Alena pergi diiringi para Ratu dan ibunya. Pakaian putihnya membuat Alena semakin cantik jelita. Pakaian putih itu dibuat dengan potongan sedikit simple karena agar tidak menenggelamkan tubuhnya yang mungil. Wajah Alena tertutup cadar tipis. Ia dan rombongan pengantin wanita akan berada di aula Timur bersama tamu undangan wanita sedangkan para pria ada di Aula Selatan. Tamu pria dan wanita memang terpisah.
Akad yang diucapkan Nizam cukup dihadiri oleh Ayah Alena dan para saksi termasuk saksi dari Pihak wanita yaitu presiden RI. Ada banyak tamu undangan yang menyaksikan pernikahan putra mahkota ini. Karena memang melibatkan banyak pihak luar kerajaan. Bahkan acara pernikahan ditayangkan secara live. Hanya saja liputannya tidak mencakup pengantin wanita karena memang tidak boleh. Jadi yang ditayangkan adalah acara pada Aula Timur.
Acara yang diselenggarakan setelah akad dan penandatanganan segala macam berkas dan surat perjanjian dilaksanakan pada pukul 9 sampai pukul 10. Sesuai dugaan Alena langsung menandatangani berkas itu karena memang Ia tidak diberi kesempatan untuk mempelajarinya. Termasuk Cynthia. Kepintaran Cynthia memang tidak bisa mengalahkan kecerdasan Nizam. Usai penandatanganan berkas dilanjutkan pengajian selama 30 menit lalu disambung ceramah dari Ulama besar Azura dalam dua bahasa. Terakhir adalah sajian hiburan. Nyanyian lagu khas Padang pasir dan tarian Zafin mulai membuat para undangan bergembira. Bahkan ada sebagian yang turut menari. Teman-teman Nizam langsung ikut menari. Lalu mereka mengucapkan selamat pada Nizam sambil saling berpelukan. Bahkan George memeluk Nizam sangat erat seakan ingin berkali-kali meminta maaf atas kelakuannya dulu. Nizam hanya menepuk bahu George tanda memaafkan. Diam-diam Ia senang Edward tidak tampak terlihat diantara teman-temannya.
***
Suasana di Aula Timur tidak jauh berbeda meriahnya. Makanan disajikan tidak habis-habisnya. Para tamu undangan memakai pakaian kaftan yang memang disediakan oleh pihak kerajaan sehingga tidak ada satupun yang berpakaian tidak sopan. Alena sudah berganti pakaian berkali-kali. hanya agar tampil cantik di foto. Elsa dan teman-temannya tampak ikut larut dalam kebahagiaan. Cynthia sangat senang bertemu teman-temannya. Tinggal dua Minggu di Azura membuat Ia seperti dilempar dari dunia nyata ke dunia antah berantah.
"Cynthia..Kamu semakin langsing sekarang. Apa kamu diet?" Tanya Bella teman sekelasnya. Cynthia melambaikan tangannya memberi tanda tidak.
"Hidup di Azura bagai hidup diatas sebilah pedang salah melangkah sedikit bisa-bisa kaki terluka. Bagaimana aku bisa gemuk. Lagipula makanannya aneh-aneh. Penuh bumbu dan yogurt. Aku saja yang doyan makan jadi enek sendiri " Cynthia berkata sambil minum jus kurma yang rasanya aneh tapi lumayan enak.
"Bukannya kamu senang tinggal ditempat mewah seperti ini, Oh my God Cynthia, Aku sama sekali tidak mengira kalau Nizam ternyata seorang pangeran. Pantas saja Ia begitu tampan bagai pangeran dari negeri dongeng. Alena sangat beruntung."
"Beruntung?? beruntung apanya kalau hidup terkekang bagai burung dalam sangkar emas"
"Lho memangnya kenapa?" Teman-temannya keheranan.
"Kamu pikir saja sendiri, Cara makan, bicara, tidur dan sebagainya diatur oleh tatakrama. Bahkan kemana-mana Alena harus bercadar, menyebalkan. Mau bertemu Nizam juga susahnya bukan main." Cynthia bicara berbisik-bisik
"Terus kamu bagaimana Cynthia? Apa kamu mau selamanya tinggal di Azura?"
"Aku tidak tahu, Tapi sampai saat ini Aku harus menemaninya sampai kedudukan Alena kuat. Sehingga kalaupun nanti aku pergi Aku bisa pergi dengan tenang."
Mereka terus bergosip sambil melihat Alena yang berdiri terus terusan sambil menerima ucapan selamat.
***
Acara berakhir pukul 5 sore hari. Pengantin lalu diberikan kesempatan untuk istirahat. Setelah sholat Isya akan disambung dengan acara hiburan khusus untuk pengantin pria dan wanita yang sifatnya tertutup.
Alena berendam di kolam yang penuh dengan bunga mawar dan melati serta campuran minyak esensial lavender yang memberikan efek mengusir kelelahan. "Aku cape Cynthia.."Kata Alena sambil membiarkan tangan dan tubuhnya di usap-usap menggunakan spon halus.
"Sabar Alena. besok kamu bisa istirahat sepuasnya"
"Malam ini Aku ingin tidur bagai bayi. Aku benar-benar sangat lelah." Alena menguap, mata bulat bersinar tampak sayu.
"Yang Mulia tidak boleh tidur ada satu acara lagi yang harus dilakukan" Pelayan memijat kaki Alena dengan lembut. Kulit Alena terasa sangat halus dan lembut.
"Aku tahu, Aku harus menari dihadapan Yang Mulia, menyebalkan. Mengapa bukan dia saja yang menari didepannku " Alena bersungut-sungut. Para pelayan langsung menahan tawa. membayangkan yang mulia Nizam menari dengan gemulai didepan mereka.
"Bukan hanya itu yang Mulia. Ada malam pertama yang harus anda lalui dulu...." Tapi pelayan itu langsung pucat ketika melihat Cynthia melirik dengan tajam. Untungnya Alena yang sedang ngantuk tampak tidak terlalu memperhatikan ucapan pelayan itu. Ia malah menyuruh pelayannya memijati pinggangnya yang terasa patah karena terus-menerus berdiri bersalaman.
Hingga akhirnya Alena sudah bersiap dengan pakaian tarinya. Ia akan menari ditemani putri Mira, Alycia, dan Lela. Putri Reina menolak ikut menari Ia dari tadi sibuk melakukan sesuatu. Dari Sore Ia sudah memberikan instruksi pada Fatimah pelayannya untuk melakukan sesuatu. Ia menyuruh Fatimah pergi ke Istana Muthmainnah duluan. Istana itu adalah tempat malam pertama Para pangeran putra mahkota. Tempatnya memang didesain untuk tempat malam pertama. Bentuk istananya sangat indah dan romantis. warna biru mendominasi kamar pengantin untuk Nizam dan Alena. Ada ribuan bunga mawar yang menghiasi istana itu. Harumnya kamar pengantin hampir memabukkan orang yang masuk kedalamnya.
Alena memakai pakaian putih dan para penari lainnya sudah mengenakan pakaian yang berwarna warni. Pakaian yang menurut Alena cukup vulgar. Ia dan yang lainnya hanya mengenakan penutup dada minim dan rok panjang yang menerawang tipis. Cynthia sampai tercengang melihatnya. Alena dan tiga penari itu bagaikan penari striptis.
"Alena..apa Kamu mau menari striptis?"
Alena menggelengkan kepalanya. "Aku tidak tahu. Aku tidak perduli, Aku sangat letih aku ingin tidur" Alena sudah tidak konsentrasi lagi. Ia berjalan malas-malas mengikuti para putri menuju tandu. Mereka akan segera pergi ke Istana Muthmainnah dimana Ia dan Nizam akan menghabiskan malam pertamanya.
Nizam sudah duduk menunggu di Aula kecil. Ia duduk di sebuah singgasana yang bewarna merah. Bantal yang lembut tampak menyangga tangannya. Ia penasaran ingin melihat tarian Alena. Tarian ini memang tarian persembahan pengantin wanita terhadap pengantin pria sebelum mereka bermalam pengantin. Tidak lama musik mengalun lalu muncullah para penari pengiring meliuk-liukkan badannya dengan penuh pesona. Nizam lebih cenderung melihat wajah para gadis itu dari pada tubuh mereka. Walau mereka semua wanita miliknya tapi baru kali ini Ia melihat mereka dengan jelas.
Nizam menyentuhkan telunjuknya ke bibir melihat seorang gadis cantik yang begitu gemulai. Wajahnya memiliki kecantikan yang sangat khas. Nizam seperti mengingat-ingat Ia seperti tidak asing dengan wajah itu.
Gadis yang dilihat Nizam dengan seksama langsung melirikkan matanya menggoda. Badannya sengaja semakin meliuk-liuk mengikuti alunan music. Nizam mengerutkan keningnya, lalu Ia melengoskan wajahnya ke samping, Ia tidak suka dirinya digoda. "Mana Alena?? kenapa Ia tidak muncul" Nizam jadi menoleh ke kiri dan ke kanan mencari-cari istrinya. Harusnya memang setelah penari pendamping keluar lalu menari sekitar 5 menit baru pengantin wanita keluar ikut menari. Tapi sudah hampir 10 menit Alena tidak keluar juga.
Saat itu juga Ratu Sabrina langsung menyuruh Cynthia menyusul Alena ke ruang belakang Aula mencari Alena. Ibunya Alena jadi ga enak hati. Ia ngomel-ngomel sama anaknya sendiri.
Cynthia tercengang melihat Alena malah tidur dimeja rias posisinya duduk dengan tangan dan kepala berada di meja rias. Para pelayan berusaha membangunkan Alena. Ia ditepuk-tepuk bahunya oleh para pelayan dan tata riasnya. Mereka tampak panik karena Alena tidak bangun-bangun. Malah Ia mendengkur halus.
"Alena...Alena Ya Tuhan.. kamu mati apa tidur?" Cynthia mulai ikut panik.
"Tadi Putri bilang akan tidur dulu sebentar sebelum bagiannya mulai. lalu tanpa bisa dicegah dia sudah tidur, Bagaimana ini? Hamba takut dihukum" Pelatih tari Alena tampak mulai meneteskan air matanya. Ia yang bertanggung jawab atas terlaksananya tarian ini. Ia juga yang melatih Alena selama hampir 10 hari. Ia bersusah payah melatih Alena tapi pas hari H-nya Alena malah terlelap.
Ratu Sabrina jadi tidak sabar, acara jadi terhambat Ia juga sudah sangat letih. Ia ingin segera istirahat tapi Ia harus menunggui Nizam melaksanakan malam pertamanya. Ia segera menyusul ke belakang dan Ia langsung tercengang melihat pemandangan didepannya. Menantunya tidur sambil dikerumuni oleh para pelayan yang berusaha membangunkannya.
"Bagaimana bisa Ia tidur dalam suasana seperti ini." Ratu Sabrina terdengar murka suaranya terdengar menggelegar memecah keheningan. Mata cantiknya hampir mau keluar dari tempatnya. Suasana langsung hening mengerikan. Para penari seketika menghentikan tariannya mendengar suara Ratu Sabrina yang seakan-akan hendak meruntuhkan istana ini. Nizam jadi heran Ia segera bangkit dan menyusul kebelakang.