya itu.
"Sial...."
Sebenarnya serangannya gak terlalu kuat, tapi jangkauannya sangat luas.
Aku gak tau siapa L'Arc itu, tapi serangan miliknya merupakan sesuatu yang sangat berbahaya. Kami harus bertahan.
"Aku berusaha memastikan untuk tidak membunuh kalian semua. Jika kalian menggangu pertarunganku dengan Naofumi, aku gak akan menahan diri lagi."
Aku berbalik untuk melihat kerusakannya. Kebanyakan orang tampak mereka terkena paralys. Untungnya mereka berada di atas kapal, jadi mereka nggak tenggelam.
"Kekuatan semacam itu.... Siapa mereka...?"
Sang ratu mulai merapal sihir.
"Tunggu, ratu. Jika sihir itu tidak cukup kuat untuk membunuh kami, lebih baik anda tidak menggunakannya. Tampaknya mereka hanya tertarik padaku."
"Itulah Naofumi yang kukenal! Seorang yang bisa berpikir cepat!"
"Lucu sekali—kau pikir kau memahami aku hanya dalam beberapa hari saja?"
"Menghabiskan sedikit waktu bersama dengan seseorang sudah cukup untuk memperoleh sedikit pemahaman kepribadiannya."
L'Arc tampak percaya diri. Dia menunjuk padaku.
"Kau pasti punya alasan kenapa kau mencuri item dari orang yang telah dikalahkan, Naofumi. Kau bukanlah tipe orang yang akan melakukan tindak kejahatan tanpa alasan."
"Akhirnya, ada seseorang yang betul-betul memahami dirimu, tuan Naofumi."
"Jangan katakan itu. Kamu membuatku merasa suram."
Mereka memang gak salah. Mereka memang gak salah, tapi....
"Sialan! Mereka menghianati kepercayaanku!"
Aku benci dihianati. Tapi kalau dipikir-pikir lagi, kurasa mereka gak pernah menjanjikan sesuatu padaku.
Mereka menolak tawaranku untuk terus bersama. Kurasa kami adalah musuh yang secara gak sengaja jadi teman.
Ha! Miris sekali.
"Apinya udah hampir padam. Raphtalia, Filo, kita mengenal mereka berdua, tapi kita harus mengalahkan mereka!"
"Itu akan sulit, tapi ayo lakukan, tuan Naofumi!"
"Umm.... Kalau mereka mau bertarung maka aku akan menunjukkan apa yang aku bisa!"
"Ini adalah pertarungan yang sama kayak pertarungan yang lainnya."
"Sama pertarungan yang lainnya? Jadi kau mau bermain adil? Aku lebih menganggapnya sebagai sebuah strategi."
"Sama sepertimu, Naofumi. Majulah! Aku datang ke dunia ini untuk menghabisimu!"
"Shining stones, explosive lightning rain!"
Sama seperti ketika mereka mengalahkan inter-dimensioanal whale, sihir milik Therese menyambar sabit L'Arc.
Dia memutarnya, lalu mengayunkannya pada kami.
"Combo skill! Electric great circle!"
Aku mengasumsikan bahwa skill itu akan menembus perhalang Shooting Star milikku, jadi aku mengangkat perisaiku untuk memblokir serangan tersebut.
Aku benar. Penghalangnya hancur dan skill milik L'Arc menembusny, mengarah lurus padaku.
"HAAAAAAAA!"
Lingkaran cahaya yang berderak menghantam perisaiku dan menghasilkan percikan api yang berhamburan ke segala arah.
Perisainya cukup kuat untuk menghentikannya, tapi kalau skill itu menghantam di sudut yang buruk, akan ada masalah besar yang akan kuhadapi.
"Hei, hei! Kau mampu menghentikan Electric Circle-ku—nggak buruk!"
Aku memakai Soul Eater Shield, dan serangan baliknya, pemakan jiwaSoul Eat, diaktifkan, menyerap kekuatan L'Arc.
"Apa? Apa itu? Gak terlalu sakit."
Tapi dia terkejut dan membuang kewaspaan. Itu seperti dia gak bisa memahami serangan macam apa yang dia hadapi.
Soul Eat merupakan sebuah serangan balik yang aktif setiap kali aku berhasil memblokir serangan musuh.
Perisai itu bergerak dan mencuri kekuatan sihir musuh.
Kalau musuhnya adalah seorang pahlawan, aku penasaran apakah itu akan mengurangi SP mereka.
Itu gak memberikan damage fisik secara langsung, tapi memberi damage secara gak langsung.
Kalau musuh ahli sihir, mereka akan menyadari sihir mereka akan semakin menurun efektivitasnya.
"Heh, kau harus melakukannya lebih baik lagi dari itu."
"Aku tau itu. Kau bahkan gak terdorong mundur. Therese!"
"Shining stones, karma fire!"
Therese mengeluarkan sebuah sihir dan menembakkannya padaku. Sihir itu menghasilkan sesuatu yang kayak gelombang lava raksasa, dan itu mengarah kearahku.
Aku gak yakin apakah aku bisa menahannya.
"Lebih baik jangan lupa pada kami!"
"Aku jugaaaaaaaa!"
Raphtalia dan Filo melompat maju dari barisan belakang dan mereka berdua mulai menyerang L'Arc dengan ganas.
"Ha!"
L'Arc menjauh dari serangan mereka. Jaraknya sangat tipis.
Mereka terus menyerang. Terkadang dia menghindari, terkadang memblokir, dan terkadang dia menepis senjata mereka.
Apa mereka menunjukkan gerakan mereka?
Therese terus merapal mantra sihir. Aku menggunakan perisai untuk menyerbu ke depan, mendorong mundur L'Arc agar aku bisa memblokir sihir-sihir itu.
Tapi saat sihir itu menghantam aku, sihir tersebut terbelah dan berbalik.
Sesaat, kupikir aku mendengar suara kecil yang mengatakan "maaf".
"Apa itu?"
"Aku tau. Kau nggak mau melawan dia."
Therese tampak sangat sedih. Dia berbicara pada gelang miliknya.
Itu adalah gelang yang aku buat untuk dia.
"Therese! Gunakan sihir itu pada dia!"
"Ya, aku tau!"
Apa yang mereka bicarakan?! Therese berpaling untuk mengeluarkan sesuatu kearahku.
Itu mulai terlihat seperti satu-satunya cara untuk keluar dari situasi ini sudah jelas. Kami harus menang.
Selain itu, mereka bukanlah dari dunia ini, dan mereka datang kesini secara khusus untuk membunuhku.
Kalau itu benar, maka gak mungkin aku kabur dari pertarungan ini, dan kalau memang gak ada cara untuk kabur maka ada banyak orang disini yang harus kulindungi. L'Arc dan Therese mengatakan mereka gak mau melukai orang lain, tapi gak mungkin bagi mereka untuk kabur.
"Raphtalia! Filo! Aku akan menyerbu dia untuk membuka celah—kalian berdua seranglah saat ada kesempatan!"
"Baik!"
"Oke!"
Aku mengarahkan tatapanku pada L'Arc. Aku harus mencari cara untuk menahan dia.
"Air strike shield! Second shield!"
Aku memanggil dua perisai, satu di punggungnya dan yang satunya di perutnya—aku ingin membatasi pergerakannya.
Cara normal untuk menggunakan skill tersebut adalah dengan memanggil sebuah perisai untuk memblokir serangan musuh—lalu kau bisa menggunakan Change Shield untuk beralih ke sebuah perisai yang memiliki kemampuan serangan balik untuk menghasilkan damage.
Tapi saat kau bertarung melawan seseorang, atau musuh yang bisa bergerak dengan cepat, ada cara lain untuk menggunakan skill tersebut. Dan itu adalah dengan mengeluarkan perisai-perisai dengan cara seperti itu untuk membatasi pergerakan musuh.
Strategiku adalah untuk mempertimbangkan tentang bagaimana dia akan menghindari serangan. Aku melihat dia melangkah mundur, jadi aku mengeluarkan sebuah perisai di belakang dia untuk mencegah dia mundur.
Kalau dia mencoba melompat ke belakang, dia akan menabrak perisai itu, tapi gimana kalau ada perisai lain didepan dia yang memblokir dia bergerak ke depan?
Itulah rencanaku.
"Huh?"
L'Arc mencoba menghidari serangan Raphtalia dan Filo, tapi saat dia mencoba bergerak, ada suara dentuman yang mengindikasikan dia gak akan bisa bergerak.
"Sekarang!"
"Hyaaaaaaaa!"
"Rasakan ini!"
Raphtalia menebas dengan pedangnya dari kanan. Filo mengayunkan cakarnya dari kiri.
"Floating Scythe!"
Tangan L'Arc yang kosong tiba-tiba memegang sabit lain, sebuah sabit misterius yang tampak mengambang. Dia menggunakan bilahnya untuk menangkis serangan Raphtalia lalu mendorong Filo mundur menggunakan gagangnya.
"Nyaris sekali. Naofumi, sekarang aku paham apa yang kau maksudkan dengan membuat strategi. Aku menyadari Pahlawan Perisai gak punya banyak serangan, tapi kurasa aku harus lebih berhati-hati padamu."
"Kami belum selesai! HAAAAAAA!"
Raphtalia menjauh dan menikam ke depan lagi.
Sebuah sabit seperti tombak, penggunanya memblokir serangan menggunakan gagangnya. Yang mana itu akan sangat sulit untuk memblokir serangan tikaman.
"Aku gak akan kalah!"
Filo menekuk lengannya dan mengangkat kakinya, mendorong mundur gagang sabit yang telah memblokir serangannya yang sebelumnya.
"Gak semudah itu!"
L'Arc melompat ke udara, dan serangan Raphtalia serta Filo mengarah ke ruang diantara kedua perisai dimana dia berdiri barusan.
"Therese? Masih belum siap juga?!"
"Sudah siap!"
Therese mengangkat tangannya dan mulai merapal mantra.
"Kekuatan yang terkandung didalam permata, dengarkan permohonanku dan tunjukkan dirimu. Namaku Therese Alexandrite. Aku adalah temanmu. Hancurkan perlindungan kokoh mereka! Shining Stone! Peotection Shatter!"
Sebuah cahaya yang berkedip-kedip terbang kearahku. Aku gak akan membiarkannya mengenaiku!
Aku melompat ke samping untuk menghindari sihir itu. Sihir tersebut terbang melewati aku lalu berbalik dan terus mengejar seperti sebuah misil kendali.
"Tuan Naofumi!"
"Aku baik-baik saja! Fokus saja pada seranganmu! Kamu gak punya waktu buat mengkhawatirkan aku!"
"Dia betul. Tapi Naofumi, kau betul-betul harus waspada juga!"
"...."
Dia memblokir serangan Raphtalia dan Filo.
Tapi aku merasa seperti mereka hampir menembusnya. Kalau mereka dekat, maka ada satu hal terakhir yang bisa kucoba.
Aku terus menghindari sihir milik Therese sambil merapal mantraku sendiri.
"Gak semudah itu! L'Arc!"
Cahaya dari sihir miliknya semakin kuat, lalu meledak dan sepenuhnya melahapku. Aku merasa cahaya itu meresap masuk kedalam diriku.
Aku gak bisa menjauh darinya.
Aku merasa seperti sihir itu menguras tenagaku.
Aku segera membuka menu untuk memeriksa statusku. Dan statistik defense milikku berkedip seraya angkanya menurun.
Mereka menyadari seberapa tingginya defenseku, dan mereka berusaha menurunkannya dengan sihir support.
"Sumber dari segala kekuatan, aku adalah sang Pahlawan Perisai! Dengarkan kata-kataku dan patuhilah! Dukung mereka! Zweite Aura!"
Aku harus merespon dengan sihir support milikku sendiri. Aku mengeluarkan Aura pada Filo dan Raphtalia, meningkatkan statistik mereka!
Sihir itu juga mempengaruhi aku, meningkatkan defenseku, secara efektif membuat sihir mereka tak efektif. Bukan cuma itu, tapi sihir itu juga meningkatkan semua statistikku yang lain disaat yang bersamaan.
"Maaf saja, tapi mantra milik kalian gak mempan padaku."
"Kurasa kau benar, bocah. Therese!"
"Raphtalia, kamu fokuskan seranganmu pada Therese. Filo, tetap bersamaku! Kita akan menghadapi L'Arc!"
"Oke!"
"Dimengerti!"
Kali ini aku akan menahan dia secara langsung dan menyuruh Filo menggunakan serangan terbaiknya pada dia.
Dia cuma bisa menargetkan aku, dan aku cuma perlu menghindari serangannya.
"Ini bagus. Mulai terasa agak sakit!"
L'Arc tertawa riang, seolah dia betul-betul menikmatinya. Dia mengayunkan sabitnya kearahku.
Therese menghindari serangan-serangan Raphtalia dan mengeluarkan sihir. Saat dia gak bisa menghindar, gelangnya bersinar dan sebuah penghalang sihir muncul untuk memblokir pedang milik Raphtalia.
"Naofumi, bukankah kau menikmati ini juga?"
"Aku gak punya waktu buat menikmatinya!"
Tapi dia ada benarnya. Aku berusaha keras dalam pertarungan hingga aku gak betul-betul punya waktu untuk mengingat kenapa kami harus bertarung.
Memang kayak gitulah pertarungan langsung. Itu bukan tentang berdiri dibelakang, berpikir, dan menyusun strategi—itu adalah tentang berdiri didepan musuh, melawan secara langsung.
L'Arc. Pria itu misterius.
Aku tau dia adalah musuhku, tapi aku gak bisa membenci dia.
Apa itu berarti aku masih menahan diri?
Apa ini cara berpikirnya seorang pengecut?
Aku gak bisa menertawai orang lain yang masih menganggap dunia ini seperti sebuah game. Kami gak seharusnya menikmati pertarungan, namun....
Aku ingin tau. Aku ingin tau siapa yang akan menang.
Dia terus menyerangku dengan sabit itu. Terkadang aku menghindar dan terkadang aku memblokirnya dan dihujani percikan api. Semua itu sangat mengesankan.
Aku gak punya cara untuk menyerang dia. Jadi aku melakukan apa yang bisa kulakukan—aku meraih pergelangan tangannya dan menahan dia.
"Filo!"
"Yup!"
Filo menyilangkan tangannya dan cakar miliknya dilapisi angin. Dia menembakkannya pada L'Arc.
"Wind Claw!"
"Oh!"
Ada suara tebasan, dan dua garis merah muncul di pipi dan tangan L'Arc.
Tebasan itu gak dalam. Tapi aku masih menahan dia!
"Lumayan! Akan kubalas! Spirit Scythe! Protection Break!"
Sabit miliknya bersinar terang, dan ujungnya menyentuh bahuku.
Cuma begitu saja.
Tapi rasa sakit yang tajam menjalar di seluruh tubuhku, dan tanganku melepaskan pegangannya dengan sendirinya.
"Sial..."
"Apa?!"
L'Arc melompat menjauh, menghindari serangan kedua dari Filo.
"Yah, kayanya kami sudah menemukan apa yang mempan terhadap Pahlawan Perisai."
"Tuan Naofumi!"
Raphtalia meneriakkan namaku, meski dia sedang bertarung dengan Therese.
Aku memegang bahuku untuk menekan pendarahan. Aku harus mendapatkan sihir penyembuhan secepatnya.
"Kau menatapku seolah kau gak paham apa yang barusan terjadi."
"Nggak sepenuhnya."
Aku bisa memikirkan beberapa penjelasan.
Itu pasti sebuah serangan yang mengabaikan pertahanan.
Glass melakukan sesuatu yang mirip ketika kami bertarung saat gelombang yang sebelumnya. Itu adalah satu dari sedikit cara untuk melukai seseorang yang memiliki tingkat pertahanan yang tinggi.
Serangan-serangan jenis itu menimbulkan damage yang tak sesuai dengan tingkat pertahananmu.
Kalau aku menghadapi sesuatu seperti itu, maka aku harus membuang pilihan memblokir serangan. Satu-satunya cara untuk menghindari luka adalah menghindar.
Kemungkinan yang lain tidaklah bagus.
"Sebuah serangan yang mengabaikan pertahanan."
"Tepat, bocah. Tingkat pertahanan milikmu sekarang sudah gak berguna."
Saat Glass menyerang kami, aku menggunakan Shield of Rage, yang mana memiliki tingkat pertahanan yang tinggi, jadi sulit untuk memahami apa yang sedang terjadi.
Aku cuma tersentuh oleh ujung sabitnya, tapi dia menimbulkan damage yang serius. Kalau dia mengenaiku dengan serangan penuh, aku gak akan bisa lolos cuma dengan goresan saja.
Haruskah aku ganti perisai dengan tingkat pertahanan yang lebih rendah?
Kalau aku melakukannya, aku gak akan bisa memblokir serangan-serangan biasa miliknya. Ini bukanlah pilihan yang bagus. Tetap saja, ada kelemahan pada serangan-serangan yang mengabaikan pertahanan.
Aku gak betul-betul tau senjata macam apa yang dia gunakan, tapi kayaknya itu mirip dengan senjata legendaris milik pahlawan—dan senjata-senjata legendaris memiliki skill-skill serangan.
Kalau serangan yang tadi adalah salah satu dari serangan tersebut, maka serangan itu pasti punya waktu cooldown atau menggunakan SP miliknya.
Tapi aku baru saja menyerang dia dengan Soul Eat, jadi harusnya dia gak punya banyak SP yang tersisa. Aku mengasumsikan dia gak akan bisa menggunakan serangan barunya berulang kali.
"Kau mungkin memutuskan untuk gak memblokir seranganku yang selanjutnya."
"Ya, gak ada peraturan yang mengatakan aku gak boleh menghindar."
Jadi Pahlawan Perisai bukan berarti bahwa aku harus menggunakan perisaiku sepanjang waktu.
Kalau dia cuma menyerangku, lebih bijak untuk memprioritaskan menghindari serangan-serangannya.
"Tapi aku mungkin gak perlu begitu. Kurasa serangan yang mengabaikan pertahanan milikmu itu punya sebuah kelemahan yang besar."
Aku setengah menggertak untuk melihat gimana reaksi dia.
Aku gak tau apakah dia akan menjawabku dengan jujur, tapi aku mencoba menganalisa serangan tersebut.
"Serangan itu gak efektif terhadap skill pertahananku yang gak langsung, seperti Air Strike Shield dan Second Shield."
Itu mungkin akan menembus skill tersebut.
Tapi gak masalah, selama aku gak kena secara langsung. Jadi aku masih punya cara untuk memblokir serangan itu.
Kalau dia bisa menggunakan skill itu dengan cepat, dari waktu ke waktu, maka aku harus bertahan dengan perisai yang memiliki tingkat pertahanan yang lebih rendah.
Chimera Viper Shield punya serangan balik yang akan meracuni musuh—itu mungkin akan berhasil.
"Tepat. Itu cuma bekerja kalau aku mengenaimu secara langsung."
"Kau gak perlu memberitahuku sisanya."
Dia gak perlu membeberkan rencananya. Itu sama saja bunuh diri.
Aku gak butuh dia melakukan sesuatu seperti itu. Aku cuma perlu berinisiatif dan melihat apa yang terjadi.
Selain itu, aku masih harus mengawasi Raphtalia dan Filo. Filo terus menyerang L'Arc, tapi L'Arc sangat lincah, menghindari semua serangan Filo dengan cukup mudah. Kalau L'Arc menggunakan serangan jarak jauh, maka aku harus menghadangnya dan melindungi mereka berdua.
"Ayo lakukan lagi!"
L'Arc mengayunkan sabitnya. Bilahnya bersinar.
Itu artinya dia menggunakan serangan yang mengabaikan pertahanan!
Aku bersiap dan menghindarinya.
"Astaga!"
"Sekarang!"
Filo menunduk rendah dan mengayunkan cakarnya yang bersinar dibelakang L'Arc.
"Hya!"
"Argh! Sial. Serangan yang bagus. Gak kusangka kau menghindari seranganku."
"Sudah pasti kan? Kenapa juga aku harus memblokir semua serangan? Cuma ada satu tugas asli bagi seorang pengguna perisai, kau tau apa yang aku bicarakan?"
Aku cuma harus melakukan satu hal—melindungi. Kalau perisainya sumber masalahnya, maka aku cuma perlu menghindari serangan.
Aku bukanlah dinding party yang gak berotak. Kau gak butuh seseorang untuk melakukan sebuah tugas seperti itu.
"Ini semakin dan semakin bagus! Naofumi, aku merasa seperti semakin lama aku melawanmu, semakin kuat aku jadinya."
"Ha! Leveling di tengah pertarungan? Jangan bercanda. Kau bukanlah pahlawan."
Mungkin menganggap aku menemukan cara lolos dari serangan terbaiknya, L'Arc mengubah equipmentnya dan mulai menggunakan skill lain.
"Bentuk pertama, Wind Blade! Bentuk kedua, Sky Blade!"
Dua tornado muncul, keduanya berbentuk pusaran angin ganas yang meruncing kebawah.
Angin itu sangat kuat hingga aku merasa angin itu mungkin akan menghempaskan aku, tapi aku bisa bertahan.
Apa dia pikir dia akan mengalahkan aku dengan serangan normal kayak gitu?
Aku berganti memakai Chimera Viper Shield dan memblokir serangan itu.
"Huh? Kau mengganti perisaimu?"
"Ya, yang sekarang punya serangan balik!"
Chimera Viper Shield versi Awakened punya efek serangan balik bernama Snake Fang (besar).
Ukiran ular pada perisai menjadi hidup dan menggigit L'Arc.
"Huh! Ini... racun!"
L'Arc melompat mundur karena serangan tersebut dan mencengkeram kepalanya, terhuyung-huyung karena efek racunnya.
Saat dia terhuyung-huyung, Filo mendaratkan beberapa serangan telak, meskipun serangan itu gak cukup kuat untuk mengalahkan dia.
"Master! Aku akan menggunakan sebuah serangan yang kuat, jadi lebih baik kau jaga jarak!"
"Dimengerti!"
"Sial. Itu licik."
Sebuah botol obat keluar dari sabit miliknya. Dia mengambilnya dan meminumnya. Kemungkinan itu adalah penawar racun.
Tapi ada sesuatu yang lain. Ada botol lain! Soul-Healing Water! Dia mengetahui rencanaku.
Tapi itu cukup untuk memastikan satu hal: L'Arc punya SP.
Berpergian bersama Raphtalia, aku menyadari bahwa orang normal gak tau apa itu SP.
Bagi kebanyakan orang, Soul-Healing Water gak lebih dari membantu mereka berkonsentrasi—tapi bagi para pahlawan, itu adalah sesuatu yang lain.
Itu artinya L'Arc adalah seorang pahlawan atau sesuatu yang setara.
"Master!"
Filo telah selesai mempersiapkan serangannya. Yang harus kulakukan adalah memberi dia peluang.
"Raphtalia!"
"Baik!"
Dia segera mengetahui apa yang kumaksudkan. Dia mulai merapal mantra. Aku ingin dia untuk membuat Therese gak bisa mengganggu pertarungan kami, tapi saat untuk mengkhawatirkan sesuatu seperti itu sudah lewat.
Therese menyadari bahwa Raphtalia telah berhenti menyerang, dan dia menggunakan kesempatan itu untuk segera mengeluarkan sihir support.
Tapi Raphtalia bisa mengayunkan pedangnya meski dia sedang merapal mantra.
"Ah! Kau sangat hebat!"
"Aku nggak punya pilihan lain, aku harus menyerang dan merapal mantraku disaat yang bersamaan ketika melawan seseorang sepertimu!"
"Aku adalah sumber dari segala kekuatan. Dengarkan kata-kataku dan patuhilah. Sembunyi! First Hiding!"
"Hiding Shield!"
Skill kombo kami bisa menghasilkan sebuah perisai tak terlihat. Aku memasangnya dimana aku membutuhkannya.
"Change Shield! Second Shield!"
"Lihat ini!"
L'Arc yang gak bisa melihat dimana perisai itu berada, mengayunkan sabitnya .
Dia menyerbu kearah kami!
"Apa?!"
Pelindung lututnya menabrak perisai tak terlihat itu.
Dan aku telah mengubahnya menjadi Two-Headed Black Dog Shield—yang memiliki efek khusus Dog Bite!
Perisai itu berubah bentuk menjadi seekor anjing dan menggigit L'Arc kuat-kuat. Dia gak bisa bergerak.
"Spiral Strike!"
Filo menggunakan teknik yang dia gunakan untuk mengalahkan Inter-Dimensioal Whale. Dia melesat kearah L'Arc yang gak bisa bergerak.
"Sial! Kayaknya ini buruk!"
L'Arc memindahkan sabitnya ke tangannya yang bebas dan mulai memutarnya. Dia bisa menghentikan serangan Filo.
Dia pasti memggunakan skill defensif, karena serangan Filo kayaknya gak menimbulkan damage.
"..."
Tapi Filo terus berputar-putar, melakukan serangan demi serangan. Perlahan-lahan, dia bisa menembus pertahanan L'Arc.
"Itu gak cukup!"
Efek Dog Bite habis. Perisainya lenyap, dan L'Arc melompat menjauh dari jangkauan serangan Filo.
Tapi aku gak akan membiarkan dia lolos semudah itu.
"Shield Prison!"
Skill perisai terkuat ketiga yang kumiliki, setelah Air Strike Shield, adalah Shield Prison.
Kau bisa menggunakannya untuk menahan musuh di tempat atau untuk melindungi dirimu sendiri. Itu cocok untuk menahan seseorang yang terus menerus menghindar.
"Ugh! Sialan kau Naofumi!"
Dengan aktifnya Shield Prison, dia gak bisa menghindari serangan Filo lagi. Serangannya mendarat.
"ARGH!"
Apa? Dia memblokir serangan Filo dengan tangan kosong!?
Meski L'Arc gak cukup kuat untuk memblokir sepenuhnya, serangannya terhenti. Dia mengalami pendarahan, tapi gak tumbang.
"Sial. Lumayan juga."
Tangannya terluka. Dia menekan lukanya dengan tangan satunya dan mengacungkan sabitnya.
"Kurasa itu gak cukup!" Kata Filo.
"Filo-chan. Itu adalah serangan yang menakjubkan. Aku gak pernah menyangka kau bisa sampai sejauh ini."
"L'Arc!"
Therese berteriak memanggil dia. Raphtalia terus menekan dia tanpa henti hingga dia gak bisa mengeluarkan sihir support pada L'Arc. Raphtalia sangat mengesankan. Therese terus menembakkan sihir pada Raphtalia, tapi setiap kali Raphtalia gak bisa menghindari sihirnya, dia akan menepis sihir tersebut menggunakan bilah pedangnya.
Dan Therese pasti sangat kuat juga—dia mampu bertahan terhadap serangan-serangan Raphtalia, dan dia cuma mengandalkan sihir miliknya.
Kalau aku harus melawan mereka berdua bersamaan, kurasa aku gak bisa menang.
"Kau tau, aku betul-betul berpikir aku bisa menang. Tapi kayaknya aku gak punya apa yang dibutuhkan untuk mengalahkanmu, Naofumi."
Dia masih bersikap seperti lebih tangguh dari aku.
Aku takjub dia bisa mengesampingkan pertarungan sesaat untuk berbicara.
Aku menatap ke laut dimana Motoyasu yang gak sadarkan diri mengambang. Ren dan Itsuki gak bisa bertarung. Orang-orang geblek. Apa yang akan mereka lakukan kalau mereka di posisiku?
Gak kayak gini game'ku! Kau seharusnya kalah dalam pertarungan ini! Aku yakin mereka akan mengatakan sesuatu yang bodoh kayak gitu.
Kalau L'Arc atau Therese bisa menggunakan sebuah sihir penyembuh atau obat, maka kami harus mengulanginya dari awal lagi.
Terus gimana?
Aku sedang berpikir gimana caranya mengakhiri pertarungan ini, lalu cipratan air yang kuat meledak didepan kami, dan sebuah bayangan muncul.
"Butuh waktu berapa lama lagi kalian?"
"Kau?!"
Seorang pengunjung tak terduga mendarat diantara kami. Aku gak bisa mempercayai mataku.
Itu masuk akal. Aku sendiri sudah mulai bertanya-tanya. Aku merasa pasti ada suatu hubungan.
Orang yang berada didepanku sangatlah kuat. Aku gak punya kesempatan saat kami bertarung sebelumnya.
Dia punya wajah yang cantik, rambut hitam panjang, dan kulit pucat. Dia memakai sebuah kimono, memegang kipas yang terlipat, dan cara bertarungnya seperti tarian, seperti seni. Dia menghilang kedalam retakan saat gelombang yang sebelumnya.
Dia tampak sama persis seperti yang kulihat terakhir kali. Dia memancarkan hawa kekuatan yang mengintimidasi ke seluruh area. Dia menatap kearahku.
Itu adalah Glass.
****
"Oh, bukankah itu Glass? Mau apa kau datang kesini?"
"Sudah jelas aku sudah mengalahkan musuh dan datang mencarimu."
L'Arc bicara pada Glass seolah mereka saling mengenal satu sama lain.
Mungkinkah? Aku sudah mempertimbangkan kemungkinannya sebelumnya, tapi apa mereka betul-betul punya hubungan? Dari yang terlihat, mereka kayaknya rekan.
Sial! Aku dan Filo sudah hampir menang! Dengan adanya Glass, lenyap sudah semua kemungkinan menang.
"Naofumi, kan? Kita sudah bertemu sebelumnya."
Dia menyapaku dengan tenang dan berbicara dengan sopan.
"Aku gak berharap bertemu denganmu lagi."
"Aku terkesan kau bisa sampai sejauh ini melawan L'Arc. Dan dari penampilan perisaimu, kau masih belum serius."
"Apa?! Dia gak serius?"
L'Arc terkejut.
"Tepat. Saat dia bertarung serius, dia menggunakan perisai yang sangat berbeda dengan perisai yang dia pakai sekarang."
"Oh, kalo gitu kurasa aku betul-betul gak punya kesempatan menang."
Bukannya aku gak bertarung serius. Tapi karena Shield of Wrath tumbalnya terlalu besar terhadapku.
"Heh. Orang ini menggunakan serangan yang mengabaikan pertahanan—aku gak bisa menggunakan perisai terbaikku karena hal itu."
"Jadi begitu."
Glass membuka kipasnya dan mengacungkannya padaku.
"Kalau begini kurasa aku akan ikut bertarung."
"Aku betul-betul lebih senang gak melawanmu, tapi kurasa aku gak punya pilihan."
Aku melangkah ke depan dan menyiapkan perisaiku.
"Kalau boss gelombang juga dihitung, maka ini adalah ronde ketiga."
Sejujurnya aku jengkel. Aku gak mau terus bertarung tanpa henti.
Tapi para pahlawan lain gak ada yang berguna, dan sang ratu gak bisa membantu. Gimana caranya aku melawan mereka bertiga ini tanpa adanya dukungan?
"Ha!"
Dia membuka kipasnya dan mengayunkannya padaku. Serangannya mengalir layaknya air.
Berdasarkan apa yang kulihat pada saat kami bertarung sebelumnya, aku gak perlu terlalu kuatir kecuali aku menggunakan Shield of Wrath.
Aku mengangkat perisaiku dan memblokir serangannya. Soul Eat diaktifkan dan menguras SP Glass...
"Apa? Perisai itu!"
Mengetahui perisai yang sedang aku pakai, Glass melompat jauh ke belakang.
Apa yang terjadi? Glass bersikap seolah itu adalah pertama kalinya dia terluka.
Dan serangannya terasa jauh lebih lemah daripada yang sebelumnya. Apa yang terjadi?
Aku memakai Soul Eater Shield. Perisai ini memiliki efek serangan balik bernama Soul Eat yang mencuri SP musuh.
Kalau musuh gak punya SP, maka yang dicuri adalah kekuatan sihir mereka.
"L'Arc, kau paham, kan?"
"Ya."
L'Arc melangkah maju dan Glass membuka kipasnya lebar-lebar.
"Circle Dance Break! Tortoise Shell Shatter!"
Aku merasa seperti dia bergerak lebih lambat dari yang sebelumnya juga.
Aku menggunakan Air Strike Shield untuk memblokir serangannya.
"Naofumi, aku datang!"
L'Arc memutari skillku dan bergerak mendekat untuk menggunakan serangan yang mengabaikan pertahanan miliknya.
"Gak semudah itu!"
Sebelum dia mengenai aku, Filo menutup jarak dan meraih gagang sabit miliknya, menggagalkan serangan itu.
Itu cerdas. Kalau dia memegang gagangnya maka dia bisa merusak kendali L'Arc terhadap bilahnya.
"Nona Glass! Tak ada pilihan lain!"
Therese mengeluarkan sebuah permata dan melemparkannya pada Raphtalia.
"Semua kekuatan yang terkandung dalam permata, dengarkan permohonanku dan tunjukkan dirimu. Namaku Therese Alexanderite. Aku adalah temanmu. Pinjamkan cahaya terakhirmu padaku! Serahkan dirimu demi masa depan kita! Shining Stone, Shrinking Explosion!"
"?!"
Raphtalia berlari menjauh dari Therese.
Itu adalah tindakan yang tepat. Sesaat setelahnya, terjadi ledakan yang memekakan telinga dan hembusan angin yang kuat.
Apa permata itu meledak?
Sihir miliknya sangat aneh. Dari apa yang kulihat sampai sekarang, sihir milik Therese bekerja dengan menggunakan permata.
Kalau dia meledakkan permata, apa itu artinya kami menang?
"Tuan Naofumi!"
Therese menggunakan moment ledakan untuk berkumpul dengan L'Arc dan Glass.
Raphtalia melakukan hal yang sama, berlari kearah aku dan Filo.
Dengan bersamanya kami lagi, cuma ada satu hal yang harus dilakukan.
"Shooting Star Shield!"
Sebuah medan kekuatan muncul disekitar kami.
"L'Arc, cepat tunjukan luka-lukamu."
"Maaf, Therese..."
Therese menggunakan sihir untuk menyembuhkan tangan L'Arc yang terluka.
"Kau jauh lebih kuat daripada terakhir kali kita ketemu. Kau benar-benar seorang pahlawan."
"Aku tau."
"Ini sulit untuk menyebutnya sebuah pertarungan yang adil. Tapi aku tak akan menahan diri sekarang."
Glass membuka kipasnya dan bersiap menggunakan skill. Itu adalah skill yang mengalahkan ketiga pahlawan lain dalam satu serangan saat kami bertemu sebelumnya. Aku ingat itu.
Disaat yang sama, Therese bersiap menggunakan sihir.
Kayaknya ini buruk. Apa mereka mau menggunakan skill kombo?
"Semua kekuatan yang terkandung dalam permata, dengarkan permohonanku dan tunjukkan dirimu. Namaku Therese Alexanderite. Aku adalah temanmu. Kalahkan mereka dengan badai es! Shining Stone, Bizzard!"
"Bentuk kombinasi. Reverse Hail Snow Moon Flower!"
Layaknya bunga sakura yang teriup angin, angin itu membawa pedang-pedang es dan membentuk badai ganas.
"Shield Prison!"
Aku menggunakan Shield Prison didalam medan kekuatan Shooting Star Shield untuk melindungi kami.
Sesaat setelah Glass mengeluarkan serangannya medan kekuatannya hancur. Shield Prison berguncang diterpa angin dan es.
Aku bisa merasakan kekuatan serangan itu dari guncangan perisai disekitar kami. Anginnya reda tepat saat efek Shield Prison habis.
"Dia selamat dari skill kombo kita?"
"Kami sudah lebih kuat daripada saat kita bertemu sebelumnya. Jangan lupa itu."
"Nampaknya aku telah meremehkanmu."
Kurasa aku melihat ekspresi cemas melintas diwajahnya. Memang. Pertarungan ini terasa sangat berbeda daripada yang sebelumnya.
Kalau kami bisa bertahan dari serangan Glass, itu merupakan bukti bahwa kami telah jadi jauh lebih kuat daripada terakhir kali kami bertemu.
Tapi ada sesuatu yang bahkan lebih menarik daripada itu. Aku harus tau kenapa Glass tampak begitu terintimidasi oleh Soul Eater Shield.
Tampak seperti dia melompat ke belakang kayak ketakutan karena serangan baliknya.
Baiklah, sekarang giliran kami untuk menyerang.
"Raphtalia, Filo, ini akan sulit, tapi cobalah jauhi Therese dan L'Arc dan fokuskan serangan kalian pada Glass. Kalau kalian gak bisa sepenuhnya menghindari mereka, biarkan saja beberapa dari serangan mereka lewat. Jangan kuatir, aku akan melindungi kalian."
"Baik."
"Gimana denganmu?"
"Gak usah kuatir padaku."
"Oke!"
Kami setuju pada rencana itu dan mulai menyerang.
"Shooting Star Shield!"
Lihat, medan kekuatan ini juga mencegah siapapun yang bukan anggota party memasukinya. Jadi kami gak perlu mememojokkan dan menahan mereka, tapi dengan menjaga anggota partyku tetap aman didalam medan kekuatan ini, kami bisa dengan bebas fokus pada penyerangan.
Tapi kalau serangan musuh melampaui apa yang bisa ditahan medan kekuatan tersebut, maka medan kekuatan ini akan langsung hancur. Jadi kami harus terus waspada.
Raphtalia dan Filo menggunakan medan kekuatan ini sebagai perisai dan menarik serangan Glass dan L'Arc.
Glass menyerang secara terus-menerus, ketidaksabarannya semakin terlihat jelas.
Akhirnya, Ada suara keras saat medan kekuatan tersebut mencapai batasnya dan hancur.
"Sekarang! Circle Dance Form, Tortoise..."
"Hya!"
Filo mengambil ancang-ancang dan mencakar kipas Glass dengan ganas.
"Kau! Menjauhlah!"
Glass mengayunkan kipasnya berusaha menghempaskan Filo.
Sekarang!
"Air Strike Shield! Change Shield!"
Aku mengubah Air Strike Shield menjadi perisai yang telah kugunakan sejal awal—Soul Eater Shield.
Serangan Glass diarahkan pada Filo, tapi skill milikku lebih cepat. Serangannya menghantam perisai.
"Apa?! Tidak..."
Serangan balik Soul Eat diaktifkan, dan Glass segera menghindarinya.
Ternyata betul!
Hal itu telah memastikannya. Glass lemah terhadap serangan Soul Eat.
"Raphtalia!"
"Ada apa?"
"Apa kamu punya pedang sihir?"
"Punya."
"Kali ini itu adalah kartu as kita. Kerahkan semua kekuatanmu dan tikamkan pedang itu pada Glass!"
Kami gak punya cara lain untuk menggunakanya, jadi kami mungkin harus menggunakannya saat kami bisa.
"Dimengerti! Hyaaaaaa!"
"Gak semudah itu!"
L'Arc melesat mendekat untuk menghadang dia.
"Jangan lupa aku masih ada disini!"
Filo menyerbu dan menghentikan gerakan L'Arc. Sekarang gak ada yang menghalangi Raphtalia.
Aku mengikuti dia, mendukung dia dari belakang.
"Nona Glass!"
Therese menyilangkan tangannya dan merapal mantra.
"Semua kekuatan yang terkandung dalam permata, dengarkan permohonanku dan tunjukkan dirimu. Namaku Therese Alexanderite. Aku adalah temanmu. Hentikan mereka dengan dinding api! Shining Stones, Flame Wall!
Sebuah dinding api yang berkobar muncul melindungi mereka.
Aku mengangkat perisaiku dan terus berlari ke arah dinding itu.
Medan kekuatan mencapai batasnya. Udara dipenuhi dengan suara retakan—dinding itu pasti sangat kuat.
Tapi itu gak cukup.
"Aku...Aku tak bisa menghentikan mereka!"
"Lebih baik jangan meremehkan kami!"
L'Arc dan yang lainnya memang sangat kuat, itu luar biasa.
Sejujurnya, kurasa mereka mungkin lebih kuat daripada high priest, dan dia punya sebuah replika senjata legendaris.
Tapi mereka gak cukup kuat untuk menghentikan aku.
Serangan terbaik mereka adalah serangan yang mengabaikan pertahanan dan serangan yang setara dengan pertahanan. Setelah aku menemukan cara menanganinya, aku tau gimana mengalahkan mereka.
Tetap saja, kalau mereka punya kesempatan untuk menyerang kami dengan serangan jarak dekat, kami mungkin gak akan bisa memegang kendali pertarungan lagi.
Kami harus menyelesaikannya sebelum L'Arc punya kesempatan untuk mengganggu!
"Raphtalia!"
"Baik!"
Dia mempererat genggamannya pada pedang sihir miliknya dan menusukkannya pada Glass.
"Tak semudah itu!"
Glass membaca jalur pedangnya dan memblokir dengan kipas miliknya.
Ini pernah terjadi pada pertempuran yang sebelumnya, dan kipas itu mematahkan pedang milik Raphtalia.
"Kurasa tidak!"
Tapi pedang sihir gak punya bilah fisik yang bisa dihancurkan.
Raphtalia menghentikan kekuatan sihir miliknya tepat sebelum bilahnya mengenai kipas tersebut, dan bilahnya lenyap. Mempertimbangkan dari timingnya, Raphtalia berputar dan kemudian bilahnya muncul lagi—ditikamkan kearah perut Glass.
Tapi pedang itu tak bisa menikam dia. Apa kekuatan serangannya terlalu rendah?
"Apa?!"
Glass tak bisa berkata apa-apa.
Sesaat, bilah pedang sihir itu berkilauan.
"ARRRRGHHHHH!"
Raphtalia berteriak saat dia memfokuskan semua sihir miliknya pada bilah tersebut. Bilahnya berkilauan dan berderak lalu menikam Glass.
"TIDAAAAAAAAAAAAAAK!"
Glass memegang bilah yang berkilauan itu dan mencoba mencabutnya. Tapi Raphtalia semakin fokus, menekan pedangnya lebih dalam lagi sebelum melepaskan pegangannya dan melompat menjauh.
Bilah tersebut berkilauan lagi dan kemudian meledak menghasilkan cahaya yang membutakan mata.
"Whoa!"
Cahaya itu sangat terang hingga sulit untuk membuka mataku.
Aku berlari kearah Raphtalia dan menggunakan perisaiku untuk memblokir cahaya tersebut.
"Glass!"
L'Arc berteriak pada Glass dan mencoba membebaskan diri dari Filo.
Area ini dipenuhi dengan asap. Sekuat itulah ledakan sihir tadi.
Kami menyerang Glass pada titik lemahnya. Kuharap itu akan mengakhiri pertempuran.
Asapnya menghilang.
Huff....
"Ini...."
Huff...
"Gak ada yang perlu dikuatirkan...."
Glass masih berdiri. Dia memegang perutnya dan bernafas berat. Dia tampak seperti dia akan pingsan sewaktu-waktu.
Sial! Serangan itu masih belum cukup.
Tapi serangan itu telah memberi banyak damage. Kalau saja ada waktu untuk serangan lanjutan, sekaranglah saatnya.
"Nona Glass. Kita harus mundur untuk sekarang ini."
"Tidak.... Masih belum. Aku tak boleh mundur!"
"Glass! Sialan! Minggir!"
"Hei!"
L'Arc mengibaskan Filo dan berlari ke Glass.
"Filo, apa kau baik-baik saja?"
"Yup!"
Baiklah, kami masih bisa bertarung.
Kami telah menyudutkan Glass. Sekarang meski mereka menggunakan sihir pemulihan, dia tetaplah kelelahan.
Dan aku masih punya Shield of Wrath kalau aku membutuhkannya.
Sebagai upaya terakhir aku bisa memakainya di waktu yang tepat dan menggunakan Iron Maiden.
Setelah meningkatkannya, skill Air Strike Shield memiliki defense yang lebih tinggi dari yang sebelumnya.
Jadi mungkin bisa diasumsikan bahwa kekuatan serangan Iron Maiden juga sudah meningkat. Kalau aku bertahan dengan Soul Eater Shield, maka aku juga bisa mendapatkan kembali SPku yang hilang. Dan aku bisa meminum Soul-Healing Water dan menggunakan skill tersebut secara terus-menerus.
"Glass. Tetap diam."
Apa? Sesuatu yang kayak Soul-Healing Water menetes dari sabit milik L'Arc dan jatuh pada Glass.
Cuma begitu saja, tapi penampilan aneh segera muncul pada wajah Glass. Dia tampak lega.
"Pemulihan energi secara cepat?!"
Glass sama terkejutnya seperti aku. Apa yang terjadi?!
"Naofumi, kau memang luar biasa. Kau gak memberi kami ruang untuk bertindak, kan? Aku ingin bertahan kayak gini, tapi kau memaksaku menggunakan kartu as ku."
L'Arc terus menuangkan Soul-Healing Water pada Glass.
Rona wajah Glass segera kembali memerah sehat.
Aku gak bisa menjelaskannya, tapi dia tampak lebih kuat daripada yang sebelumnya.
"L'Arc, apa ini?"
"Kalau aku meminumnya, itu mengisi kembali kekuatan skillku. Tapi kalau buatmu, itu adalah alat peningkatan yang sangat kuat."
"Oh ya. Aku paham."
Glass kembali berdiri. Dia menyimpitkan matanya kearahku.
Aku punya firasat buruk soal ini.
"Aku maju."
Glass berkata begitu, dan kemudian dia berada tepat didepanku—bahkan sebelum aku sempat berkedip!
Apa dia melakukan teleport? Tidak, dia cuma bergerak sangat cepat hingga aku gak bisa mengikuti pergerakannya.
Untungnya perisaiku sudah dalam posisi berada diantara kami.
"Hyaaa!"
Serangan terkuat dihantamkan pada perisaiku. Aku merasakan getarannya di tanganku.
"Sial!"
Serangan itu sangat kuat hingga tanganku kayak mati rasa.
Apa yang terjadi? Aku bisa menahan serangan terkuatnya beberapa saat yang lalu!
Yang L'Arc lakukan cuma menuangkan Soul-Healing Water pada dia—kenapa dia tiba-tiba jadi sekuat itu?
Gak mungkin Glass seorang manusia. Dia pastinya mahluk lain. Serangan balik Soul Eater Shield juga sangat efektif terhadap dia.
Itu artinya dia menjadi semakin kuat saat SP miliknya ditingkatkan atau semacamnya.
"Tuan Naofumi!"
"Master?!"
Menganggap bahwa Glass hampir menembus defense'ku, Raphtalia dan Filo berlari mendekat.
"Tunggu! Tetap di belakang! Jangan menurunkan kewaspadaan!"
Glass sangatlah kuat. Aku memblokir serangannya dengan perisai terbaikku, namun dia hampir menembus pertahananku. Kalau dia mendaratkan serangan langsung pada Raphtalia atau Filo, kemungkinan mereka akan mati. Kurasa mereka juga gak cukup cepat untuk menghindari serangan Glass.
Tapi Filo gak mau nurut. Dia sudah melewati aku, menggunakan serangan tercepat miliknya.
"Haikuiku!"
Filo menyerbu kearah Glass, dan cakarnya diayunkan secara terus-menerus.
"Ugh...."
Glass mencoba untuk menepis serangan-serangan Filo, tapi Filo telah berkembang sangat kuat. Tak mampu menepis serangan-serangan itu, Glass terpaksa melompat mundur.
"Circle Dance, Tortoise Shell Break!"
Kipas milik Glass mulai bersinar. Dia mengarahkan serangan yang mengabaikan pertahanan pada bahuku.
"Argh!"
Rasa sakit menjalar melalui bahuku. aku menahannya, berusaha mendapatkan kembali ketenanganku.
"Aku datang, Naofumi! Rasakan ini!"
L'Arc mengayunkan sabitnya. Itu adalah serangan yang melampaui pertahanan.
"Shooting Star Shield!"
Medan kekuatan muncul tepat waktu untuk menghentikan sabit miliknya.
Lalu medan kekuatan tersebut hancur— namun serangannya tak mampu melewatinya.
"Sialan. Kau gak mau menyerah begitu saja, kan? Aku sudah menggunakan kartu as ku, tapi kau masih saja berdiri!"
"Kami masih belum kalah!"
Tapi kami kehabisan pilihan.
"L'Arc, tahan. Aku akan mengakhiri ini menggunakan seluruh kekuatanku."
"Oke!"
L'Arc dan Therese menjauh sejauh yang mereka bisa dari Glass.
Apa yang dia rencanakan?!
"Tarian Kehampaan."
Kipas miliknya menjadi sangat besar, lalu kipas lain terwujud disebelahnya.
Dia menutup kipas tersebut, dan kipas-kipas itu melepaskan pedang-pedang energi.
Lalu dia mengangkat kipas yang terlipat itu keatas kepalanya.
Terbentuk garis melingkar seolah kipas itu mengambang di udara, bersinar layaknya bulan. Itu sangat indah, namun aku gak boleh terkesima. Aku mengangkat perisaiku dan mempersiapkan diri.
Dia mengayunkan kipasnya dengan kuat.
"Moon Break!"
"Ah!"
Aku segera mengubah perisaiku menjadi Shield of Wrath dan mengangkatnya keatas kepalaku.
Jarak diantara aku dan Glass cukup jauh, tapi pedang yang tak terhitung jumlahnya menghujani aku dari atas.
Aku gak bisa menghindarinya. Serangan itu sangat cepat!
Aku melakukan apa yang aku bisa untuk memblokirnya dengan perisaiku, tapi aku gak bisa menahannya lebih lama lagi. Raphtalia dan Filo berada dalam bahaya!
"Raphtalia! Filo! Menjauh dari sini!"
"B...Baik!"
"Oke!"
Mereka berlari ke kanan dan kiri, menjauh dariku.
Perisaiku menerima hujaman tanpa henti dari pedang energi. Aku merasa seperti perisainya akan hancur setiap saat.
"Ugggggghhhh...."
Serangannya selesai. Perisainya bertahan.
Tapi aku segera menyadari bahuku terkena serangan.
Meskipun perisainya bisa bertahan dari serangan itu. Serangannya berakhir. Pedang-pedang itu tak lagi memghujani aku.
Aku mengamati kerusakannya. Lautnya terbelah jadi dua.
Dia itu sekuat apa sih? Aku sendiri terkejut aku bisa selamat.
Huff… huff…
Huff… huff…
Aku dan Glass sama-sama kelelahan.
Shiled of Wrath mulai bersinar.
"Giliranku sekarang!"
Sial. Sakit. Sakit sekali!
Kutukan api hitam diaktifkan, membakar semuanya.
Api hitam keluar dari tanah dan berputar-putar disekitarku.
"L'Arc! Therese! Menjauh!"
"Baik!"
Gak akan kubiarkan mereka kabur! Aku segera memperluas apinya, membakar seluruh area.
Glass membuka kipasnya untuk bertahan.
"Arrrrggghhhh!"
Apinya akhirnya padam, tapi Glass masih berdiri, kelelahan karena semua upaya yang dilakukan.
Seranganku sangatlah kuat. Gimana bisa dia selamat?!
Apa aku harus menggunakan Iron Maiden?
Masalahnya adalah apakah aku bisa menggunakan Change Shield (Serangan) tanpa istirahat.
Sebetulnya, dia mungkin bisa menghancurkan Iron Maiden. Serangan Glass sangat kuat hingga hampir menghancurkan Shield of Wrath. Aku gak yakin dia gak bisa menghancurkan Iron Maiden.
Glass mulai menggunakan serangan kuat pembelah laut itu lagi.
"Glass! Itu terlalu berbahaya! Hentikan!"
"Kalau kita tidak mengalahkan dia sekarang, dia akan semakin kuat! Meski aku tak bisa selamat, kita harus mengalahkan dia. Kalau tidak... Apa kau paham apa yang aku katakan?"
"Aku juga merasakan hal yang sama."
Aku mengulurkan tanganku dan bersiap menggunakan Shield Prison.
"Tuan Naofumi!"
"Master!"
"Jangan mendekat!"
Kalau mereka terkena serangan ini, mereka sudah pasti akan mati. Glass terlalu kuat.
Setelah baku serang ini, siapa diantara kami yang tetap berdiri?
"Yang mulia ratu... fueeee..."
"Apa?!"
Tiba-tiba, entah gimana caranya, sang ratu berdiri di belakang Glass. apa beliau memanfaatkan kekacauan dari kutukan api untuk menyelinap mendekat? Ada seseorang memakai kigurimi tupai berpegangan pada sebuah tong yang mengapung di laut.
tangan sang ratu direntangkan, dan beliau menggunakan sihir untuk menerbangkan tong itu kearahku.
"Tuan Iwatani! Terima ini!"
Sebuah tong? Kenapa? Tong tesebut terbang dan mendarat diantara aku dan Glass.
Sesaat aku berpikir beliau cuma mencoba membuat pengalihan. Namun kemudian aku mengetahui tong itu.
"Itu... Shooting Star Shield!"
"Apa itu?!"
Medan kekuatan muncul, aku melompat ke belakang ke tempat Raphtalia dan Filo berada.
Glass masih mempersiapkan serangannya lalu tong rucolu tersebut meledak dahsyat.
Kami bertarung diatas Inter-Dimensional Whale, dan disitulah tong tersebut meledak.
Seluruh area segera dipenuhi dengan aroma rucolu dan kabut merah yang tebal.
"Ini... Ini adalah...."
Glass gak bisa melihat di dalam kabut merah tebal itu. Dia menutupi wajahnya dengan tangannya dan terhuyung-huyung ke kanan kiri.
"Raphtalia, Filo, apa kalian paham?"
"Ya!"
Ini berbahaya, tapi inilah satu-satunya kesempatan kami.
"Ini...."
"Hya!"
"Yah!"
Kami bergerak didalam kabut, dan bermanuver ke belakang Glass. Raphtalia dan Filo berada di bagian depan tepat di perbatasan medan kekuatan dan menyerang Glass dari belakang.
"Argh!"
Setelah menyerang, kami mundur untuk bersembunyi didalam kabut.
Setiap kali Filo menjulurkan wajahnya keluar medan kekuatan, dia mengendus udara dan menampilkan wajah gak nyaman.
"Bau sekali! Kalau mereka berada diluar sana, mereka gak akan menyukainya!"
"Sialan...."
"Ugh... Keluar kalian!"
Aku bisa mendengar L'Arc berteriak. Mereka gak bisa menyerang kami karena gak bisa menemukan kami di dalam kabut.
Ada suara cipratan air. L'Arc dan yang lainnya menyelam ke air. Mereka berenang. Mereka naik ke atas lambung kapal yang terbalik. Kalau mereka menggunakan Soul-Healing Water lagi pada Glass untuk penyembuhan dan peningkatan kekuatan, pertempurannya gak akan menguntungkan kami lagi.
"Aku gak menduga serangan seperti itu. kelihatannya ini buruk."
"L'Arc! Kita selesaikan sekarang!"
Aku masih punya Iron Maiden.
Dan aku masih punya Blood Sacrifice, tapi aku gak bisa menggunakannya disini. Kalau aku menyerang L'Arc dengan Iron Maiden, kurasa itu akan mengakhiri pertempuran.
"Masih belum selesai."
Therese berdiri disamping L'Arc.
Mungkinkah aku bisa menggunakan Iron Maiden pada mereka berdua secara bersamaan...?
"Masih belum!"
Sebuah tornado muncul dan kabutnya menghilang. Glass berdiri disana, terengah-engah. Dia memegang kepalanya dan terhuyung-huyung.
Sialan, mereka sangat tangguh! Ayolah. Apa yang bisa mengakhiri ini?
Kami mencoba strategi demi strategi, dan gak ada yang mampu menghabisi mereka.
Aku gak punya pilihan lagi. Aku harus menggunakan trik terakhirku.
"Glass, aku yakin kau paham. Aku harus mengakhiri ini!"
Aku sedang berpikir apakah harus menggunakannya pada Glass atau L'Arc. Mereka berdua sangat kuat. Tapi serangan L'Arc lebih rumit, jadi aku memutuskan untuk fokus pada dia terlebih dahulu.
"Shield Prison!"
"Oh!"
L'Arc terjebak didalam Shield Prison.
"Hentikan!"
Glass segera mulai menyerang kurungan tersebut dengan serangan jarak jauh sedangkan L'Arc menyerangnya dari dalam.
Kurungan itu tidaklah cukup kuat untuk bertahan dari kedua serangan tersebut, dan hancur.
Sial. Butuh waktu yang sangat lama untuk menggunakan serangan Iron Maiden.
Pertama, aku harus menjebak mereka didalam Shield Prison, menggunakan Change Shield (serangan), dan kemudian baru aku bisa menggunakan Iron Maiden. Tapi kalau itu butuh waktu terlalu lama hingga mereka bisa menghancurkan Shield Prison, aku gak bisa menggunakan Iron Maiden.
"Nyaris saja!"
Aku gak punya pilihan lain. Aku harus terus menggunakannya kutukan api. Tapi untuk menggunakannya, aku harus bertahan dari serangan mereka. Yang terburuk, aku harus menggunakan Blood Sacrifice dan membunuh mereka berdua secara bersamaan.
Tiba-tiba aku mendengar suara "beep".
00:59
Angka tersebut muncul di bidang pandangku.
Aku ingat sesuatu seperti ini terjadi saat kami melawan Glass sebelumnya. Dia segera mundur setelah hitungan waktu tersebut muncul.
Akankah dia kabur lagi? Gak akan kubiarkan.
Kami sudah hampir menang. Waktunya mengakhiri semua ini!
"Sepertinya tak ada pilihan lain, kan L'Arc?"
Dalam sekejap, Glass berada tepat didepanku.
"Jangan.... Nona Glass!"
Dia membuka kipasnya.
Saat Therese melihat dia, dia menutupi mulutnya dengan kedua tangannya. Dia terlihat ketakutan. Apa yang terjadi? Setelah semua serangan itu, apa ini artinya mereka masih punya kartu as?
"Glass!"
L'Arc murka. Dia berlari ke belakang Glass dan menahan Glass menggunakan tangannya.
"Apa yang kau lakukan? Lepaskan aku!"
"Jangan lakukan itu. Kau bahkan gak tau apa yang akan terjadi!"
"Berpikirlah L'Arc. Pikir tentang seberapa kuatnya dia. Kita harus siap mengerahkan segalanya kalau kita mau mengalahkan dia."
"Tapi Glass..."
L'Arc berbisik pada telinga Glass. Glass tiba-tiba tampak sangat terkejut.
L'Arc dan Therese mengangguk.
"Baiklah. Kalau begitu kita akan mundur hari ini."
Dia mengangguk. Apa yang sudah dikatakan L'Arc?
Aku gak peduli apa strategi mereka. Aku gak boleh membiarkan mereka kabur kali ini.
"Kalian pikir aku akan membiarkan kalian?"
"Cobalah hentikan kami. Naofumi, lain kali kami yang akan jadi pemenangnya."
Glass segera menggunakan sebuah serangan jarak jauh, memenuhi area dengan angin kencang.
Apa? Para prajurit yang ada di kapal tertiup angin tersebut.
"Kayaknya kalian menang kali ini. Naofumi. Aku gak suka nama itu. Apa bocah gak masalah buatmu?"
"Kenapa?!"
L'Arc sama sekali gak kelihatan kuatir. Dia melambaikan tangan pada kami saat mereka melompat masuk ke retakan.
"Aku undur diri. Selamat tinggal."
Therese mengeluarkan sebuah sihir, menyelamatkan para prajurit dari angin tersebut. Lalu dia melemparkan sebuah permata dan permata itu meledak, menghasilkan ruang bagi dia untuk kabur.
"Tunggu!"
Kami mengejar mereka, tapi mereka sangat cepat. Kami gak bisa mencapai mereka sebelum mereka sampai di retakan.
Sesaat aku ragu. Aku bertanya-tanya apakah kami harus mengikuti mereka. Tapi sudah terlambat. Retakannya tertutup.
"Sialan! Padahal sedikit lagi!"
Mereka berhasil kabur.
Kami sudah jadi sangat kuat hingga aku betul-betul menganggap kami akan mengalahkan Glass kali ini. Tapi kami gak berhasil mendaratkan serangan penghabisan.
Lain kali kami ketemu, kami akan bertarung lagi.
Mereka memiliki sangat banyak trik.
Aku terengah-engah—kelelahan. Yang bisa kulakukan hanyalah mengamati kehancuran yang disebabkan oleh gelombang.
****