Ketika Amar berjalan untuk menuruti perintah Arani, Ia memalingkan wajahnya ke belakang dan melihat Arani yang sedang berdiri menyender ke dinding. Mata Arani menyalang tajam, walaupun posisi Arani sedang menyender tetapi Ia tampak sangat waspada. Amar jadi berkaca - kaca. Ia jadi teringat kejadian pada saat di pesawat di mana Imran memberontak.
Andaikan saja ada Arani di sana, pasti Imran tidak akan berani memberontak di pesawat. Ia tahu Arani pasti dapat mengetahui gerakannya karena biasanya mereka duduk bersama dan saling berdiskusi. Kalaupun Imran memberontak Arani pasti dapat merobohkannya dengan segera karena Ia tahu persis kelemahan Imran akibat sering berlatih bersama.
Andaikan Arani ada disana tentu Zarina masih hidup sekarang dan masih bersamanya. Tentu Ia tidak akan sengsara seperti ini. Amar berjalan dengan hati yang pedih. Kepalanya tertunduk dengan lesu. Setiap kali mengingat istrinya yang sudah meninggal Ia selalu merasa lemas dan bersedih.