Nizam menatap Pangeran Rasyid dengan heran. Ia mulai menganalisa sikap Pangeran Rasyid tapi Ia tidak bertanya lebih lanjut mengingat betapa paniknya wajah Pangeran Rasyid. Pangeran Thalal juga memperlihatkan perubahan sikap Pangeran Rasyid. Wajah Pangeran Rasyid mendadak menjadi gelisah. Tapi sepertinya tidak bijaksana kalau harus mendesak Pangeran Rasyid untuk berterus terang.
Kemudian mereka terdiam menunggu hasil pemeriksaan. Tidak lama kemudian Polisi kerajaan keluar lalu memberikan hormat pada para pangeran tampan itu.
"Kami tadinya kesulitan dalam menginterogasinya, tapi Alhamdulillah Dia akhirnya mengaku"
Ketika Polisi kerajaan itu berkata akhirnya sudah dapat diperkirakan metode apa yang digunakan oleh para polisi tersebut dalam menginterogasi tahanan. Minimal wajah mereka babak belur atau sampai kehilangan nyawa dan maksimalnya dibunuh semua keluarganya. Biasanya dengan ancaman maksimal tidak ada yang tidak akan mengaku. Karena biasanya seseorang akan lebih tahan kehilangan nyawanya sendiri daripada kehilangan nyawa orang lain.
"Apa motif dia melakukan itu? Dia bertindak atas nama siapa?" Pangeran Thalal tampak penasaran. Ia juga ingin tahu apakah analisa benar atau tidak. Polisi kerajaan lalu menjawab : " Pangeran Bari ada dibalik semua ini. Apa yang Mulia akan memprosesnya? " Tanya Polisi itu dengan hati-hati. Memproses seorang pangeran akan berbeda dengan memproses rakyat biasa. karena hal ini akan memicu konflik antar kerajaan.
Pangeran Thalal dan Pangeran Rasyid saling terdiam. Karena yang berhak memberikan keputusan adalah Nizam. Nizam juga bukan orang yang cepat terbawa emosi. Ia lalu berkata. " Proses saja orang itu, Buat saja Ia seakan-akan ingin mencelakai Pangeran Rasyid dan bukan ingin mencelakaiku. Karena Hukuman mencelakai Pangeran Rasyid akan lebih ringan dibandingkan dengan mencelakaiku. Buatlah alasan yang masuk diakal mengapa Ia ingin mencelakai Pangeran Rasyid dan ingat jangan sampai masalah ini keluar dari tempat ini"
Polisi Kerajaan itu mengangguk tanda memahami.
"Kakak, Tapi orang ini hanya suruhan" Pangeran Thalal mencoba memprotes tindakan Kakaknya.
"Begitu seseorang menerima suruhan orang lain, maka konsekwensinya adalah Ia siap menerima semua kesalahan orang yang menyuruhnya. Terlepas dari apapun alasannya. Pangeran Bari kemungkinan Ia hanya ingin menang dalam lomba. Karena kalau Ia ingin berniat mencelakaiku maka Ia tidak akan melakukannya dihadapan semua orang."
"Tapi Kakak, Mengapa Pangeran Bari berani melakukan ini?" Pangeran Rasyid masih tidak mengerti.
"Karena Ia yakin bahwa kita tidak akan memprosesnya. Ia percaya kita akan menutup kasus ini karena Ia adalah seorang Pangeran dari kerajaan bawahan. Menahannya berarti secara tidak langsung kita mengangkat senjata untuk berperang" Nizam mengemukakan alasannya.
"Kemungkinan Ia ingin meminta sesuatu pada Ayahanda sehingga Ia bertekad untuk menang. Aku masih belum paham apa maunya. Nanti sajalah Kita cari tahu, Aku mau konsentrasi dulu terhadap pernikahanku." Nizam melanjutkan lagi perkataannya.
Pangeran Rasyid dan Pangeran Thalal manggut-manggut sambil mengagumi kepintaran Nizam. Kho ada yah..di dunia ini orang seperti Nizam. Tampan, calon raja, Pintar, cerdas dan kaya raya.
"Ssst..Thalal, Kenapa Kakakmu begitu sempurna. Apa dia punya kekurangan? " Pangeran Rasyid berbisik pada Pangeran Thalal.
"Ada.., kelemahannya adalah Kakak Putri Alena, Coba saja Kau ganggu Kakak Putri Alena, maka esok hari pasti kepalamu tidak akan ada pada tempatnya lagi." Pangeran Thalal balas berbisik pada Pangeran Rasyid.
"Aku masih bisa mendengar perkataan kalian" Nizam berkata sambil tetap berjalan tanpa memalingkan wajahnya ke arah dua Pangeran yang sedang membicarakan dirinya. Para Pangeran itu hanya tertawa kecil. Sambil bergegas mengikuti langkah Nizam.
***
Alena dan Cynthia berjalan perlahan mengikuti rombongan para selir masuk kembali ke dalam Harem. Begitu mereka masuk Putri Reina menghadang langkah Alena. "Hmmm...Apa yang Kamu berikan pada Pangeran Nizam sampai yang Mulia sangat tergila-gila kepadamu, Dasar pendek!!"
Alena melotot mendengar perkataan Putri Reina. Beraninya dia mengatakan dirinya pendek. Alena hampir saja mau menampar tapi Ia ingat untuk tidak bersikap anarkis.
"Aku tidak memberikan apa-apa pada Pangeran Nizam, Ia yang tergila-gila kepadamu bukannya Aku yang tergila-gila kepadanya. Kamu harus tahu, Aku berusaha menolak cinta dia tapi Dia memaksa aku. Bahkan Dia mengancam mau bunuh diri kalau Aku menolaknya jadi dengan sangat terpaksa Aku menerimanya. Yaah... begitulah laki-laki. Kalau ada maunya susah dilawan," Alena mengangkat bahunya. Seakan tidak perduli.
Cynthia sampai mau muntah mendengar kebohongan Alena. 'Gadis konyol itu pasti sedang berhalusinasi' Kata Cynthia dalam hati sambil menahan tawa. Andai Putri Reina tahu betapa mereka bekerja keras untuk menarik perhatian Nizam.
Putri Reina langsung emosi mendengar kata-kata Alena. Bagaimana Ia tidak marah mendengar Pria yang tidak meliriknya sedikit pun dikatakan tergila-gila pada gadis lain. Maka kali ini Ia mengangkat tangan dan akan menampar Alena. Alena sangat terkejut Ia hampir berteriak ketakutan kalau tidak karena ada sebuah tangan yang menahan Putri Reina.
"Yang Mulia Tuan Putri, mohon untuk bersabar. Lalu Tuan Putri menampar Putri Alena maka Yang Mulia Ratu Sabrina pasti akan menghukum Tuan Putri."
"Beraninya Kamu Fatimah menghentikan tindakanku, dasar pelayan tidak berguna" Katanya sambil balik menampar Fatimah, pelayan yang menghentikannya. Fatimah menjerit sambil terjatuh. Alena terkejut Ia refleks memburu Fatimah dan memegang tangannya. Putri Reina malah melangkah pergi masuk kedalam kamarnya, meninggalkan pelayannya yang sedang menangis.
"Fatimah.. Fatimah itukan namamu, Bangunlah. Maafkan Aku, gara-gara Aku sehingga Kamu malah kena tampar Putri Reina." Kata Alena sambil menarik Fatimah agar berdiri.
Fatimah menggelengkan kepalanya sambil menghapus air matanya. Ia lalu berjalan meninggalkan Alena dan Cynthia.
"Yaah... begitulah Putri Reina, Selalu temperamental. Herannya Kalau dihadapan Yang Mulia tingkahnya langsung berubah lembut, Dasar Bunglon" Kata seorang gadis cantik sambil tersenyum pada Alena. Ia lalu mengelurkan tangannya mengajak salaman pada Alena.
"Aku Putri Mira dari Kerajaan Zamron. Senangnya mengenal dirimu"
Alena menyambut uluran tangan gadis yang mengaku bernama Mira. Gadis berambut panjang dengan kulit yang sangat putih. Matanya sedikit sayu dan berwajah sangat cantik. Ia tinggi semampai mengagumkan. Selesai menjabat tangan Putri Mira, Dibelakang ada lagi Gadis yang mengulurkan tangannya.
"Aku Alycia, Anak dari menteri pertahanan Azura."
Alena menjabat tangan gadis yang bernama Alycia. Alena langsung menatap kagum melihat boneka Barbie yang begitu cantik.
"Kenapa rambutmu pirang dan matamu biru? seperti gadis Eropa?" Tanya Alena dengan polos.
"Ibuku berasal dari Prancis, jadi Aku mirip wanita Eropa." Kata Alycia.
"Kamu sangat cantik." Kata Alena dengan tulus.
"Tentunya lebih cantik Putri Alena daripada seluruh penghuni Harem ini" Kata Alycia.
Alena membelalakkan matanya.
"Bagaimana bisa Aku jadi yang tercantik. Apa kamu tidak mendengar tadi kalau kata Putri Reina aku pendek."
"Putri Alena tercantik karena sampai saat ini baru Putri Alena yang ada di hati Yang Mulia Nizam. Kami sedikitpun tidak diliriknya." Putri Alycia menjadi murung. Alena jadi garuk-garuk kepalanya yang tidak gatal. Bagaimana Ia bisa menghibur Putri itu. Menghibur pesaingnya di dalam Harem.
"Apa Kalian semua mencintai Pangeran Nizam? " Tanya Alena tiba-tiba. Mereka semua menganggukkan kepalanya.
Alena tercengang wajahnya langsung merah. tapi Ia masih bisa mengontrol emosi yang mulai naik ke atas kepalanya. Ia menggenggam Handphone ditangannya. Menggenggam dengan erat andaikan Nizam ada disini, Pasti sudah digetok oleh Alena pakai Handphone itu.