Api berderak. Kami berkemah untuk malam hari.
Kami dalam jadwal untuk sampai di Kastil Kota Melromarc besok.
"Ahahahaha. Oh Filo! Kau betul-betul lucu!"
"Tunggu! Kena kau!"
"Kau menangkapku!"
Filo dalam wujud manusianya, dan meskipun kami ada di alam liar, dia begitu hiperaktif, dia berlari berputar-putar.
Itu menyenangkan untuk menginap bersama teman baikmu. Aku pernah melakukan itu sebelumnya, pada perjalanan sekolah liburan musim panas ke pantai, atau selama terkunci di ruang IPA, jadi aku paham seberapa menyenangkannya hal itu.
Tapi tetap aja, mereka berdua saling menyukai terlalu berlebihan.
Itu masuk akal sih. Filo nggak pernah betul-betul punya teman yang seusia dengan dia.
Tapi Mel berasal dari keluarga bangsawan, jadi mereka betul-betul nggak setara. Mel lebih seperti pemilik Filo.
Saat kau melihat mereka berdua, mereka kelihayan seperti sahabat. Jadi kurasa Mel nggak terlalu peduli bahwa Filo adalah seekor monster.
Saat kami berada diatas kereta, Mel mengeluarkan pembicaraan yang dalam tentang Filo, yang mana dia kayaknya mengetahui cukup banyak. Tapi dia mengatakan bahwa dia sedang dalam perjalanan panjang sebelumnya, dengan begitu dia mungkin sudah sering menaiki kereta Filolial. Mungkin itu yang membuat dia menyukai mereka.
"Tenanglah!"
"Baik!"
"Tuan Naofumi, kenapa nggak biarkan saja mereka bermain? Bukankah itu bagus untuk Filo memiliki teman?"
"Kurasa begitu..."
Nyaris nggak bisa dipercaya seberapa keras dan riangnya Filo bersama seorang teman.
"Mel, aku akan menunjukkan harta punyaku padamu!"
"Yay!"
Filo mengeluarkan sebuah tas yang selalu dia sembunyikan di kereta. Dia mengeluarkannya dan menunjukkannya pada Mel.
Aku penasaran apa isinya? Rasanya aku ingin tau. Apa yang dianggap Filo sebagai sebuah harta? Aku yakin itu cuma sampah, tapi kalau dia mengambil barang-barangku, aku harus menetapkan peraturan.
"Master, kau mau lihat juga?"
"Tentu."
Filo melambaikan tangannya untuk memanggilku, dan aku melihat kedalam tas itu.
Tas itu dipenuhi dengan potongan pedang patah. Dan beberapa sampah yang seperti permata yang berasal dari upaya gagalku dalam membuat aksesoris. Beberapa manik-manik kaca.
"Ini begitu berkilauan dan indah, kan?"
"Ya, itu indah."
Mel kelihatan agak bingung. Gimanapun juga itu adalah sebuah kantong sampah.
Dia mungkin tertarik pada barang-barang yang berkilauan karena dia adalah seekor burung. Kurasa aku pernah mendengarnya di suatu tempat bahwa burung-burung suka mencuri barang-barang yang berkilauan. Apa Filo melakukan hal yang sama?
"Apa ini?"
Ada sesuatu yang lain yang bercampur dengan kumpulan sampah itu. Aku mengambilnya.
Sebuah bola bulu berwarna coklat? Itu adalah sebuah bola yang lembut dan besar, tapi saat aku menekannya, aku bisa merasakan sejumlah benda keras yang lebih kecil bergerak didalamnya. Terlebih lagi, benda itu baunya mengerikan.
Aku betul-betul punya perasaan buruk tentang ini.
"Benda itu keluar dari mulutku!"
Benda ini keluar dari mulutnya. Berasal dari mulut Filo.
Kalau dia adalah seekor kucing, benda itu pasti adalah bola bulu. Kalau dia seorang manusia, maka itu adalah muntahan. Tapi Filo adalah seekor burung, dan para burung mengeluarkan... pelet?
Dengan kata lain, benda keras itu adalah potongan-potongan tulang monster yang bercampur dengan bulu-bulu Filo sendiri dan berbagai material lain.
"Astaga!"
Apa yang dia pikirkan? Dan bisa-bisanya-aku menyentuhnya! Aku melempar bola pelet itu jauh-jauh.
"Hei! Itu hartaku!"
"Itu bukan harta! Itu kotoran! Kalau kau memasukkan itu kedalam tas lagi, aku akan membuang semua hartamu!"
"Tapi...."
Mel melihat percakapan kami dengan penampilan kaget di wajahnya.
Kami selesai berbicara, dan aku membuat makan malam.
Untuk makan malamnya kami memasak monster yang kami tenui di jalan. Aku menusuknya dengan tongkat kayu dan membakarnya.
"Master, kau memang koki handal!"
"Itu benar. Kamu sangat handal dalam memasak, dan makanannya selalu lezat. Mel, kau coba juga."
Raphtalia memberikan satu tusuk pada Mel, yang mana dia menerimanya dengan senang.
"Maksudku, yang dia lakukan memanggangnya di api! Tapi rasanya begitu enak!"
Dia memakannya perlahan dan sambil merenung. Aku yakin dia akan memprotes memakan makanan barbar semacam itu, taou sepertinya kekuatiranku sia-sia saja.
Apa itu karena semua yang telah dia jalani dalam perjalanannya?
Aku menilai Mel dari penampilannya. Dia mungkin cuma seorang gadis pemberani yang blak-blakan.
Kami selesai makan, dan nggak ada yang perlu dikerjakan selain tidur. Tapi masih terlalu cepat untuk tidur.
Jadi kami punya waktu luang.
Aku cukup terbiasa bermalam di alam liar, jadi aku mengeluarkan buku sihir dan duduk untuk mempelajarinya.
Beberapa saat berlalu, dan Filo serta Mel mulai tenang. Mereka mungkin kecapekan dan tertidur.
Raphtalia sudah tidur tadi, jadi dia masih segar. Dia masih harus beristirahat-aku cuma nggak nyaman dengan pemikiran menyerahkan tugas jaga pada Mel dan Filo.
"Hm...."
Meskipun itu adalah sebuah buku untuk pemula, buku itu masihlah berisikan banyak jenis sihir yang berbeda.
Buku itu berisikan sihir seperti "First Guard" dan "First Heal."
Aku masih belum bisa menggunakannya, tapi sihir-sihir itu kayaknya sangat kuat untuk sihir tingkat pemula.
Aku sedang membaca tentang sihir-sihir untuk meningkatkan kekuatan serangan dan kelincahan. Ada begitu banyak yang ingin kupelajari, tapi grammarnya penjelasannya begitu sulit hingga mendekati mustahil.
Aku terkadang melempar kayu ke api, dan waktu perlahan-lahan berlalu.
"Mmmmm..."
Raphtalia perlahan-lahan berkedip-kedip, dan kelihatan ngantuk.
"Apa aku membangunkan kamu?"
"Enggak. Haruskah aku menggantikan kamu?"
"Kalau kamu mau."
"Baiklah."
Aku menemukan sebuah tempat bagus untuk menghentikan belajarku sab kemudian menerima tawarannya.
"Um... Tuan Naofumi?"
"Ada apa?"
"Filo dan Mel...."
Dia mengarahkan jarinya yang gemetaran pada sosok Filo yang sekarang ini tenang dalam wujud seekor burung raksasa. Filo tidur, sendirian. Dan pakaian yang Mel kenakan berserakan di tanah disekitar dia.
"Um...."
Dimana Mel? Aku yakin sekali tadi melihat dia tidur di perut Filo sambil setengah telanjang. Tapi saat aku melihatnya, dia nggak ada disana.
Bahkan sepatunya juga tergeletak di sana. Tapi dimana dia berada?
"Jangan-jangan...."
Aku tau Filo bisa jadi seekor babi, tapi....
(TL note: yang dimaksud disini sifatnya babi, rakus yang memakan apapun yang ada didepan matanya)
"Tuan Naofumi. Ingatkah saat kami mengancam para bandit dengan mengatakan pada mereka bahwa Filo memakan orang? Jangan-jangan dia...."
"Nggak mungkin! Dia nggak akan melakukannya!"
"Tapi yang kita bicarakan ini Filo."
"Tapi...."
Kurasa aku bisa mempercayainya. Apa dia pikir bahwa teman merupakan orang yang bisa aku makan saat kau menyukainya?
"Raphtalia. Haruskah kita berpura-pura nggak melihat apa-apa dan menyembunyikan barang bukti?"
"Ap..Apa yang kamu sarankan?"
"Kalau Filo memakan seseorang... dan itu adalah seorang putri bangsawan! Menurutmu kita harus bertanggung jawab atas hal itu?"
Aku ingin menghindari tanggungjawab itu kalau aku bisa. Maksudku, aku paham kalau itu salah. Tapi tetap saja!
Burung gendut sialan itu! Dia betul-betul tau caranya membuat kekacauan.
"Funya?"
Kepala Filo tiba-tiba terangkat saat dia bangun dan mengedipkan matanya.
"Apa yang terjadi? Master? Mbakyu?"
"Dimana Mel?"
"Mel? Dia tidur didalam buluku."
"Huh? Kok nggak kelihatan."
Aku barusaja memeriksanya beberapa saat yang lalu, aku yakin dia nggak ada disana.
"Mel, bangun."
"Hmm???"
Bulu-bulu punggung Filo bergoyang-goyang dan berdiri sebelum Mel mengeluarkan wajahnya dari bulu itu.
"Apa-apaan?!"
Gak mungkin. Nggak peduli gimana kau melihatnya, Filo nggak mungkin bisa menyembunyikan seseorang didalam bulunya. Itu sama sekali nggak masuk akal. Tapi Mel memang ada disana.
"Ada apa, Filo?"
"Master bertanya kamu dimana. Mangkanya aku membangunkan kamu."
"Aku cuma di punggungnya Filo. Disini hangat sekali!"
"Kenapa kau melepaskan pakaianmu?"
"Karena panas."
Mereka betul-betul membuatku bingung.
"Gimana bisa kau masuk segitu dalamnya?"
"Bulu Filo sangat lembut dan tebal! Coba masukkan tanganmu dan kau akan tau."
"Oke."
Saatnya telah tiba. Saatnya melihat seperti apa tubuh Filo yang sebenarnya.
Mel memanggilku, jadi aku mengulurkan tanganku.
"Whoa! Betul-betul dalam."
Aku menekan kedua tanganku sampai sepundak sebelum aku akhirnya merasakan sesuatu yang seperti kulit. Didalam betul-betul hangat. Kalau sedalam itu, aku bisa paham bagaimana Mel bisa tidur didalamnya tanpa seorangpun yang menyadarinya.
"Aku nggak ngerti kenapa ada segitu banyaknya ruang disana."
"Aku tau!"
"Ayo cabuti semua bulunya dan kita lihat seperti apa dibalik bulunya. Kita bisa menjual bulunya juga, mungkin itu akan menghasilkan uang."
"Tidak."
"Tapi Holy Saint! Kau gak boleh mengancam Filo!"
"Bercanda."
Astaga, aku bisa membayangkan seberapa anehnya tubuhnya Filo.
***
Esok paginya, kami sudah siap dan menunggu gerbang Kastil Kota terbuka.
Aku segera mengetahui bahwa mencoba menarik sebuah kereta di jalanan kota bukanlah tugas yang gampang. Kami harus mencari tempat untuk memarkirkan keretanya.
Satu-satunya tempat yang bisa kupikirkan adalah toko senjata, jadi kami menuju kesana. Pemilik toko senjata memang sangat langka. Dia adalah satu-satunya orang yang percaya padaku, dan mencoba menolongku.
Bahkan setelah aku di tuduh atas tindak kejahatan yang mengerikan, dia menjual senjata padaku dengan harga yang murah—aku tau bahwa aku bisa mempercayai dia.
"Hei pak tua! Kau mau menjual beberapa senjata dan armor pada kami kan?"
Sudah cukup lama aku nggak bertemu dia. Dia bersandar di meja dan alisnya mengerut.
"Astaga bocah, lain kali kasi salam dulu kek!"
"Apa gunanya bisnis kalau bukan serangkaian perkembangan yang gak terduga?"
"Kurasa kau benar. Gimana dengan anggaranmu?"
"Pertanyaan bagus."
Aku mengeluarkan keuntunganku selama tiga setengah minggu dan menaruhnya di meja didepan dia.
Ada tiga kantong penuh dengan uang.
"Aku belum menghitungnya, tapi semua itu silver."
"Dasar bocah sialan! Hitung sana!"
"Lumayan, huh? Itu dari kehidupanku sebagai pedagang keliling."
"Kayaknya memang sudah jadi hobimu—mencoba membuatku kena serangan jantung."
"Kau saja yang apes."
"Baiklah kalo gitu. Haruskah kita hitung?"
"Tentu."
Pak tua dan aku mulai menghitung. Raphtalia juga ikut membantu.
"Putri, ada apa denganmu? Apa kau terluka? Cara gerakmu beda dengan kau yang biasanya."
"Ya. Sangat disayangkan, aku kena kutukan cukup parah dalam pertempuran baru-baru ini."
Tanpa ada maksud, aku berhenti menghitung dan menatap Raphtalia.
"Ah.... Sebuah kutukan? Itu bisa jadi masalah yang serius. Apa kau dalam tahap pemulihan?"
"Ya. Setelah ini kami akan pergi ke gereja untuk mendapatkan air suci."
"Aku paham."
Apa kami membodohi dia? Enggak, dia nggak punya alasan untuk mencurigai aku.
Kayaknya uangnya cukup banyak, tapi saat aku mulai menghitungnya, aku menyadari bahwa sebenarnya ada cukup banyak bronze yang tercampur didalamnya. Menghitung nilai keseluruhannya, bronze itu nggak sebanyak yang kuharapkan.
"Semua ini senilai hampir 50 gold! Kau betul-betul memahami apa yang kau lakukan di luar sana, bocah."
"Nggak perlu mengatakannya dua kali."
Aku selalu membanggakan diriku dalam hal bisnisku.
Tetap saja, aku menghasilkan semua uang ini dari kemalangan orang lain. Hal itu membuatku nggak dalam suasana hati yang betul-betul bagus.
"Kami punya barang-barang untuk dijual juga—beberapa equipment yang kami rampas dari beberapa bandit yang kami temui."
Filo berjalan-jalan di toko itu melihat-lihat barang yang dijual. Aku memberi tanda pada dia, dan dia segera keluar dari toko dan membawa masuk berbagai macam item dari kereta yang ada diluar.
"Bolehkah aku mengantarkan Mel pulang?" tanya Filo.
"Tentu, tapi kembalilah kesini sebelum sore. Dan pastikan orangtuanya memberi imbalan."
"Oke!"
"Holy Saint, terimakasih atas semua bantuanmu. Akan kupastikan bahwa kau akan mendapatkan setara dengan bantuanmu. Sekali lagi terimakasih atas bantuanmu."
Filo selesai membawa masuk barang-barang kami, dan kemudian dia pergi untuk mengantarkan Mel pulang.
Itu nggak masalah. Dia ikut kami agar kami bisa mengantarkan dia pulang, dan aku nggak melihat adanya komplikasi yang lebih jauh. Kami cuma menghabiskan sehari bersama, tapi tetap saja—aku merasa seperti aku mulai bisa memahami gadis seperti apa Mel itu.
Dia sangat sopan, dan mendapatkan imbalan dari orangtuanya rasanya nggak ada salahnya. Saat Filo keluar, aku memberitahu dia untuk lari kalau ada tanda-tanda masalah akan muncul.
"Baiklah, jadi kau mau membeli barang-barang ini?"
Aku berbalik pada pemilik toko senjata dan kembali ke negosiasi kami.
Ada setumpuk equipment diantara kami. Kami merampasnya dari para bandit ganas yang kami temui.
"Bocah, kau betul-betul mengerjakan segala macam hal untuk mendapatkan keuntungan, kan?"
"Dengan itu, ditambah dengan semua uangnya, apa yang kami dapat dengan anggaran kami itu?"
"Coba kuhitung dulu... kau membicarakan tentang senjata dan armor untuk dia dan kemudian armor untukmu sendiri, kan?"
Dia menyilangkan tangannya dan mulai merenung.
"Jangan salah sangka dulu— aku senang kau berbisnis denganku. Tapi kau tau bahwa kau bisa mencoba toko lain juga, lho?"
"Apa maksudnya itu?"
"Nggak ada sih. Para Pahlawan yang lain sudah nggak datang kesini lagi, jadi itu membuatku berpikir bahwa pasti ada toko lain diluar sana— sebuah toko yang lebih baik."
"Hmmm...."
Itu tidaklah mustahil. Para pahlawan yang lain mengetahui semua tentang dunia ini dari game mereka. Jadi ada peluang yang besar bahwa mereka mengetahui toko yang lain, toko dengan harga dan equipment yang bagus.
Tapi toko ini harusnya adalah toko terbaik di Kastil Kota. Jadi kalau ada tempat yang lebih baik, pastinya itu berada di negara lain. Kan?
"Apa kau tau tempatnya?"
"Mungkin kalau kau pergi ke negara sebelah, mungkin ada toko yang memiliki equipment yang lebih baik daripada punyaku."
"Kalau aku harus taruhan, aku akan segera mengambil kesempatanku denganmu."
"Nah kau mulai lagi, bocah! Aku nggak akan membiarkanmu!"
"Skenario terburuknya, aku cuma akan membuatmu membuatkan apapun yang kubutuhkan. Itu seperti tangan terampil yang kau miliki itu."
"Mata yang jeli! Saat aku masih muda, aku adalah penilai dari seorang blacksmith terkenal di timur."
"Itulah yang kubicarakan. Itu sebabnya aku suka berkerja denganmu—dengan skill dan efesiensimu."
"Aku paham, bocah!"
Pak tua itu berdiri dan mulai berjalan di tokonya, mempertimbangkan semua produk yang ada disana.
"Hmmm... Untuk cewekmu, kurasa sebuah pedang perak sihir akan cocok untuk nona itu. Tentu saja aku akan menyertakan pelapisan Blood Clean juga."
Setelah berdiskusi, kami setuju dengan harga 10 gold.
Pelapisan Blood Clean yang dia maksudkan adalah sebuah cara untuk membuat darah dan kotoran nggak akan menempel pada bilah pedangnya yang mana bisa membuat pedangnya rusak.
Kalau kau nggak cepat-cepat membersihkan noda pada pedangmu, bilahnya akan berkarat dan kehilangan ketajamannya. Pelapisan itu betul-betul penting kalau kau berencana menggunakan pedangnya dalam waktu lama.
"Adapun untuk armornya, kurasa armor perak sihir yang dibuat dengan properti pertahanan sihir. Ya, itu harusnya cocok."
"Pembuatan pertahanan sihir?"
"Pemakai armornya akan menyerap sihir dari musuh. Itu meningkatkan pertahanan pemakainya dengan pesat."
"Kedengarannya bagus."
Kalau aku nggak bisa melindungi dia dengan benar, dan membuat kesalahan, armor itu akan membantu dia kabur dari pertempuran tanpa terluka. Itu akan penting untuk terus melangkah maju.
Pak tua itu masih memikirkan equipment yang bisa kami dapatkan dengan harga 10 gold. Itu sangat mahal untuk sebuah equipment.
"Hei, kami masih punya uang. Kalau kami keluar sana, apa yang bisa kami dapatkan?"
"Bocah, kau harus memikirkan cewekmu. Butuh uang untuk menghilangkan kutukannya, gimana kalau equipmentnya nggak laku? Kau akan kehilangan uang."
"Hmm..."
"Betul. Dan juga, itu adalah yang terbaik yang bisa kulakukan dengan material yang kumiliki saat ini."
"Boleh juga."
Kalau itu adalah equipment terbaik yang bisa dia buat, maka kurasa itu cukup bagus untukku.
"Kalau kau mau memasukkan sesuatu yang berbeda, aku akan menyesuaikannya. Aku bisa melakukannya, tapi itu akan butuh sedikit waktu."
"Ya, kurasa kau butuh waktu untuk membuatnya."
"Betul. Aku punya banyak material sekarang, tapi masih belum cukup. Utamanya, aku membutuhkan ore."
"Kurasa mungkin kita bisa menggunakan kulit dari bangkai naga."
"Kesampingkan itu sebentar. Bagaimana denganmu, bocah?"
"Denganku?"
"Kalau kita membicarakan tentang armormu, aku bisa membuat sebuah armor berat dengan pengolahan Air Wake, dengan itu maka akan lebih ringan. Atau aku bisa membuat sesuatu yang baru dari semua barang yang kau bawa."
"Mana yang lebih baik?"
"Kemungkinan hampir sama."
"Hei, aku ingat kau mengatakan bahwa kau bisa meningkatkan Barbarian Armor kalau kau menambahkan beberapa tulang."
"Kau benar, aku baru mau menyarankan itu. Tulang Chimera dan naga merupakan material yang sangat bagus. Lalu kita bisa melapisinya dengan kulit naga, dan menanamkan inti naga pada bagian tengahnya. Itu akan sempurna!"
Inti naga yang dia maksud adalah inti yang seperti kristal yang telah membangkitkan naga setelah mati. Itu seperti jantung bagi seekor naga undead. Sebagian besar sudah dimakan Filo, tapi kami masih punya sedikit yang ku sisihkan.
Aku yakin bahwa item-item seperti itu, Item langka, akan menghasilkan equipment yang hebat.
"Bagus. Kedengarannya bagus untukku, pak tua. Lakukan saja itu."
"Makasih! Aku akan menambahkan tulang-tulangnya secara gratis, yang mana artinya kau cuma perlu membayar biaya material dan pengolahannya."
Dia mengambil 5 gold, tumpukan material, dan membawa semuanya ke belakang meja konter.
"Woi bocah, Barbarian Armornya tinggalkan disini kalau kau mau pergi."
"Tentu."
Aku masuk ke ruang ganti dan melepaskan armor itu, lalu aku menaruhnya di meja.
"Baiklah, aku bisa menyelesaikan ini sekitar dua hari. Jadi kembalilah kalau sudah selesai! Akan ku buatkan sesuatu yang bagus untukmu."
"Makasih. Oh ya, pak tua."
"Apa?"
"Ada bintang di samping levelku sekarang. Apa kau tau apa maksudnya?"
"Oh ya? Kurasa kalian sudah siap untuk berganti kelas."
"Kelas?"
"Apa, kau nggak tau itu? Naik peringkat. Kau akan meningkat ke kelas berikutnya. Setelah kau berganti kelas, kau bisa mencapai level yang lebih tinggi lagi—ditambah kau akan mendapatkan peningkatan kekuatan yang besar karena mencapai kelas baru."
Sebentar-sebentar. Jadi itu seperti sebuah game dimana kau bisa mengubah job di level tertentu?
"Biasanya cuma Knight, Wizard, dan para petualang dengan ijin khusus dari Raja yang diijinkan untuk menjalani proses pergantian kelas. Tapi kau adalah seorang Pahlawan, kan bocah? Kau harusnya bisa berganti kelas."
Kalau dipikir-pikir lagi, itu akan menjelaskan kenapa para bandit jauh lebih lemah daripada yang kuduga. Mereka nggak bisa menembus level 40! Jadi para petualang dan penduduk yang gak dipercaya terus berada di bawah level tertentu—itulah cara mereka untuk mempertahankan kedamaian. Mereka mengendalikan kekuatan semua orang.
Itu mengingatkan aku—saat kami melawan para bandit, kupikir bodyguardnya memiliki sesuatu yang serupa.
"Saat kau melakukan perubahan kelas, kau harus menentukan kearah apa yang kau inginkan untuk perkembanganmu. Itu sangat membuatku kuatir saat giliranku tiba. Setelah kau mendapatkan bintang itu, pilihanmu terbuka lebar. Itu adalah sebuah peluang besar."
"Dimana aku bisa melakukannya? Dimana aku bisa berganti kelas?"
"Bukankah kau pernah kesana? Ruangan dimana terdapat jam pasir naga."
Jadi disana. Kalau dipikir-pikir, itu kayak seperti sangat penting dan dilindungi dengan ketat.
Jam pasir naga itu adalah sebuah jam pasir raksasa yang menghitung kedatangan dari gelombang kehancuran.
Dulu aku bertemu dengan para pahlawan yang lain disana.
Mungkinkah aku akan bertemu mereka disana karena mereka akan mengubah kelas?
Lagian, berapa level mereka? Aku merasa diriku menjadi jengkel.
"Pokoknya, prioritas utamanya adalah menghilangkan kutukan Raphtalia. Filo juga masih sibuk— jadi perubahan kelasnya diurus nanti saja kalau kami sudah berkumpul lagi."
Kalau aku bisa, akan lebih baik untuk mengubah kelas secepat mungkin.
"Baiklah, pak tua, apa kau keberatan kalau kami berkumpul disini?"
"Kalau itu yang kau mau, aku sih nggak masalah."
Pria itu betul-betul memperlakukan aku dengan baik. Aku ingin memberikan semua bisnis padanya.
Kami menyelesaikan urusan di toko itu, lalu aku dan Raphtalia pergi ke gereja.
* * * * *
Ada sebuah gereja besar di pusat kota, menjulang lebih tinggi dari semuanya dan segera terlihat.
Gereja itu besar. Ada sebuah simbol di pintunya, simbol itu kelihatan seperti sebuah pedang, tombak, dan busur yang dipadukan.
Aku nggak suka simbol itu. Nggak ada perisai.
"Pa...Pahlawan Perisai?!"
Kami berjalan masuk kedalam bangunan itu, dan salah satu sister yang ada disana mengarahkan tatapan dingin padaku. Kesampingkan apa yang mereka pikirkan tentang aku, apa kayak gitu perilaku mereka di gereja mereka? Atau apakah orang-orang yang dituduh pemerkosa nggak diijinkan untuk masuk gereja?
"Jangan biarkan itu membuatku marah."
Seorang pria, dengan penampilan seperti pemimpin, menegur sister itu.
Sesuatu tentang itu membuatku nggak nyaman, tapi apapun itu, aku mengabaikannya.
"Ayah!"
"Apa yang membawa anda ke tempat suci kami hari ini?"
"Temanku ini terkena kutukan yang kuat. Kami datang untuk mencari air suci yang kuat jadi kami bisa menyembuhkan dia."
Mereka nggak melakukan sesuatu yang kasar padaku, jadi kurasa aku nggak perlu bertindak kasar.
"Kami akan meminta persembahan finansial."
Dindingnya ditempeli berbagai item dan harganya, tapi aku memutuskan untuk bertanya.
"Berapa?"
"Air sucinya tidak terlalu mahal, tapi itu mengandung potensi yang berbeda-beda. Dimulai dari 5 silver, 10 silver, 50 silver, dan sampai 1 gold."
Yah setidaknya mereka nggak melenceng dari apapun yang mereka bisa.
Apa mereka mencoba untuk memeras uang dari kami, aku sudah siap untuk menunjukkan pada mereka yang kurasakan tentang itu.
"Yah, tentunya aku nggak mau berdebat tentang uang disini di rumah Tuhan. Kami ingin air suci yang senilai 1 gold."
"Jangan, Tuan Naofumi. Aku nggak bisa menerima sebuah item semahal itu."
"Nggak apa-apa. Kita sudah membicarakannya. Kamu sangat penting buatku. Kalau itu bisa menyelamatkan kamu, sekeping gold itu murah."
"Te...Terimakasih banyak! Kamu nggak akan menyesalinya!"
Aku mengeluarkan sekeping gold dan menyerahkan pada priest itu.
"Terimakasih."
Dia menunjuk seorang sister, yang mana segera datang membawa sebuah botol ditangannya.
Aku ingat skill penilaianku dan menggunakannya pada air suci tersebut.
Air suci level rendah
Kualitas: buruk
Aku melotot pada priest itu. Dia terkesiap, lalu mengambil botol itu dariku. Wajahnya pucat.
"Kenapa kau membawa air suci murah ini?"
"Tapi saya..."
"Tuhan maha pengampun. Jika kau melakuan ini untuk memuaskan rasa keadilanmu, maka kau harus segera bertobat."
"S...Saya minta maaf!"
"Saya minta maaf. Seorang anggota gereja kami telah bersikap kasar pada anda."
"Kalau aku mendapatkan sesuai dengan yang kubayar, aku nggak akan mengeluh."
"Terimakasih atas pengertian anda."
Priest itu pergi untuk mengembalikan air itu sendiri, lalu dia kembali sambil membawa sebuah botol. Aku menggunakan skill penilai lagi pada air itu.
Air suci penghilang kutukan
Kualitas: sangat baik
"Kelihatannya bagus untukku."
Aku menerima botol air suci itu dari dia.
"Berterimakasihlah pada Tuhan atas bimbingan-Nya. Semua ini diberikan melalui belas kasih Tuhan."
Religius memang memiliki suasana keberanan. Dia berbicara seolah berasumsi bahwa aku ini iblis, dan bahwa aku harus berterimakasih atas pengampunan-Nya.
Aku dan Raphtalia meninggalkan gereja. Aku merenungkan atas perilaku mereka saat kami meninggalkan bangunan itu.
***