Sang penjaga menduga penyusup itu memelototinya dengan wajah serius. Sebaliknya, pria itu memberinya senyum hangat sebagai balasannya. Pedang Di Fu Yi masih menempel di leher penjaga. Perlahan tetapi pasti, penjaga itu mulai merasakan pedang itu menyayat dagingnya.
Kulit di lehernya menganga, dan darah mengucur. Seiring detik berlalu, rasa sakitnya semakin tak tertahankan lagi. Seluruh proses itu terasa seolah-olah seseorang menyayat dagingnya dengan pisau tumpul. Rasanya lambat, tetapi tentu menyakitkan dan menakutkan.
Para penjaga terkejut setengah mati. Pemimpin mereka berada di tangan penyusup itu, sehingga para pengikutnya tidak berani melangkah maju. "Jangan berani melukainya!" Mereka memperingatkan dengan keras.
"Penjaga itu adalah sepupu gubernur. Jika ia terluka, nyawamu tidak akan lolos."
"Lepaskan dia! Lepaskan dia sekarang!"
Teriakan berlanjut.