Alena menyudahi mandinya hatinya berbunga-bunga penuh kebahagiaan. Wajahnya yang cantik tambah bersinar. Sambil bernyanyi-nyanyi kecil Alena menyisiri rambut tebalnya. Ia berkaca di depan meja rias. Sebentar lagi wajah cantik ini akan menjadi milik Nizam.
"Nizam..akan Aku berikan apapun yang Kamu mau," Kata Alena sambil tersenyum sendiri lalu Ia merinding membayangkan sesuatu yang indah bersama Nizam.
"Aku tunggu Kamu di Surabaya." Alena menatap telepon selulernya lalu mencium foto Nizam yang terlihat sangat tampan. Apalagi Nizam difotonya sambil membawa buket bunga mawar yang tadinya akan diberikan pada dia. Ia masih berasa mimpi bahwa Nizam akan melamarnya. Alena melangkah sambil menari-nari kecil lalu menjatuhkan dirinya keatas ranjang. Memeluk guling, mendekapnya dari mengelusnya membayangkan yang dipeluknya itu adalah Nizam. Wajah Alena bersemu merah, Ia menutup matanya lalu tertidur dalam mimpi yang sangat indah.
Pengaruh ngantuk dan jetlag tidak memakan waktu lama Alena tertidur sangat nyenyak. Sampai-sampai Ia dibangunkan ibunya karena menjelang magrib. Alena membuka matanya. Mata yang bulat bersinar cerah itu mengerjap-ngerjap Indah.
"Bangun cantik, Ayahmu sudah pulang. Ayo sholat dulu lalu ditunggu Ayahmu di ruang tengah. Tapi kalau kamu lapar, Kamu boleh makan dulu. Ibu sudah menyediakan rendang ayam kesukaanmu."
"Rendang ayam Padang Bu??"
"Iya.. bukankah sejak makan nasi Padang kamu tergila-gila sama rendang nya."
"Iya Bu.. untungnya di New York juga ada jadi tidak terlalu kangen."
Ibunya yang sudah beberapa kali ke Amerika mengetahuinya hanya tersenyum mendengarnya.
"Ayo cepat sana wudhu dulu."
Alena bangkit dari tidurnya lalu menggeliat sambil menguap lebar. Tapi langsung terpekik karena Ibunya mencubit pinggangnya sambil mengomel. "Anak gadis kho kaya gitu"
Alena tertawa lalu berlari ke kamar mandi.
***
30 menit kemudian
Alena berjalan keluar dari kamarnya menuju ruang tengah. Ketika Ia menuruni tangga yang melingkar dia melihat ayahnya sedang membaca sesuatu ditabletnya. Alena hampir berlari saking ingin segera memeluk ayahnya.
"Aayaah..." Katanya langsung sambil memeluk ayahnya erat-erat.
"I Miss You so much, Ayah" Kata Alena sambil mencium pipi Ayahnya.
"Duduklah anak Ayah yang cantik. Ayah punya kabar gembira untukmu. Oh ya apa kabar mu?. Hmmm coba Ayah lihat..Kamu terlihat sehat dan semakin cantik."
"Itu karena Alena punya suatu kabar gembira buat Ayah"
"Hah??? Kho sama. Ayah juga punya kabar gembira untuk Alena. Makanya Ayah menyuruh Alena pulang."
" Karena kita sama-sama punya kabar gembira, siapa yang akan bicara terlebih dahulu?" Kata Alena
Ayahnya tersenyum lalu berkata, " Alena saja dulu yang bicara duluan.."
"Haah Ok, baiklah..mm..mm.. " Tapi kemudian Alena terdiam ragu-ragu. Ia jadi deg-degan dan berkeringat dingin.
"Ayo katakanlah, kenapa malah diam."
"Ah..Ayah saja dulu, Alena nanti saja mengatakannya. Sekarang Ayah saja dulu."
"Hmmm Ok..baiklah. Alena sebenarnya begini. Tahukah Kamu kalau perusahaan pertambangan batubara Ayah bangkrut. Karena ternyata surat ijin pertambangan yang Ayah terima adalah palsu. Sehingga Pertambangan Ayah menjadi ilegal."
Alena tercekat mendengar kata-kata Ayahnya.
"Ayah..ini bukan berita baik." Kata Alena.
"Memang benar, tetapi ceritanya belum selesai. dengarkanlah dahulu. Jangan memotong"
Alena terdiam lalu berkata: "Baiklah Ayah, maaf."
" Ayah harus merelakan pertambangan Ayah diambil alih oleh pemerintah dan pejabat yang memberikan surat izin palsu dipenjara. Ayah bahkan harus menjual dua supermarket ibumu dan menggadaikan satu supermarket yang ada di Surabaya."
Alena menatap Ayah dan Ibunya bergantian. Betapa berita yang sangat buruk ini seakan tidak menganggu perasaan Ayah dan ibunya. Alena sangat heran dan tidak mengerti.
" Ayah meninggalkan utang yang banyak. Ayah harus mengganti rugi kepada pemerintah atas hasil yang sudah Ayah peroleh selama 10 tahun. Ayah juga harus memberi pesangon kepada 1000 karyawan Ayah. Ayah sampai bingung.. sampai akhirnya Pak Hartono teman ayah itu membantu ayah memberikan pinjaman sebesar 500 milyar. Ayah hampir tak percaya Pak Hartono mau berbuat sebaik itu."
"Alhamdulillah..Ayah, Om Hartono sangat baik"
" Benar Alena..Ayah sebenarnya mau menolak tetapi kemudian dia memaksa lalu ketika Ayah berkata bahwa Ayah nanti akan mengembalikannya secara dicicil. Walau sebenarnya Ayah bingung mau darimana ayah menyicil uangnya. Tapi untungnya Dia menolak dan mengatakan bahwa Ia melakukan semua ini karena Ia mau melamar mu." Mata Ayahnya bersinar-sinar bahagia.
Alena tercengang kaget. " Ayah..!!! Apakah Ayah berniat mau menjodohkan Aku dengan pria yang lebih tua dari Ayah??" Mata Alena terbelalak dan langsung menangis. Alena mengingat Om Hartono yang sudah tua bahkan lebih tua dari ayahnya.
"Eh .ssst....jangan menangis dan jangan konyol Alena. Siapa yang akan menjodohkan mu dengan Om Hartono. Dia melamarmu untuk anaknya."
Mendengar jawaban Ayahnya, Alena tidak berhenti menangis malah tambah besar menangis nya.
"Alena juga tidak mau menikahi anaknya Om Hartono..Alena mau menikah dengan teman kuliah Alena. Dia besok mau datang melamar"
Ayahnya Alena tersentak kaget.
" Alena bagaimana bisa kamu mau dilamar. Kami tidak pernah tahu Kau punya kekasih. Terakhir Kamu bilang Kamu sulit untuk jatuh cinta dan meminta Ayah untuk mencari kan jodoh saja."
" Iya Ayah itukan dulu, sekarang Alena sedang jatuh cinta"
Ayah dan ibunya saling memandang. Wajah cerah mereka segera berubah bagai siang hari cerah tersaput awan kelabu.
" Dua bulan yang lalu, Alena mencintai seseorang dan sekarang Kami akan menikah."
" Bagaimana mungkin baru dua bulan berhubungan sudah melamar, siapa dia? dimana dia tinggal?"
" Dia Nizam, teman kuliah Alena. Dia orang Azura. Dia mau datang besok mau melamar?"
" Ya Tuhan..Alena bagaimana bisa mendadak begini. Lalu bagaimana dengan Om Hartono, Dia juga mau datang besok bersama anaknya."
"Apa Ayah sudah menerima lamarannya??" Alena menatap Ayahnya dengan tajam.
"Tentu saja tidak. Bagaimana mungkin Ayah menerima lamaran pada dirimu tanpa persetujuan orang nya langsung."
" Syukur lah Ayah.." Alena merasa Ayahnya sangat baik.
" Cuma Ayah bingung, bagaimana besok Ayah menghadapi Om Hartono dan yang paling bingung adalah bagaimana Ayah membayar hutang Ayah pada Om Hartono." Ayahnya Alena mendadak sangat kebingungan. Ia menatap istrinya yang kebingungan juga.