下載應用程式
26.21% Tate no Yuusha no Nariagari / Chapter 27: Chapter 1 Prolog

章節 27: Chapter 1 Prolog

Aku bangun di gudang istana. Tempat itu apek. Aku betul-betul benci berada didalam sana, tapi aku merasa beristirahat cukup baik.

Snoring...

Aku bisa mendengar ritme dengkuran berasal dari tumpukan jerami yang ada disebelahku. Seorang cewek muda bernama Raphtalia sedang tertidur disana.

Mari luangkan waktu sejenak untuk meninjau kembali apa yang terjadi.

Namaku Naofumi Iwatani. Aku seorang mahasiwa di kampus.

Aku lahir di Jepang, sama seperti yang lainnya. Sejujurnya, aku sedikit Otaku.

Aku berada di perpustakaan, sedang membaca sebuah buku berjudul The Records of the Four Holy Weaponketika, karena suatu alasan, aku mendapati diriku dikirim ke dunia fantasi yang dibicarakan. Aku dipanggil untuk memainkan peran dari Pahlawan Perisai.

Dunia ini menderita karena ancaman "gelombang kehancuran", yang mana kawanan monster dan bencana mengerikan keluar dari dimensi lain melalui retakan di langit. Keempat pahlawan dipanggil untuk melindungi dunia dari mara bahaya. Aku memiliki sebuah perisai di tanganku yang mana nggak bisa kulepaskan, mungkinkah itu berada dibawah suatu kutukan? Aku mendapati diriku nggak punya kekuatan serangan sama sekali. Yang bisa kulakukan cuma bertahan.

Tapi aku punya beberapa pengalaman dengan MMORPG online, jadi aku berfokus pada bertahan, dan merekrut seseorang untuk menyerang menggantikan aku.

Kami pergi melakukan petualangan, dan aku sangat bersemangat. Tapi aku jatuh kedalam sebuah jebakan kotor. Seseorang menuduhku atas sebuah kejahatan yang nggak kulakukan, dan aku mendapati diriku difitnah. Jadi nggak seorangpun yang mempercayai aku sejak saat itu. Aku nggak bisa mendapatkan satupun teman atau seseorang yang mau membantuku, dan mereka mengusirku dari istana tanpa sepatah kata. Aku berada dalam situasi yang betul-betul sulit.

Aku menyadari aku nggak perlu melakukan apa-apa. Kupikir aku nggak perlu bertarung melawan gelombang kehancuran. Aku salah.

Gelombang kehancuran muncul sekali setiap bulan, dan kami para pahlawan terus menerus dikirim ke tempat gelombang itu muncul.

Aku dipaksa untuk melindungi sekelompok orang yang nggak sedikitpun aku peduli. Itu sama sekali nggak adil. Aku melakukan segala yang aku bisa untuk mendapatkan uang untuk bertahan hidup, dan semua orang mencemooh aku, mereka melempari aku dengan batu.

Jadi cewek yang tidur disebelahku, Raphtalia, dia adalah seorang budak demi-human. Aku membeli dia.

Perbudakan masih ada didunia ini, dan di negeri ini, Melromarc, ada orang-orang yang memiliki atribut hewan yang disebut para demi-human. Mereka dijual dalam perbudakan sepanjang waktu.

Saat aku membeli dia, dia hanyalah seorang gadis kecil, tapi saat kami naik level, dia tumbuh dengan sangat cepat, sampai dia terlihat hanya sedikit lebih muda dari diriku sendiri. Sepertinya pertumbuhan para demi-human berbeda dengan kami. Mereka tumbuh berdasarkan pada level mereka, bukan usia mereka.

Pada awalnya, aku berpikir aku akan membuat dia bekerja keras, mengingat dia adalah seorang budak. Tapi nggak lama setelah itu si bangsat Motoyasu yang songong memaksaku bertarung. Selama pertarungan itu, Raphtalia mempercayai aku dan mengorbankan kebebasan miliknya untuk melindungi aku. Yah, masih ada hal lain juga sih, tapi pada akhirnya kami menjadi sahabat, dan kami saling mempercayai satu sama lain secara mendalam.

Sejujurnya, sebelumnya aku sama sekali nggak peduli kalau semua orang didunia ini tewas. Tapi sekarang, aku memiliki suatu perasaan seperti ingin menolong.

"Ah...."

Raphtalia bangun dan mengucek matanya.

"Selamat pagi, Tuan Naofumi...."

"Ah... Um... Pagi."

Menatap dia lagi, dia betul-betul cantik.

Wajahnya seperti sebuah karya seni. Aku bisa menggunakan kata-kata selain "cantik", tapi abaikan dulu untuk saat ini.

Rambutnya berwarna coklat dan bergelombang turun kebawah sampai punggungnya. Matanya besar dan cerah. Warna matanya berwarna teh merah tua. Itu adalah mata paling indah yang pernah kulihat.

Dengan semua yang telah dia lalui, aku nggak tau gimana bisa matanya tetap begitu murni dan lembut. Mata itu terlalu murni untuk dimiliki sebuah tubuh seusia dia. Mata itu adalah yang paling mempesona dari dirinya.

Aku naik level dan mendapatkan uang bersama Raphtalia sampai gelombang kehancuran pertama datang. Itu adalah gelombang pertama yang kulihat, tapi sebenarnya itu adalah gelombang kedua yang datang kedunia ini. Itu adalah pertarungan yang sulit, tapi aku akan memberitahu kalian semua tentang itu lain kali saja. Hal-hal yang sulit terjadi setelahnya.

"Haruskah kita pergi cari sarapan?"

"Ya. Mungkinkah kita bisa dapat sarapan di ruang makan istana?"

"Mungkin... Ayo kesana."

Jadi kami pergi ke ruang makan, dan terus berjalan menyusuri lorong.

Ngomong-ngomong, nama burukku masih belum dibersihkan. Para petinggi istana memperlakukan aku dengan dingin.

Setiap kali aku mencoba ke ruang makan, para penjaga akan mengusirku. Mereka akan mengatakan, para knight dan para pahlawan yang lain masih makan, kembalilah saat mereka semua sudah selesai. Kalau saja aku nggak dipaksa menjadi Pahlawan Perisai, kalau saja aku bisa menyerang, aku pasti telah menghabisi mereka sejak lama. Dan aku nggak akan membiarkan seorang "pahlawan" menghentikan aku!

Kami selesai makan dan kami diarahkan ke ruang pertemuan.

Acara itu merupakan salah satu dari perayaan. Kami semua akan diberi hadiah atas upaya kami selama gelombang kehancuran.

Yang benar saja! Kalau mereka mau membuat kami menunggu sehari sebelum mereka membayar kami, mereka harusnya mengatakannya terlebih dulu! Beneran deh, Sampah itu cuma berusaha membuatku jengkel.

Pemikiran menghabiskan waktu lebih lama dengan sekelompok orang sialan ini sangatlah tak tertahankan. Gimana kalau aku jadi kena borok?

Orang yang sebut "Sampah" adalah raja dari negeri ini, Aultcray Melromarc.... yang Kedua? Ketiga? Entahlah aku udah lupa. Kayaknya dialah yang memanggilku kesini.

Saat aku di fitnah dan dilecehkan dan dicemooh, dia nggak pernah mencoba mencari kebenarannya. Dia cuma membiarkannya begitu saja dan membuatku menanggungnya. Itu betulan raja? Dan kemudian, tadi malam, dia menggunakan wewenangnya untuk mengeluarkan kemarahan dan menyebabkan gangguan yang besar.

"Nah sekarang, kami akan membagikan dana hadiah atas kinerja kalian dalam pertempuran sebelumnya, dan juga dana perisapan kalian untuk gelombang berikutnya."

Itulah yang betul-betul kubutuhkan. Uang untuk persiapan.

Si Sampah itu telah berjanji untuk memberi uang pada kami para pahlawan.

Seorang petugas memasuki ruangan. Dia membawa kantong uang ditangannya.

"Nah sekarang, untuk masing-masing pahlawan."

Aku berpaling untuk melihat kantong-kantong uang itu.

Seenggaknya, mereka sudah pasti memberi kami 500 silver setiap bulan.

Apa yang akan kubeli dengan uang itu?

Mungkin akan bijaksana untuk memulai dengan sebuah senjata untuk Raphtalia. Atau mungkin sekarang sudah saatnya untuk berinvestasi pada armor yang lebih baik? Kalau dipikir-pikir, aku juga ingin beberapa material baru untuk digunakan untuk membuat obat. Aku bisa membiarkan perisaiku menyerapnya juga. Aku bisa melihat kemampuan seperti apa yang kudapatkan. Aku mendengarkan semua koin yang bergemerincing didalam kantong itu dan berfantasi tentang apa yang akan kubeli.

Si petugas membuka kantongnya sehingga aku bisa melihat isinya.

Aku segera menghitung koin didalamnya. Dan ya, kayaknya ada 500 koin disana.

"Untuk Tuan Motoyasu, baik dalam pengakuan terhadap kinerjanya, dan untuk menyatakan harapan kedepannya pada dia, kami memberi 4.000 silver."

Woi!

Aku terkejut. Aku segera melihat kearah kantong berat yang dipegang Motoyasu. Kalau aku mengatakan sesuatu, sudah pasti cuma penghinaan yang kudapatkan, jadi aku menahannya. Aku merasa jari-jariku melengkung menjadi sebuah tinju secara nggak sadar.

Mereka memanggil si bangsat ini Tuan Motoyasu, tapi nama aslinya adalah Motoyasu Kitamura. Seperti diriku, dia di panggil dari Jepang yang lain, dan dia adalah salah satu dari empat pahlawan-Pahlawan Tombak.

Dia berusia 21 tahun. Para pahlawan yang lain sepertinya memiliki pengalaman, dan mengetahui semua tentang dunia ini. Mereka mengetahui hal itu dari suatu game yang mereka mainkan saat didunia mereka sendiri. Tapi mereka nggak membagikan pengetahuan itu padaku. Mereka memfitnah aku dan menendang aku saat aku tersungkur.

Jadi si Motoyasu ini kayaknya berakhir ditikam karena kelakuannya yang suka main wanita dan kemudian terbangun disini. Itu sih yang dia katakan, siapa yang tau itu betul apa enggak.

Dia cuma menginginkan wanita masuk kedalam partynya. Itu seperti dia membuat harem atau semacamnya.

Tadi malam, menganggap bahwa aku melecehkan Raphtalia sebagai seorang budak, dan untuk memuaskan semacam kegilaannya yang seolah-olah dia itu penyelamat, dia memutuskan untuk mencoba "menyelamatkan" Raphtalia dariku dan menantangku duel.

Biasanya sebuah duel harus disetujui oleh kedua belah pihak, dan kedua belah pihak akan mendapatkan sesuatu dari duel tersebut, tapi tidak pada duel yang ini. Dia memaksaku untuk bertarung sedangkan aku nggak mendapat apa-apa. Sudah jelas aku menolak, tapi si Sampah malah ikut-ikutan dan memaksaku bertarung. Kalau aku kalah, mereka akan mengambil Raphtalia dariku, dan kakau aku menang, aku nggak dapat apa-apa-kalau kau tanya padaku, itu teramat sangat nggak adil.

Yang jelas, aku harus melawan sia, dan aku nggak mau kalah tanpa bertarung. Jadi aku melakukan apa yang aku bisa dengan apa yang kumiliki dan berakhir menindis dia. Kayaknya aku akan menang, tapi seseorang berbuat curang dan menyerangku dari belakang untuk membuatku kalah.

Ujung-ujungnya, Raphtalia menolak Motoyasu dan datang padaku dengan kehendaknya sendiri, dan begitulah.

Jadi pada dasarnya orang ini yang menyebabkan semua masalahku.

Jujur saja, dia kelihatan kayak playboy tipikal. Dia memang cukup tampan, dan menghibur dirinya dengan menempelkan dirinya pada para cewek sepanjang waktu.

Dia mengenakan pelindung dada yang megah. Dia jelas-jelas berada pada tim pemenang.

"Selanjutnya, Tuan Ren. Dalam pengakuan atas penyelesaian dari permintaan kami dan tentu saja untuk menyatakan kepercayaan dan harapan kami padamu, hadiahmu adalah 3.800 koin silver."

Dia juga?!

Ren berdiri disana berpura-pura nggak terpengaruh, tapi jelas-jelas dia iri pada hadiah Motoyasu yang lebih banyak. Dia membiarkan kantong silver itu menggantung begitu saja ditangannya. Aku bisa mendengar dia bergumam pelan, "Cuma karena kau adalah favorit sang Raja..."

Nama asli Ren adalah Ren Amaki, dan sama sepertiku, dia dipanggil kesini dari Jepang yang lain. Dia adalah Pahlawan Pedang. Kurasa dia berusia 16 tahun.

Ya, dia berasal dari Jepang juga, tapi bukan Jepang yang sama dengan Jepang asalku. Didunianya mereka memiliki sesuatu bernama VRMMO, dan itu adalah suatu jenis sistem yang memungkinkan kau untuk sepenuhnya masuk kedalam dunia virtual. Dimanapun Jepang itu berada, itu lebih maju dalam hal teknologi daripada dunia asalku.

Sepertinya ada banyak Jepang yang berbeda. Kalau kau menanyai aku setahun yang lalu, aku mungkin akan melompat kegirangan pada kesempatan untuk mengunjungi dunianya.

Dia sekitar setinggi yang akan kau pikirkan dari seorang anak berusia 16 tahun, dan wajahnya cukup imut. Seorang swordsman yang sangat anggun, itulah dia. Dia selalu bertindak tenang, tapi aku mendapat kesan bahwa dia sebenarnya sangat mudah emosi dibalik semua tindakannya. Dia suka merendahkan, dan aku selalu membayangkan dia menganggap dirinya sendiri sebagai pahlawan sejati, orang yang akan menyelamatkan dunia karena apa yang dia tau mengenai game-game.

"Sekarang untuk Tuan Itsuki. Berita tentang perbuatanmu menggema diseluruh negeri. Kau benar-benar melakukan pekerjaan yang menakjubkan diwaktu percobaan. Hadiahmu 3.800 koin silver."

Itsuki mendesah, tapi seperti sudah menduga bahwa hadiahnya segitu. Meski begitu, aku melihat dia mengarahkan tatapan iri pada Motoyasu.

Nama aslinya adalah Itsuki Kawasumi, dan dia setahun lebih tua dari Ren, jadi dia berusia 17 tahun. Dia memancarkan sebuah kesan dari kelembutan dan kekaleman. Namun, ada suatu kekosongan dan kesombongan tentang dia. Membawa Busur Legendaris.

Kami nggak banyak bicara, jadi aku masih nggak tau banyak tentang dia. Tapi dia memiliki pengetahuan yang sama mengenai dunia ini seperti Ren dan Motoyasu. Dan aku tau bahwa dia berasal dari Jepang yang lain.

Dia terlihat seperti yang paling muda diantara kami, para pahlawan. Tapi sebenarnya, Ren lah yang paling muda.

Meski begitu, apa itu permintaan yang disebutkan raja itu pada Ren? Ini adalah pertama kali aku mendengarnya.

"Adapun untuk si Perisai, kami harap dia bisa mengerahkan lebih banyak upaya mulai dari sekarang."

Dia bahkan nggak menggunakan namaku! Siapa 'Perisai' ini?

Aku begitu jengkel, aku merasa seperti aku tersentak. Setelah omong kosong yang dia ucapkan kemarin?

Aku mengulurkan tangan untuk mengambil kantong uang bagianku, tapi petugas itu menariknya sebelum aku bisa memegangnya.

"Sebagai biaya untuk penghapusan dari kutukan perbudakan yang dipasang pada Raphtalia, dana dukunganmu akan dicabut!"

Bangsat!

"Um... Yang Mulia..."

Raphtalia mengangkat tangannya.

"Ada apa demi-human?"

"Permintaan yang anda sebutkan tadi, sebenarnya apa itu?"

Jadi Raphtalia berusaha mencaritahu hal itu juga. Dia mengabaikan bahwa uang kami telah diambil dan mendekatinya dari sudut lain.

"Masalah-masalah yang melanda negeri kita ditangai dengan permintaanku, oleh para pahlawan."

"Kenapa permintaan yang sama ini tidak diajukan pada Tuan Naofumi? Ini adalah pertama kalinya saya mendengar hal ini."

"Ha! Memangnya apa yang bisa dikerjakan si Perisai?"

Sialan! Aku betul-betul membenci orang ini.

Semua orang di aula pertemuan mulai terkikih. Duh... Aku nggak bisa menahannya. Aku hampir meledak.

"...."

Kupikir cuma aku yang mengalami saat-saat yang sulit, tapi aku bisa mendengar seberapa keras Raphtalia mengepalkan tangannya.

Aku melihat ke samping, dan dia sudah mulai gemetar dalam kemarahan.

Oke, kurasa kami bisa menahannya untuk saat ini.

"Yah, itu benar bahwa dia nggak banyak membantu."

"Kau benar. Aku nggak melihat dia selama pertarungan. Aku penasaran apa yang dia kerjakan?"

"Kalau seorang pahlawan nggak masuk kedalam pertempuran, aku nggak yakin apa gunanya dia."

Ketiga pahlawan itu menambahkan komentar ironis mereka. Sekarang aku betul-betul jengkel. Aku harus mengatakan sesuatu.

"Tentu, meninggalkan semua penduduk sampai mati sembari kalian melawan bossnya, itu betul-betul penyelamatan kan? Para pahlawan sekalian?"

Betul, mereka mengabaikan para penduduk yang berada dalam masalah dan cuma menghadapi satu musuh di medan perang. Seseorang harus menyelamatkan penduduk, dan pekerjaan itu jatuh padaku.

"Ha! Untuk itulah para knight ada! Bukankah begitu?"

"Ya, masalahnya adalah para knight itu sekumpulan orang idiot! Kalau aku menyerahkan penduduk pada para knight, menurutmu berapa banyak orang yang akan mati? Kalian bahkan nggak tau karena kalian cuma memperhatikan bossnya doang!"

Motoyasu, Ren, dan Itsuki berpaling untuk menatap kapten dari para knight. Si kapten perlahan mengangguk jengkel sebelum berbicara.

"Tapi... Jika para Pahlawan tidak melakukan segala apa yang mereka bisa untuk menekan gelombang pada sumbernya, kehancuran hanya akan bertambah luas! Hentikan bualan egoismu!"

Ha! Aku nggak bisa mempercayai telingaku.

Yang dia lakukan cuma berputar-putar dengan arogan di istana... Dan selain itu, apa semua orang melupakan bahwa aku adalah salah satu dari para Pahlawan? Atau apa ini? Apa mereka menganggap bahwa aku bukanlah Pahlawan Perisai?

"Baik, baik. Yah, kita semua sangat sibuk, jadi kami akan pergi sekarang."

Bertengkar sekarang nggak ada gunanya buatku. Hal terbaik yang bisa kulakukan adalah pergi dari sini.

"Tunggu, Perisai."

"Huh? Apaan lagi sekarang? Nggak kayak seorang raja songong yang bisanya cuman duduk di singgasana doang, aku sebenarnya punya banyak hal yang harus dikerjakan."

"Kau bahkan lebih buruk daripada yang kuduga. Pergi sana! Dan jangan pernah menunjukkan wajahmu disini lagi."

Apaan itu?! Sampah ini akan berbuat sebisanya untuk membuatku jengkel!

"Kabar yang bagus, kan? Tuan Naofumi?"

Raphtalia menyeringai.

"Apa?"

"Sekarang kita nggak perlu membuang-buang waktu kita ditempat ini lagi. Daripada membuang-buang waktu kita pada hal yang gak penting, sekarang kita bisa mencurahkan diri kita pada sesuatu yang layak."

"Y...Ya."

Aku mulai merasa seperti aku betul-betul bisa bergantung pada dia.

Dia menggenggam tanganku erat-erat. Dia pasti marah juga. Itu terasa kami memendam banyak kemarahan, kemarahan yang nggak bisa kami tangani sendiri. Tapi bersama-sama...

"Tunggu sebentar."

Itsuki mengangkat tangannya dan berbicara pada Sampah itu.

"Ada apa, Pahlawan Busur?"

Ada apa dengan dia? Nggak kayak aku bisa mengharapkan dia mengatakan sesuatu yang masuk akal.

"Mengenai duel tadi malam. Tuan Naofumi diperlakukan secara nggak adil, karena seseorang mengganggu dari belakang. Apa yang akan kau lakukan mengenai hal itu? Pada dasarnya itulah yang ingin kutanyakan."

Selama beberapa saat, ruangan itu menjadi sunyi.

"Aku nggak yakin apa maksudmu."

"Yah, duel itu aslinya untuk kebebasan Nona Raphtalia. Meskipun sudah jelas buktinya bahwa duel itu nggak adil, kutukan perbudakan Nona Raphtalia masih dihapus. Sekarang ini harusnya adalah bayaran karena kalah dalam duel, kan? Namun, kau juga mencabut upah Tuan Naofumi dengan alasan bayaran untuk penghapusan kutukan tersebut. Aku bertanya apakah kau berpikir bahwa itu sesuatu yang memang sudah diatur."

Apalagi sekarang? Mata Itsuku sangat tajam, dan dia secara terang-terangan menentang raja?

"Dia benar. Aku melihatnya dari atas, dan menurut aturan, kalau itu adalah pertandingan yang adil, Naofumi harusnya sudah menang."

"Aku nggak kalah."

Motoyasu berteriak, tapi Ren dan Itsuki nggak mendengarkan protesnya. Mata mereka dingin.

"Bergantung pada jawabanmu, kami mungkin harus mempertimbangkan ulang apakah Naofumi memang bersalah atas kejahatan yang dituduhkan pada dia."

"Aku... Yah..."

Si Sampah duduk diam disana, matanya memandang kerumunan itu, tercengang.

"Oh, itu nggak seperti itu! Tuan Itsuki, Tuan Ren! Kalian salah!"

Lonte itu mengenakan pakaian yang bagus dan memakai riasan tebal. Dia berjalan melewati kerumunan itu.

Itu benar! Semuanya karena dia, wanita itu yang memfitnahku dan mencemarkan namaku, si Lonte itu!

Myne Suphia. Sepertinya nama aslinya adalah Malty, tapi siapa yang peduli dengan nama bodohnya itu?

Seperti kepribadiannya, rambutnya berwarna merah gelap, dan dia memiliki aura menjijikan dan licik disekitarnya. Meski begitu, aku harus mengakuinya kalau dia cantik.

Ketika pertama kami pergi berpetualang, nggak seorangpun bersedia pergi bersamaku selain dia. Tapi dia berakhir mencuri semua uang yang disediakan untukku sebelum memfitnahku atas sebuah kejahatan, menghancurkan reputasiku, dan pergi ke sisi Motoyasu. Dia adalah iblis sejati.

Jadi aku membulatkan tekad untuk memanggil dia Lonte mulai dari sekarang.

Dan bisakah kau percaya? Lonte itu ternyata sang putri juga.

Buku yang kubaca saat di duniaku sendiri, The Records of the Four Holy Weapon, juga menyebutkan seorang putri jalang. Aku sangat yakin bahwa itu membicarakan tentang dia.

"Duel itu seharusnya satu lawan satu, namun sang Pahlawan Perisai menyembunyikan monster dibalik jubahnya untuk menghadapi lawannya. Jelas-jelas ini adalah pelanggaran peraturan, dan oleh karena itu ayahku, sang raja, membuat keputusan yang bijak."

Yang betul saja. Gimana bisa dia menyuruhku bertarung sedangkan aku nggak bisa menyerang! Mereka pasti sudah tau itu saat mereka menantangku duel.

"Aku mengerti yang kau rasakan, namun...."

"Nggak bisakah kau setuju saja?"

Itsuki dan Ren terlihat kecewa.

Si Lonte itu sudah jelas berusaha memikirkan jalan lain. Otaknya cuman bekerja saat dia merencanakan hal buruk terhadap orang lain.

"Nona Myne. Meskipun apa yang kau katakan itu benar, tindakanmu sendiri juga termasuk pelanggaran peraturan."

"Memang, dia nggak bekerja sekeras kita, tapi dari situ bisa kukatakan guild nggak memberi dia pekerjaan juga. Tidakkah dia butuh setidaknya sedikit dukungan, hanya untuk bertahan hidup? Selain itu, dia benar-benar melindungi penduduk desa selama gelombang terjadi saat para knight nggak melakukan apa-apa."

Wajah si Lonte itu berkedut. Aku bisa bilang kalau dia jengkel.

Apa lagi yang bisa dia lakukan? Tentu, dia bisa menggunakan wewenangnya sebagai putri, tapi dia tau dia nggak bisa lolos dengan secara jelas memanipulasi para pahlawan.

Beban bukti ada pada dia. Ini berbeda dari saat dia memfitnahku. Saat itu nggak ada satupun saksi mata.

"Baiklah. Kami akan memberi dia dana dalam jumlah kecil. Ambillah dan pergilah."

Si Sampah itu memberi perintah songongnya dari atas, dan seorang pertugas melemparkan kantong uang kearahku.

"Baiklah kalau begitu, yang mulia. Kami pergi dulu. Makasih buat pertimbangan bijaksanamu."

Raphtalia terdengar ceria, dan dia menarikku keluar istana.

"Lari sambil melipat ekornya."

Kayak-kayak Motoyasu punya tempat buat bicara. Ren dan Itsuki berdiri diam tanpa sepatah katapun.

Siapa yang nyangka cuma dengan mengetahui kalau kami saling membenci membuat hidup jauh lebih mudah.

Selain itu, kayaknya Ren dan Itsuki mulai meragukan Motoyasu. Meski begitu, mereka nggak akan melakukan sesuatu mengenai hal itu. Mereka nggak akan mengorbankan posisi mereka sendiri, kan? Nah... Mereka sudah masuk dalam daftar hitamku sekarang.

"Nah sekarang, ayo ke tenda pedagang budak dan menyuruh dia memasang ulang kutukan budak."

"Apa?"

Raphtalia mengatakan ini padaku segera setelah keluar dari gerbang istana.

"Kalau enggak, kurasa kamu nggak akan bisa betul-betul percaya padaku, dari dasar lubuk hatimu."

"Enggak... Ayolah, kamu nggak perlu jadi seorang budak lagi."

"Kurasa perlu."

"Apa?"

"Tuan Naofumi, kamu udah kehilangan kemampuan buat percaya sama orang yang bukan budakmu. Jangan pernah bohongi aku mengenai itu."

Apa aku udah melakukan pekerjaan buruk membesarkan dia?

Dia memang betul kalau aku nggak bisa mempercayai siapapun yang bukan seorang budak, tapi tetap aja, kurasa aku bisa mempercayai dia, meskipun dia bukan seorang budak.

Kalau Raphtalia cuma mikirin diri sendiri, maka dia pasti lari ke Motoyasu setelah duel itu. Itu yang terbaik buat dia.

Dia tau kalau semua orang di kerajaan membenciku, dan nggak ada yang mempercayai aku. Tapi tetap aja dia memilih untuk ikut bersamaku. Itu sesuatu banget.

"Hei Raphtalia...."

"Ada apa?"

"Kamu betul-betul nggak perlu menerima kutukan itu."

"Tapi aku mau."

Kepalanya cewek ini udah koslet apa?

"Aku mau membuktikan kalau kamu percaya padaku."

Saat dia bilang begitu, seketika aku berpikir bahwa aku ingin melindungi dia.

Emosi bercampur aduk didadaku. Kurasa itu cinta, tapi ada sesuatu yang lain juga.

Dia tentunya kelihatan seperti seorang wanita yang udah matang, tapi satu atau dua minggu yang lalu dia adalah anak kecil. Kayaknya para demi-human semakin dewasa karena level bukannya usia.

Dia kelihatan kedua orangtuanya dalam gelombang kehancuran sebelumnya. Mungkin emosi yang kurasakan bukanlah romansa cinta-tidak, kurasa itu lebih seperti cinta dari orangtua. Aku pasti merasa seperti itu karena aku menyaksikan pertumbuhannya dengan mataku sendiri. Ya, pasti itu.

Itu pasti rasanya jadi orangtua. Itulah peranku. Aku harus menjaga dia.

"Ayo pergi."

Kalau dia bersikeras, aku nggak akan bisa menghentikan dia. Dia boleh melakukan apapun yang dia mau.

Kami memutuskan untuk mengunjungi tenda itu, tenda yang menjual budak.

***


章節 28: Chapter 2 Mesin Telur

"Well, well, bukankah itu sang Pahlawan! Apa ada yang bisa kubantu hari ini?"

Kami masuk ke tenda, dan si penjual budak dengan sopan menyambut kami.

"Woah...."

Dia menatap Raphtalia dengan cermat dan bergumam terkejut.

"Dia benar-benar sudah berubah. Siapa yang menyangka dia adalah sebuah berlian mentah?"

Dia menatapku dan mendesah.

Dia adalah pedagang budak yang kutemui disaat-saat kelamku. Saat semua milikku dicuri dan reputasiku hancur, saat itulah aku menyadari aku harus naik level tanpa punya cara untuk menyerang, dua muncul dan bertanya apakah aku tertarik pada seorang budak.

Dia adalah seorang pria yang lebih tua, gemuk dan mengenakan pakaian dengan jas berekor. Kalau boleh kubilang, dia kelihatan gak bisa dipercaya.

Tapi dia menyukaiku karena suatu alasan dan bilang dia akan melakukan apa yang dia bisa untuk membantu. Dia adalah orang yang menjual Raphtalia padaku.

"Apa?"

"Kupikir dia seperti kami. Aku nggak menyadarinya kalau dia punya begitu banyak potensi."

Apaan sih maksudnya? Aku hampir memukul dia, tapi aku berhasil mengendalikan diri.

Aku nggak mau menghancurkan hubungan kami. Siapa yang tau kapan aku butuh layanan dia lagi dimasa mendatang? Aku akan mengatakan sesuatu mengikuti arus.

"Entah mereka hidup atau mati, cara yang tepat untuk menggunakan seorang budak adalah cara yang akan meningkatkan kualitas produk."

Aku menanggapi dengan nada mengancam:

"Kurasa semua budak yang kau tau adalah barang sekali pakai?"

"N...Naofumi?"

Raphtalia menatapku, kuatir kalau aku nggak menunjukkan rasa hormat yang tepat.

Aku sudah menyadari hal itu, bahwa aku agak kelepasan. Tapi aku merasa lebih baik daripada saat terakhir kali aku bertemu dia.

"Heh, heh, heh.... Kurasa begitu. Kau membuatku gemetar."

Aku nggak tau apakah dia menyukai tanggapanku atau enggak, tapi dia tersenyum.

"Nah sekarang, adapun untuk tawarannya. Dia tentunya menjadi seseorang yang cantik, tapi kalau dia sudah gak perawan, maka gimana dengan.... 20 gold?"

"Kenapa kau menganggap dia kesini untuk menjual aku?! Dan selain itu, AKU MASIH PERAWAN!"

Si pedagang budak melompat karena pernyataan Raphtalia.

"Jadi begitu! Gimana kalau 30 gold? Tentunya, aku harus memastikan keperawananmu."

"Tuan Naofumi!"

Aku bisa mendapatkan 30 gold dengan menjual Raphtalia?

"Tuan Naofumi! Jangan diam saja!"

Kalau aku punya 30 gold, aku bisa dengan mudah membeli wolfman berlevel 75 itu!

Aku sedang berpikir tentang hal itu saat Raphtalia berteriak padaku dengan penampilan menakutkan sebelum memegang pundakku.

"Tuan Naofumi, kalau kamu terus main-main, aku akan marah!"

"Apaan sih? Kenapa kamu marah kek gitu?"

"Pria ini menawar aku, dan kamu cuma diam aja."

"Kita harus kelihatan acuh tak acuh atau kita akan kehilangan muka."

Itulah yang bisa kupikirkan untuk membuat dia menjauh dari punggungku. Kalau aku nggak menyembunyikan pemikiranku lebih baik lagi, Raphtalia akan mengetahui apa yang kupikirkan. Selain itu, itu nggak seperti aku akan menjual satu-satunya orang yang mempercayaiku.

Akan tetapi....

"30 gold... ya?"

Aku bergumam, dan Raphtalia meremas pundakku semakin keras.

"Ouch! Ouch!"

Kayaknya kekuatan serangan Raphtalia sekarang sudah lebih kuat daripada pertahananku.

Itu bagus. Aku bisa bergantung pada hal itu.

"Kamu mau aku kabur? Sekarang juga?"

"Becanda becanda. Aku cuma terkejut bahwa kamu bernilai sebanyak itu."

"Tapi.... tapi Tuan Naofumi...."

Dia meringankan pegangannya dan terlihat malu.

"Nah begitulah, Pendagang Budak, aku sudah memutuskan untuk nggak menjual dia. Siapa yang akan menjual putri mereka sendiri?"

"Putri?"

"Abaikan saja."

"Huh....?"

Meskipun aku bersikap seperti ayahnya, dia cuma punya dua orangtua kandung. Kalau aku mulai bersikap seperti ayahnya, dia pasti akan marah.

"Yah, sayang sekali. Sungguh disayangkan memang.... Nah sekarang, apa yang bisa kubantu?"

"Apa kau sudah mendengar semua keributan di istana?"

Dia tersenyum pada pertanyaanku.

"Aku sudah mendengarnya. Kutukan budak sudah dihilangkan, bukan?"

"Kalau kau sudah tau maka urusannya akan tambah gampang. Dan kalau kau sudah tau, maka jangan membuang-buang waktu kami dengan memperkirakan harga Raphtalia."

Aku sudah diambang kehilangan Raphtalia.

"Komentar gegabah sang Raja tidak untuk menghilangkan perbudakan di kerajaan ini. Tidak tuan."

Malam kemarin raja begitu marah bahwa aku membiarkan Raphtalia sebagai seorang budak hingga dia hendak mengubah aturan untuk menyita dia. Sepertinya itu cuma pembelaan bahwa Motoyasu nggak menyukai hal itu.

"Huh? Tapi para keluarga kerajaan nggak memelihara para budak, kan?"

"Ha! Para keluarga kerajaan membeli lebih banyak budak daripada siapapun. Mereka menggunakan segala cara untuk memfaatkan mereka. Begitulah tuan."

"Si idiot Motoyasu! Pahlawan Tombak geblek itu, apa dia menganggap dia bisa mengatakan apapun dan nggak berakhir jadi orang munafik terhadap keluarga kerajaan?"

Kalau dipikir-pikir, itu betul-betul sangat lucu, dan itu mungkin akan lebih baik untuk negeri ini pada akhirnya.

"Ya, negeri ini bukanlah monolitik. Ada banyak suara berbeda yang perlu didengarkan. Kalau Raja angkat suara untuk menentangnya, mereka adalah orang pertama yang menderita karena proklamasi tersebut. Begitulah tuan."

"Apa si bodoh itu punya kekuasaan sebanyak itu?"

Ya, penguasa tertinggi memang punya wewenang mutlak—tapi bukan berarti dia bisa melakukan apapun yang dia mau. Kalau raja menentang harapan rakyat, akan ada kekacauan. Dibawah situasi seperti itu, keluarga kerajaan mungkin nggak akan bisa mempertahankan kekuasaan dalam waktu yang lama. Putrinya nggak akan senang kehilangan tahta warisannya.

"Begitulah, ada orang-orang yang memiliki kekuasaan lebih tinggi daripada raja...."

"Um.... Gimana dengan kutukan budaknya? Apa kita melupakan hal itu?"

"Oh, ya, silahkan."

Percakapannya agak melenceng. Selain itu, kalau kami nggak akan bertemu si Sampah itu lagi, siapa yang peduli?

"Ya, jadi kau datang kesini untuk memasang kembali kutukan itu, benar?"

"Ya, kau bisa melakukannya?"

"Tentu saja."

Dia menjentikkan jarinya, dan seorang pelayan muncul sambil membawa wadah yang sama yang kami gunakan untuk pemasangan kutukan yang sebelumnya.

Raphtalia terlihat malu-malu saat dia melepas pelindung dadanya dan menunjukkan dadanya.

"G...Gimana?"

"Apa?"

"Haaaaaah."

Huh? Kenapa dia kelihatan begitu marah?

Dan kenapa dia menghela nafas? Apa aku melakukan sesuatu yang salah?

Sama seperti sebelumnya, mereka mencampurkan darahku dengan tinta dan menggambar segel kutukan pada dada Raphtalia. Pola tersebut mulai menyala dan bersinar.

"Ugh..."

Raphtalia menggertakkan giginya kesakitan.

Ikon budak muncul di bidang pandangku. Sebuah jendela juga muncul menampilkan peraturan penggunaan secara terperinci.

Kurasa aku nggak perlu membaca secara menyeluruh karena aku sudah membacanya sebelumnya. Raphtalia telah menjadi seorang budak sekali lagi untuk mendapatkan kepercayaanku. Aku harus mempercayai dia juga. Sejujurnya, Raphtalia nggak perlu repot-repot melakukan upacara ini. Itu cuma sekedar syarat doang.

"Nah sekarang."

Aku mulai melangkah ke langkah selanjutnya saat aku melihat tinta itu, aku mengulurkan tangan untuk menyentuhnya, dan perisaiku milai bereaksi.

"Boleh aku membeli tinta ini?"

"Tentu."

Aku menuangkan tinta yang tersisa pada perisaiku.

Perisaiku menyerap tinta itu.

Slave User Shield: persyaratan terpenuhi

Slave User Shield II: persyaratan terpenuhi

Slave User Shield:

Kemampuan belum terbuka

Bonus equip: penyesuaian pendewasaan budak (kecil)

Slave User Shield II:

Kemampuan belum terbuka

Bonus equip: penyesuaian status budak (kecil)

Slave User Shield? Hm... Yah, kurasa itu masuk akal.

Aku melihatnya pohonnya, dan pohon itu muncul tersendiri, bercabang dari Small Shield yang paling awal. Karena itulah, perisai itu nggak terlalu kuat. Tapi equip bonusnya kelihatan menjanjikan.

Pengaturan pendewasaan....

Padahal aku cuma menuangkan sedikit tinta pada perisai itu, tapi aku masih mendapatkan dua perisai baru.

Jadi yang kuperlukan adalah memakai perisai itu beberapa saat untuk membuka kemampuannya, dan kemudian aku akan bisa menggunakan bonus equip itu selamanya. Itu adalah sebuah sistem yang hebat. Perisai Legendaris memungkinkan aku untuk menggunakan segala macam tipe perisai ini, mempelajari kemampuannya, dan kemudian terus menyimpan kemampuan-kemampuan tersebut saat aku terus naik level. Itu sebabnya kami para pahlawan bisa berkembang lebih kuat daripada orang normal, pohon skill kami terus berkembang.

Kupikir aku cukup handal dalam menangani skill, kemampuan, peningkatan status, dan equip bonus yang diperoleh perisai sejauh ini. Tapi masih ada begitu banyak hal yang nggak kumengerti, dan aku mulai merasa bahwa penguasaanku terhadap perisai akan diputuskan apakah aku bisa bertahan hidup atau enggak.

Dalam diam aku menatap Raphtalia

"Ada apa?"

Itu mengingatkan aku, aku pernah membuat perisaiku menyerap rambutnya. Pada saat itu aku melihat sesuatu tentang sebuah perisai rakun, tapi ini pasti telah memenuhi persyaratan yang lain. Pasti itulah yang membuka Slave User Shield II. Setidaknya, itulah tebakan terbaikku.

Yang mana itu artinya...

"Raphtalia, boleh aku minta darahmu sedikit?"

"Ada apa emangnya?"

"Aku coba sesuatu."

Dia memiringkan kepalanya dan terlihat bingung, tapi ujung-ujungnya dia menusuk jarinya dengan jarum. Dia meneteskan darahnya pada wadah tinta itu, mengaduknya, dan menuangkan sedikit pada perisaiku.

Slave User Shield III: persyaratan terpenuhi

Slave User Shield III:

Kemampuan belum terbuka

Bonus equip: penyesuaian pendewasaan budak (medium)

Bagus! Aku betul!

"Tuan Naofumi? Kamu kelihatan seperti sedang bersenang-senang."

"Ya. Yah, aku barusan membuka sebuah perisai yang kelihatan menarik."

"Menakjubkan."

Aku mengubah perisaiku menjadi Slave User Shield dan memutuskan untuk menunggu kemampuannya terbuka.

"Nah sekarang... Hm?"

Kami sudah selesai disini, jadi aku berbalik untuk pergi, lalu aku menyadari sebiah wadah telur yang besar yang terbuat dari kayu disudut tenda. Wadah itu dipenuhi telur.

Aku belum pernah melihatnya sebelumnya. Apaan itu?

"Itu apaan?"

Aku menanyai si penjual budak.

"Oh, itu adalah produk untuk bisnis penutup kami."

"Emangnya apaan bisnis penutupmu?"

"Kami menjual monster."

Matanya berkilauan saat dia menjawab pertanyaanku.

"Monster? Maksudmu ada pelatih monster disekitar sini?"

"Seperti biasa, kau memang pria yang cerdas. Apa kau sudah berjumpa dengan mereka?"

"Kurasa aku belum pernah bertemu mereka, tapi...."

"Tuan Naofumi." Raphtalia mengangkat tangannya.

"Ada apa?"

"Para Filolial adalah monster yang dibesarkan oleh para pelatih monster."

Aku belum pernah mendengar apaan itu Filolial. Aku nggak tau apa yang dibicarakan Raphtalia.

"Apa itu?"

"Itu lho burung-burung besar di kota. Mereka yang menarik kereta bukannya kuda."

"Oh, yang itu."

Aku melihat mereka di kota. Mereka adalah burung besar yang dimanfaatkan seperti kuda. Kupikir mereka merupakan sejenis hewan yang ada didunia ini, ternyata secara tenknis mereka adalah monster.

"Ada seorang pelatih monster didesaku. Dia memiliki sebuah peternakan dimana dia membesarkan berbagai macam monster untuk diambil dagingnya."

"Betulkah...."

Kurasa di dunia ini, peternak dan penggembala ternak, siapapun yang merawat mahluk-mahluk seperti itu dianggap sebagai pelatih monster. Mungkin mereka nggak mengenal yang namanya "hewan" dan segala sesuatu yang bukan manusia disebut monster.

"Terus telur apaan itu?"

"Kalau monster nggak di besarkan dari telur, mereka nggak akan menganggap manusia sebagai tuannya. Itu sebabnya kami menjual mereka sebagai telur. Begitulah tuan."

"Jadi gitu."

"Apa kau mau melihat kandang monster?"

Dia menjual apapun yang kau inginkan. Penjual budak ini cukup kapitalis.

"Yah, nggak masalah sih sekarang ini. Tapi tanda apa itu yang ada di peti telur itu?"

Aku nggak bisa baca apa yang tertulis disana, tapi ada tanda panah yang mengarah pada kotak tersebut, dan kayaknya itu adalah tulisan angka.

"Itu adalah sebuah lotre! Satu kali coba 100 silver, dan jika kau menang, kau mendapatkan sebutir telur!"

"Mahal amat tiketnya."

Saat ini, kami punya 508 silver, yang mana itu adalah uang yang cukup banyak.

"Yah, mereka adalah monster-monster yang berharga."

"Aku mau tanya buat cari tau sedikit, tapi apa sebutan mereka? Filolial? Biasanya berapa harganya kalau dijual?"

"Yang dewasa? Biasanya sekitar 200 silver, tapi harga itu bisa naik turun bergantung pada kualitasnya. Begitulah tuan."

"Kalau kau membandrol 200 silver untuk yang dewasa, maka kurasa anakannya lebih murah? Dan telurnya lebih murah lagi.... Yah, kurasa kau harus memperhitungkan biaya perawatannya. Aku penasaran apakah itu adalah sebuah bisnis yang bagus."

"Yah tidak seperti itu juga. Telur yang asli bercampur dengan telur-telur yang lain."

"Oh ya, kau menyebutnya lotre."

Jadi kau bisa dapat atau enggak.

Jadi kalau kau nggak beruntung, kau nggak akan dapat apa-apa, dan kalau kau beruntung, kau masih akan berakhir membayar lebih banyak.

"Dan aku menebak disana nggak ada telur yang asli kan?"

"Mana mungkin. Apa kau menuduhku melakukan praktek bisnis tidak sehat? Wahai pahlawanku..."

"Jadi aku salah?"

"Aku sangat bangga pada bisnisku. Aku mungkin menikmati menipu seorang pelanggan, tapi aku tidak suka memalsukan produk-produkku."

"Kau suka mengurangi orang, tapi nggak memalsukan?"

Aku nggak bisa mengikuti logikanya. Aku nyerah deh.

"Dan apa yang didapat kalau mengambil telur jackpot?"

"Aku akan membuatnya mudah untuk kau pahami, sebagai orang asing. Sederhananya, seekor Knight's Dragon."

Woah, seekor Knight's Dragon? Aku penasaran apakah itu adalah kelas naga yang ditunggangi para knight dalam pertempuran?

"Apa itu adalah seekor naga yang ditunggangi orang seperti seekor kuda?"

"Bukan hanya itu, naga ini bisa terbang. Mereka sangat populer, jadi game ini telah populer pada para bangsawan."

"Seekor naga terbang? Kayak mimpi aja."

"Tuan Naofumi?"

"Untuk membeli naga itu di pasar, kau butuh sekitar 20 gold. Mereka adalah salah satu dari naga yang paling murah. Begitulah tuan."

"Berapa kemungkinannya? Beritahu aku berapa peluang mendapatkan telur naga itu."

"Ada 250 telur didalam peti, dan hanya satu yang merupakan telur naga."

Jadi peluangnya adalah 1 banding 250.

"Aku sudah menutupi perbedaan telurnya dengan mantra sihir. Kau pasti setuju dengan gagasan mendapatkan zonk terlebih dahulu sebelum mendapatkan hadiahnya."

"Pemikiranmu betul-betul seorang pebisnis."

"Ya begitulah. Setiap kali ada pemenang, aku mencatat nama mereka, dan mereka cenderung menyebarkan berita ke sekitar yang mana menguntungkan aku."

"Ya, tapi peluangnya sangat kecil...."

"Yah, namanya juga lotre tuan, dan jika kau membeli 10 tiket, kau dijamin menang, setidaknya sekali. Begitulah tuan."

"Jadi, bisa aku anggap disana nggak ada telur naga?"

"Ya, itu benar, tapi hadiahnya bisa dipastikan bernilai setidaknya 300 silver."

Tunggu sebentar, bukankah ini seperti mesin slot online? Ayolah!

Permainan-permainan ini dirancang untuk mendapatkan keuntungan bagi pebisnis yang membuatnya. Dan dia membuatku sedikit tertarik....

"Hmm...."

Kalau dipikir-pikir, aku bertanya-tanya seberapa jauh aku bisa membuat kemajuan hanya dengan Raphtalia yang ada di partyku?

Kira-kira lebih murah mana antara membeli budak lain atau membeli seekor monster untuk bepergian bersama kami?

Mungkin aku harus mencoba Slave User Shield baru punyaku. Raphtalia sudah berlevel cukup tinggi, jadi penyesuaian pendewasaannya mungkin nggak terlalu berpengaruh pada dia.

Namun, aku bisa merawat monster. Bepergian bersama Raphtalia, biaya paling besar adalah memperbarui equipment miliknya. Tapi ada peluang bahwa monsternya bisa bertarung tanpa perlu menggunakan senjata apapun. Aku bisa menggunakan semua uang tambahan yang kami dapatkan untuk Raphtalia.

"Baiklah, aku akan mencobanya sekali."

"Terimakasih banyak! Sebagai rasa terimakasih, aku akan menggratiskan biaya upacara kutukan budak."

"Sungguh baik sekali kau. Aku suka hal seperti itu."

"Tuan Naofumi?"

"Ada apa?"

"Apa kamu membeli sebuah telur monster?"

"Ya, kupikir kita mungkin bisa menggunakan anggota party yang lain. Aku bisa saja membeli seorang budak, tapi mereka cuma akan membuat pembengkakan pengeluaran untuk equipment mereka. Aku merasa bahwa berinvestasi pada seekor monster mungkin cara yang bagus untuk dilakukan."

"Ya, tapi monster bisa betul-betul merepotkan."

"Aku tau itu. Tapi bukankah kamu ingin seekor peliharaan?"

"Apa kamu yakin bahwa kamu nggak berusaha mendapatkan telur seekor naga?"

"Bahkan jika kita mendapatkan seekor Usapil, aku nggak masalah."

Aku menyukai hewan-hewan kecil. MMORPG sering kali mengijinkan kau memelihara peliharaan dan menggunakan mereka dalam partymu. Setidaknya mereka bisa jadi hiburan. Dan kalau aku bisa memberi mereka perintah, seperti seorang budak, maka meraka bisa jadi bantuan dalam pertempuran.

Kamu punya sedikit uang tambahan, dan aku bisa bilang bahwa itu akan mengempeskan dompetku. Tapi tetap aja, itu nggak kelihatan kayak sebuah investasi yang remeh bagiku. Selain itu, kalau ada Slave Shield, berarti ada perisai untuk monster juga.

"Dan jika kita membesarkannya lalu menjualnya, kita nggak akan merasa seburuk seperti jika kita melakukan hal yang sama pada seorang budak."

"Oh oke, kurasa aku ngerti sekarang."

Tentunya, kami mungkin akan merasa terikat, tapi kami butuh uang—hal itu nggak bisa dihindari lagi.

Kurasa menjual seorang budak sangat sulit karena kau tau bahwa mereka adalah orang. Sama seperti Raphtalia yang kembali padaku dengan kemauannya sendiri, kalau budak yang berikutnya melakukan hal yang sama. Aku nggak yakin aku bisa menjual budak yang lain. Setidaknya monster nggak bicara. Jadi meskipun kami jadi terikat, kurasa aku masih bisa meninggalkannya demi keuntungan.

Aku bisa saja menjualnya begitu saja, dan berharap bahwa dia akan jadi monster yang bagus. Kira-kira kayak gitulah.

"Aku yakin kau akan membantuku dalam hal itu, kan?"

"Pertimbanganmu yang mendalam memang menakjubkan, Pahlawan. Ya aku akan membantu!"

Dia menyukai pembicaraan ini.

Aku melihat telur-telur itu. Si penjual budak sudah mengatakan bahwa sudah dipasang mantra agar telur-telur itu nggak bisa dibedakan, jadi kurasa aku cuma perlu memilihnya secara sembarangan.

"Aku pilih yang ini."

Aku cuma mengikuti naluriku dan memilih telur yang ada disebelah kanan.

"Lihat pada simbol yang terlukis pada cangkang telur, dan salinlah ke piring yang ada didepanmu."

Aku melakukan seperti yang dia katakan dan menggambar simbol itu pada piring. Saat aku melakukannya, simbolnya menyala merah, dan sebuah ikon baru muncul di bidang pandangku. Ikon itu menyebutkan pelatihan monster. Sama seperti ketika ikon budak muncul, sebuah jendela juga muncul menampilkan berbagai peraturan penggunaan yang terperinci yang bisa diterapkan pada si monster.

Aku memilih pilihan yang membuatnya mematuhi perintahku atau hukuman langsung. Aku memutuskan untuk membuat hukumannya lebih parah daripada yang kutetapkan pada Raphtalia. Kayaknya itu adalah pilihan yang jelas— gimanapun juga ini adalah seekor monster. Aku nggak yakin apakah monster itu memahami bahasa kami, jadi aku akan memastikan untuk memasukkan lebih banyak emosi dalam kata-kataku saat aku memarahinya. Telur itu masih belum menetas sih.

Si penjual budak menggosok-gosok tangannya dalam kegembiraan dan mengeluarkan sebuah mesin yang kelihatan kayak incubator. Aku menaruh telurnya didalamnya.

"Kalau telur ini nggak menetas, kembalikan uangku."

"Aku salut padamu, Pahlawan! Bertekad untuk mendapatkan kembali uangnya meskipun telah mengambil telur yang salah."

Si penjual budak kayaknya sedang dalam suasana hati yang bagus. Apa dia orang maso? Bukannya aku mau mempermainkan orang lain, tapi... sebenernya kalau dipikir-pikir, aku nggak keberatan melihat para pahlawan lain yang geblek sedikit menderita.

"Meskipun ini adalah persetujuan verbal, aku betul-betul akan memintanya kembali. Kalau kau bertindak seolah percakapan ini nggak pernah terjadi, budakku yang ganas ini mungkin akan menyebabkan kekacauan."

"Hei, kamu mau aku melakukan apa?"

"Kunantikan kunjunganmu lagi, tuan!"

Si penjual budak sedang dalam suasana hati yang sangat bagus.

"Terus kapan telurnya menetas?"

Aku memberikan 100 silver sambil bertanya.

"Itu tertulis di inkubator."

"Coba kulihat...."

Aku melihat sesuatu seperti sejenis angka, tapi aku nggak bisa membacanya.

"Raphtalia, kamu bisa membacanya?"

"Coba kulihat, sedikit sih. Kayaknya angkanya akan menghilang besok."

"Lumayan cepat. Bagus."

Aku jadi bersemangat. Aku nggak sabar pengen melihat monster macam apa yang menetas dari telur itu.

"Aku selalu senang saat kau mengunjungi aku. Begitulah tuan."

Kami berbalik dan meninggalkan tenda itu

***


Load failed, please RETRY

每周推薦票狀態

批量訂閱

目錄

顯示選項

背景

EoMt的

大小

章評

寫檢討 閱讀狀態: C27
無法發佈。請再試一次
  • 寫作品質
  • 更新的穩定性
  • 故事發展
  • 人物形象設計
  • 世界背景

總分 0.0

評論發佈成功! 閱讀更多評論
用推薦票投票
Rank 200+ 推薦票榜
Stone 0 推薦票
舉報不當內容
錯誤提示

舉報暴力內容

段落註釋

登錄

tip 段落評論

段落註釋功能現已上線!將滑鼠移到任何段落上,然後按下圖示以添加您的評論。

此外,您可以隨時在「設置」 中將其關閉/ 打開。

明白了