Alena duduk di sebuah restoran seafood di kawasan Surabaya Plaza. Ia melihat ke arah jam tangan mahalnya yang melingkar di pergelangan tangannya. Hari ini Ia berjanji akan bertemu Andre untuk penjajakan yang pertama. Walaupun Ia sangat tidak menyukainya tapi Ia harus menepati janjinya pada orang tua Andre.
Sudah lima belas menit Andre masih belum datang. Sangat menyebalkan belum apa-apa Andre sudah membuatnya kesal. Tapi untungnya tak lama kemudian Andre datang sambil membawa seikat bunga mawar putih.
"Sayangku " Katanya sambil hendak memeluk Alena. Jelas saja Alena menghindar..
"Tolong jaga sikapmu, Bukankah Kita belum memiliki hubungan apa-apa." Kata Alena dengan dingin.
"Lho, bukannya kita sudah bertunangan dan akan segera menikah setelah melakukan formalitas penjajakan." Kata Andre sambil duduk di depan Alena dengan gaya sok gantengnya itu. Bunganya ia taruh di atas meja karena tampaknya Alena tidak menyukai bunganya.
"Apa maksudmu dengan formalitas??" Alena mengerutkan keningnya.
"Alena...Kamu jangan pura-pura bodoh. Kamu tentunya sudah tahu kalau ayahmu memiliki utang yang banyak pada ayahku untuk membayar jaminan kasus izin ilegal. Kalau bukan karena Ayahku menolong ayahmu, sekarang pasti Ayahmu sudah dipenjara." Andre berkata dengan pongah.
Wajah Alena langsung merah padam.
"Ingat Alena, jangan sok jual mahal. Tidak banyak pria yang bersedia menikah dengan anak yang memiliki seorang ayah yang terlibat kasus korupsi seperti ayahmu??"
"Berani benar Kau mengatakan ayahku seorang koruptor?"
" Bukankah menyuap pejabat untuk menerbitkan surat izin palsu termasuk salah satu kasus penyelewengan aset negara??
Alena terdiam matanya seketika berkaca-kaca, hatinya remuk redam karena Andre telah menghina ayahnya.
"Belum apa-apa, Kamu sudah menyakiti perasaanku. Andre aku putuskan untuk menghentikan penjajakan sekarang juga. Dan Aku tidak akan menerima lamaranmu"
"Hey..Nona sombong... ingat keputusan bukan berada ditanganmu tapi ditanganku. " Andre melihat mata Alena yang berkaca-kaca. Hatinya sedikit melunak.
"Alena maafkan Aku, Aku sebenarnya bersungguh-sungguh mencintaimu, Tapi Aku menjadi kesal karena dari kemarin kamu terkesan selalu menghindari ku. Katakan apa kekuranganku? Aku tampan, lajang dan anak seorang konglomerat. Kamu tidak perlu kuliah, bekerja atau mencari nafkah. Kamu cukup jadi istri yang menyenangkan bagiku maka Aku akan membahagiakanmu." Suara Andre melemah.
Tiba-tiba entah darimana tiba-tiba ada Suara yang menggelegar dari belakang Alena.
"ANDRE!! Teganya kau melakukan ini padaku. Siapa wanita ini?? "
Alena menoleh ke belakang dan Ia terperanjat sambil berdiri.
"Sisca??"
"Kamu Alena?? Dasar perempuan jalang. Selalu saja berusaha merebut kekasih orang lain. Apa waktu SMA kamu tidak cukup menyakiti ku karena mengambil Nakula dariku. Sekarang Kamu hendak mengambil Andre. Aku berusaha memaafkannya tapi Kamu terus menginjak-nginjakku."
Alena tertegun mendengar Sisca nyerocos. Sisca yang lembut dan baik hati bagaimana bisa berubah menjadi buas begitu. Ia lalu teringat Nakula teman sekelas mereka waktu di SMA. Nakula selalu mengejar-ngejar dirinya. Apakah Sisca mencintai Nakula? Tapi Ia tahu pasti bahwa Nakula tidak pernah jalan bersama Sisca.
"Sisca Aku sungguh tidak mengerti!!"
" Diam kamu wanita Jalang.." Katanya sambil mengangkat tangan mau menampar Alena. Tapi tangan Sisca ada yang memegang dari belakang sehingga tangan itu tidak jadi menampar Alena. Sisca menoleh ke belakang melihat siapa yang telah memegang tangannya.
Dan Sisca seketika bengong terpesona melihat orang yang memegang tangannya. seraut wajah yang sangat tampan, bermata coklat tajam, beralis tebal dengan bulu mata panjang. hidung mancung dan bibir yang begitu ikal. Rahang kokoh menunjukkan kejantanan pria sejati. Tapi bengongnya tidak lama-lama karena Tangan yang memegang nya itu menyentakan tangannya hingga Sisca hampir terhuyung ke belakang.
"Don't touch my future wife!!" Katanya sambil menarik Alena ke belakangnya. Andre dan Sisca sesaat tercengang melihat pria itu. Mereka bagai melihat dewa tiba-tiba turun dari Kahyangan. Apalagi lalu ada dua orang pria yang berjaga dibelakangnya.
Melihat Alena dipegang oleh pria itu Andre langsung maju ke depan. Hatinya panas dan tidak terima Alena dipegang pria lain.
"Siapa Kamu??" Tanyanya dalam bahasa Inggris karena jelas Ia melihat pria ini bukanlah orang Indonesia.
"Aku Nizam..calon suami Alena. Dan Kamu siapa? berani benar duduk bersama Alena." Nizam berkata sambil menatap tajam pada pria kurang ajar ini. Sementara itu Alena mengkerut dibelakang punggung Nizam. tangannya masih dicekal oleh Nizam erat seakan takut lepas lagi.
"Calon suami darimana? Tanya Alena siapa calon suaminya?"
Sisca yang terdiam mendengar kata-kata Andre walaupun dalam bahasa Inggris tetapi ia masih mengerti, tiba-tiba langsung berteriak histeris.
"Siapa calon suami Alena?? Andre!! Biadab kamu mengatakan kamu adalah calon suami Alena. Apa kamu tidak tahu aku sekarang sedang hamil 3 bulan."
Andre terperangah. Ia menatap Sisca dan,
" Plak.. wanita sialan, Aku sudah bilang untuk menggugurkannya" Pipi mulus itu langsung berubah menjadi warna merah bergambar telapak tangan. Sisca dan Alena menjerit. Sisca menjerit kesakitan dan Alena menjerit ketakutan. Ia memeluk Nizam dari belakang.
"Nizam aku takut, bawa aku pergi". Kata Alena lirih. Nizam mengangguk dan langsung membawa Alena pergi.
"Alena!! tunggu Alena.." Andre mencoba mengejar Alena tapi dua pria yang menjaga Nizam menghalangi bahkan Ali langsung mendorong dada Andre ke belakang sambil berkata.
"Stay away from our master..!!" Katanya. Andre langsung mengangkat tangan tanda menyerah. Ia masih waras, dua pria Segede babon itu jelas bukan tandingannya. Andre mundur ke belakang apalagi kemudian Sisca menarik tangannya ke belakang.
***
Di mobil Alphard yang dibawa Nizam tapi jelas Nizam tidak menyetir sendiri. Ia membawa sopir lokal yang menyetir. sopir dan dua penjaga, serta ada seorang lagi orang Indonesia yang mungkin itu adalah guide nya Nizam, menjaga di luar mobil. sementara Alena dan Nizam ada didalam nya. Nizam hanya diam memperhatikan Alena yang sedang menangis. "Nizam.. boleh Aku memelukmu, Sekali saja.." Alena menatap Nizam dengan air mata berlinang. Nizam terdiam menghela nafas. Memohon ampun pada Allah dan lalu merentangkan kedua tangannya. Alena langsung memeluknya erat dan menangis di dada Nizam sampai kemeja hitam yang dipakai Nizam itu basah oleh air mata Alena.
Setelah beberapa lama Alena terdiam hanya sedikit sedan saja yang terdengar. Nizam merenggangkan pelukannya. lalu mengambil tisu dan memberikannya pada Alena.
"Bagaimana kamu tahu Aku ada disini? " Itu kalimat pertama yang keluar dari mulut Alena.
"Aku menggunakan GPS untuk melacak mu melalui telepon selulermu."
"Kapan Kamu tiba dari Amerika?"
"Tadi malam jam 2"
"Kenapa tidak langsung menghubungiku?"
"Jam 2 malam bukan waktu yang tepat untuk menghubungi seorang gadis." Nizam tersenyum.
" Alena.. bisakah Kamu bercerita apa yang sebenarnya terjadi? " Nizam berkata lagi sambil membetulkan sebagian besar rambut Alena yang menutupi wajah Alena penuh dengan kasih sayang.
" Ceritanya panjang dan menyedihkan" Kata Alena sambil masih terisak sedikit.
"Jangan khawatir Aku punya sekotak tisu yang masih penuh." Kata Nizam sambil menunjuk ke kotak Tisu.
"Aah..Nizam kamu menggodaku" Kata Alena sambil mencubit pergelangan tangan Nizam. Nizam memekik kecil lalu meringis.
"Berani benar Kamu menyakiti putra mahkota." Kata Nizam sambil mengusap-usap tangannya yang sedikit memerah.
"Putra Mahkota Apa???" Tanya Alena tidak mengerti. Nizam tersenyum mengangkat bahunya dan berkata : " Nothing"
"Baiklah Aku akan bercerita, tapi bersabarlah karena ceritanya panjang dan mungkin akan terdengar tidak menyenangkan."
Alena lalu bercerita panjang lebar diselingi menghapus air matanya yang kadang berderai tanpa tertahan. Nizam hanya mendengarkan tanpa bicara sepatah katapun.
"Begitulah ceritanya, Aku pasrah kalau kau bilang aku mengada-ada. Atau mencoba memeras kamu. Aku tidak perduli lagi dengan tuduhan bahwa aku akan memanfaatkan hubungan kita. Kamu tahu Aku sangat mencintai mu" Alena tertunduk tidak berani menatap Nizam. Nizam mengangkat dagu Alena.
Alena melihat mata Nizam yang memancarkan cinta pada dirinya. Sedikitpun Alena tidak melihat reaksi yang mengejutkan pada diri Nizam. Berita bahwa Ayahnya seorang kriminal yang memiliki utang 500 milyar tampak seperti berita biasa bagi Nizam.
"Sayangku Alena.. Kamu tahu apa yang sekarang sedang aku rasakan?" Tanya Nizam. Alena menggelengkan kepalanya.
" Apa kamu membenci diriku? Apa kamu akan memutuskan diriku"
" Gadis bodoh.." Katanya sambil mendorong pipi Alena oleh jarinya.
" Aku sangat bahagia mendengar ceritamu, Alena. Kamu tahu Aku sangat ketakutan melamarmu terlebih Kamu hanya akan jadi istri kedua ku. Tapi ketakutan itu sedikit luntur ketika mendengar Ayahmu bersedia masuk penjara demi kebahagiaanmu. Jadi asal kau bahagia maka Ayahmu pasti tidak keberatan dengan lamaranku."
"Ih..Kamu Nizam.. sebenarnya sama saja dengan Andre..buaya" Kata Alena sambil cemberut.
"Jangan berbicara seperti itu. Aku berbeda dengan Andre. Aku tidak berdaya untuk menikah dengan seseorang."
" Haah?? Berarti sekarang kamu sudah menikah??" Hati Alena langsung panas membara.
"Alena jangan berpikir macam-macam dulu. Nanti kalau tiba saatnya akan Aku ceritakan seluruhnya. Saat ini Aku ingin fokus dulu untuk menikahi mu, Ayolah Kita ke rumahmu sekarang juga."
"Nizam.. Maafkan Aku. Aku masih bimbang."
"Bimbang apa??" Nizam tiba-tiba ketakutan. Ia takut Alena berubah pikiran dan menolak menikah dengannya. Bisa mati berdiri kalau hal itu terjadi.
"Aku kasihan pada ayahku.." Alena tertunduk Ia sangat malu mengatakan hal ini pada Nizam. Ia malu untuk mengatakan bahwa Ia perlu mempertimbangkan lamaran Andre karena Ia tidak mau Ayahnya masuk penjara. Jadi Ia memang perlu uang sebesar 500 milyar itu untuk membayar utang ayahnya. Nizam tersenyum mendengar kata-kata Alena. Tanpa Alena harus bicara banyak, Nizampun langsung mengerti apa maksud dari Alena.
"Sayangku..Aku berikan mahar 10 kali lipat sekarang juga untuk pernikahan kita. dan semua Aku berikan untuk ayahmu. Karena untukmu Aku juga punya mahar yang lain. Asal kita bisa menikah secepatnya. Aku tidak tahan ingin menyentuhmu" Nizam berbisik di telinga Alena. Alena terbelalak menatap wajah tampan dihadapan nya, wajahnya merah padam mendengar kata-kata Nizam yang terakhir.