"Bagaimana bisa kau berkata seperti itu kepadaku Alena ? Apakah kau sebenarnya masih mendendam kepadaku karena Aku mencium Putri Rheina? Apa yang harus Aku lakukan agar Kau mau memaafkan Aku ?
Mengapa Kau menyia - nyiakan pengorbananku ? Apa kau pikir tidak menyakitkan dicambuk oleh ibu sendiri di depan orang banyak? Hati ini sangat sakit melebihi sakitnya cambukan itu. " Nizam berkata dengan nada pahit. Ia menyingkirkan tangan Alena yang menyentuh pipinya.
Muka Nizam menjadi dingin sedingin salju. Alena menelan ludahnya melihat wajah Nizam. Ia seperti melihat sebongkah es sudah menimpa wajah Nizam. Wajah dingin itu seperti wajah Nizam saat pertama kali bertemu dengannnya. Ketika mereka belum memiliki ikatan apapun.