Arani bergegas keluar dari istana seusai mengambilkan novel yang diminta Alena. Ia menyetir mobilnya sendiri menuju kantor pusat perusahaan kerajaan, tempat Nizam berada. Kantor yang terletak dipusat ibukota itu memiliki lantai sebanyak 131 lantai dengan ketinggian diatas 2000 kaki dari permukaan tanah.
Gedung tempat kantor Nizam menjadi salah satu gedung tertinggi di Azura. Kantor Nizam bersatu dengan hotel, kondominium, pusat perbelanjaan, labaratorium observasi kekayaan alam Azura dan hampir semua kantor pemerintah Kerajaan Azura. Hotel tersebut ditujukan untuk semua tamu kerajaan seperti kunjungan-kunjungan tamu kenegaraan. Sedangkan kondominium biasanya dimiliki oleh para pejabat dan para pengusaha Azura. Dilantai atas ada taman buatan dengan teknologi modern sehingga walaupun Azura terletak dipadang pasir ada taman yang tumbuh dengan subur menghijau.
Kantor Nizam terletak dilantai lima. Sebagai calon kepala negara Nizam berencana tidak hanya tinggal menonton kepemerintahan dikuasai perdana menteri. Untuk itu Ia berusaha mempelajari semua perusahaan milik kerajaan beserta aset-aset penting negara. Tentunya memerlukan kerja keras dan konsentrasi tinggi. Apalagi Nizam berniat merubah sistem kerajaan yang asalnya sentralisasi menjadi desentralisasi. Dimana pemerintahan kerajaan-kerajaan bawahan yang asalnya berada dibawah kerajaan sentral akan diberikan wewenang agar mereka dapat berdiri sendiri. Dengan cara seperti ini maka tidak akan ada lagi pernikahan aliansi yang terjadi dikerajaannya.
Arani memarkirkan mobilnya di basemen lantai satu. Tempat parkir khusus anggota kerajaan. Ia melihat mobil Nizam terparkir di paling depan. Tempat parkir paling istimewa. Arani lalu masuk kedalam lift dan mulai naik menuju ruangan Nizam. Begitu lift terbuka dilantai lima sejuknya AC langsung menerpa wajahnya yang cantik.
Para pegawai yang kebetulan berpapasan dengan Arani segera mengetahui dari seragam yang dikenakan Arani. Arini adalah Kepala Pelayan tingkat tinggi. Pakaiannya berwarna merah hati. Hanya ada beberapa orang pelayan yang mengenakan seragam merah hati. Selain itu wajah Arani juga tidak asing karena Ia hampir selalu ada disamping Nizam selain dua pengawal andalan Nizam.
Arani hanya mengangguk ke bagian resepsionis tanpa harus melapor dulu. Ia langsung menuju ruangan tempat Nizam. Ada sekertaris Nizam sedang duduk meneliti suatu berkas. Begitu melihat sosok Arani sekertaris itu langsung berdiri dan mengangguk hormat. Ia lalu menghubungi Nizam melalui earphone yang terpasang di telinganya. "Assalamualaikum Yang Mulia ada Nona Arani."
Tidak lama kemudian pintu terbuka dari dalam ada Pelayan pria yang membukakan pintu untuk Arani. Tampak Nizam sedang membaca suatu proposal pengajuan dana pembukaan kantor cabang Azura Oil Petroloem company. Melihat Arani datang Nizam langsung meminta Arani agar duduk didepannya. Nizam tidak berkata apa-apa dulu.Ia masih membaca proposal itu. Setelah membuat coretan koreksian disana sini baru Nizam mengangkat wajahnya menghadap ke Arani yang dengan sabar menunggunya.
"Yang Mulia, Sesuai dengan perkiraan yang Mulia. Tuan putri Alena tampak bahagia dengan kejutan hidangan yang disajikan. Yang Mulia Alena tampak lahap. Dan yang paling menggembirakan Tuan Putri Alena meminum sudah meminum obat penyuburnya"
Nizam mengangkat alisnya dengan wajah tetap datar. Ia masih menunggu Arani melaporkan kembali hasil penyelidikannya.
"Dan tadi Tuan Putri mengatakan bahwa siklus datang bulannya adalah tanggal 25 bulan ini yang berarti malam ini adalah waktu yang terbaik untuk membuat Tuan Putri mengandung."
Nizam kembali mengelus hidungnya dengan jari telunjuknya. Ia tersenyum penuh arti. "Terima kasih atas laporannya, Aku berharap Cynthia kali ini tidak terlalu bermain analisa. Gadis itu termasuk salah satu yang sukar untuk dijebak. Kesertaannya dengan Alena terkadang malah menjadi blunder bagiku, tapi memang tidak mungkin bagi Alena berpisah dengan sahabatnya."
"Apakah ada yang perlu hamba lakukan lagi yang Mulia?"
"Siapkan minuman yang Aku minta dari Pangeran Rasyid kemarin. Campurkan dengan air jeruk dan siapkan untuk aku berikan pada Alena. Aku takut malam ini dia tidur. Kalau sampai dia tertidur maka badaipun tidak akan bisa membangunkan dia."
Arani tersenyum dikulum, pengennya sih ngakak, Ia bukannya tidak tahu waktu malam persembahan tarian untuk Pangeran Nizam, Putri Alena malah tertidur dimeja rias sehingga Ratu Sabrina mencak-mencak tidak karuan.
"Baiklah..Mohon Yang Mulia untuk pulang tidak terlalu sore agar kondisi yang Mulia tidak terlalu lelah"
"Ya.. baiklah, terima kasih" Kata Nizam sambil kembali menekuni pekerjaannya. Arani segera bangkit dan membungkuk memberi hormat sebelum Ia melangkah keluar meninggalkan Nizam.
***
Cynthia dan Alena tampak masih lenyeh-lenyeh di atas permadani ruangan tempat bersantai itu. Alena sedang membolak balik beberapa novel yang tampaknya menarik. Novel romantis yang berjudul Taz Mahal lumayan menarik. Ia mulai membacanya dengan asyik. Sementara itu Cynthia malah duduk sambil mengerutkan keningnya. Ia tampak menganalisa sesuatu.
"Ada yang salah...jelas ini adalah suatu kesalahan.." Kata Cynthia sambil menepuk-nepuk bibirnya oleh ujung jarinya.
Alena memalingkan wajahnya kepada Cynthia. "Ada apa? Apanya yang salah? " Tanya Alena.
" Makanan yang menunya diluar kebiasaan seakan menyuruh mu untuk makan banyak. Nizam tahu kalau selera makan kamu tidak terlalu bagus sehingga Ia seakan hendak mencekokimu dengan makanan yang banyak."
Alena menatap wajah Cynthia Ia tampak sangat penasaran dengan pemikiran Cynthia.
"Terus pemberian vitamin dan jus kurma muda membuat Aku berpikiran lain." Kening Cynthia terus berkerut. Ia tampak berpikir keras.
"Pertanyaan Arani tentang siklus datang bulanmu juga terkesan berlebihan..Apa mungkin Nizam sedang berhitung tentang masa suburmu?"
"Hah??? untuk apa dia menghitung masa suburku?" Alena malah terlihat bingung.
"Ya untuk menghamilimu lalu apa lagi?? Fiuuuh...dasar otakmu itu!!!" Cynthia tampak sangat kesal dengan kebegoan sahabatnya itu.
"Bukankah waktu itu kau bilang padaku bahwa kau tidak ingin hamil dulu. Kau ingin melanjutkan dulu kuliahmu yang masih 6 bulan lagi. Bagaimana bisa kau ke Amerika kalau kondisimu hamil. Karena Ratu Sabrina tidak akan melepaskanmu kalau kau mengandung cucu yang sangat diidamkannya itu"
Alena langsung ketakutan. Sementara itu Cynthia lalu komat-kamit berhitung. Alena menatap wajah Cynthia dengan cemas. "Malam ini adalah masa suburmu maka kalau kau tidak ingin hamil jangan pernah bercinta dengan Nizam malam ini" Cynthia malah memberi tahu agar Alena untuk tidak bercinta dengan Nizam. Tentu saja Ia mendukung Alena untuk tidak hamil dulu. Karena kalau Alena tinggal di Azura berarti Ia juga harus tinggal. Padahal sama seperti Alena kuliahnya juga ikut nanggung.
"Aduuh Aku harus bagaimana? Aku tidak mungkin menolak Nizam. Kamu tahu sejak malam pertama Aku berada di sini. Ia tidak pernah melepaskan aku sebentar saja " Alena mulai merengek Ia menjadi gelisah. Bagaimana dua hari ini Ia selalu berada dalam kekuasaan Nizam. Nizam seakan tidak pernah puas menyentuh dirinya. Kalau seandainya malam ini Ia bercinta lagi Ia benar-benar takut hamil.
"Tenang saja aku akan mencarikan pil kontrasepsi untukmu, selain itu jangan pernah minum apapun yang diberikan oleh para pelayan Istana kalau kamu tidak melihat atau menuangkan langsung minuman itu dimulai."
"Kamu mau mencari pil itu kemana?" Tanya Alena.
"Entahlah.. tapi kalau Aku tidak menemukannya. Bagaimanapun caranya kau tidak boleh bercinta dengannya. Jelas atau tidak?" Cynthia berkata dengan tegas. Alena langsung menganggukan kepalanya. Ia akan bertahan sekuat tenaga agar Nizam tidak menyentuhnya bila perlu Ia akan menendang Nizam lagi.