Alena membereskan semua berkas-berkas penelitiannya. Ia membaca lagi proposalnya dengan teliti. Dosen pembimbingnya adalah dosen analisis keuangan. Ia membaca lagi judul proposal penelitiannya. "Analisis Kausalitas Inflansi dan Pertumbuhan Ekonomi pada Negara Berkembang". Alena pikir penelitian ini sangat sesuai dengan dirinya yang berasal dari negara berkembang. Ia juga akan menggunakan alat penelitian kualitas deskriptif untuk menggambarkan fenomena Inflansi yang terjadi dinegaranya. Ia sudah membayangkan semester nanti Ia akan banyak menghabiskan waktu diperpustakaan untuk mengumpulkan literasi bagi penelitiannya. Ia lalu kembali membaca proposalnya berulang-ulang.
Prof. Steven Antony adalah dosen pembimbingnya. Profesor yang terkenal karena disiplin ini sangat sulit menerima kesalahan sekecil apapun. Salah titik koma aja bisa bikin ceramah panjang lebar apalagi salah memaparkan teori. Kenapa sih bukan Cyntia yang kebagian dosen itu. Yang jelas-jelas Dia lebih pintar eh malah dia kebagian sama Profesor Sarah. Dosen Statistik itu udah cantik baik hati lagi tidak seribet Profesor Steven.
Alena memasukan semua berkas, notebook, Handphone dan dompet ke dalam tas Chanelnya. Ia memakai Dress warna hijau toska selutut. Outfit hitam dan sepatu kets hitam membuat penampilannya tampak semakin cantik jelita. Rambut Hitamnya ia ikat ke samping hingga tengkuknya yang dipenuhi rambut halusnya terlihat sangat menggairahkan.
Alena berlari-lari kecil keluar dari apartemennya. Ia takut telat. Dosen itu sangat on time. Telat 5 menit saja jangan harap bisa menemuinya. Untungnya begitu keluar dari apartemen Mr. Thomas sudah menunggunya sehingga Alena dapat segera pergi ke kampus.
Dasar lagi apes.. ditikungan entah daripada tiba-tiba ada orang menyebrang tanpa lihat-lihat. Mr. Thomas langsung mengerem mendadak dan Alena menjerit histeris kaget.
Mr. Thomas segera keluar untuk mengecek keadaan orang itu. Alena yang ketakutan hanya terdiam didalam mobil. Untung nya Alena melihat orang itu baik-baik saja.
Mr. Thomas membantu orang itu untuk bangkit. Orang itu ternyata sedang melamun. Alena melihat dengan seksama orang itu. Orang itu seperti orang Asia Tenggara terlihat dari fisiknya. berbadan sedang, rambut hitam dan kulit yang kuning langsat . Karena orang itu baik-baik saja maka Alenapun berani keluar dari mobil. Ia memang takut melihat darah. Sekarang Alena bisa dengan jelas melihat wajahnya. "Sisca.. " Alena berteriak gembira dan tak menyangka.
Orang yang dipanggil Sisca menatap Alena.
"Alena.. oh Tuhan.. benarkah ini Alena" Sisca memegang bahu Alena seakan tak percaya.
" Ya ini Aku Alena.. Kamu sedang apa di New York? " Tanya Alena.
"Aku sedang berlibur..sudah mau seminggu, Aku lupa kalau Kau kuliah di sini. Tau gitu Aku pasti mencarimu. "
"Sisca Aku ingin ngobrol banyak tetapi Aku sedang ditunggu oleh dosen pembimbing di kampus. Ini kartu nama Aku. Kamu boleh datang ke apartemen Aku kapanpun kau mau. Oh ya Kamu dengan siapa ke sini? "
Sisca tampak sedikit tersipu ditanya demikian oleh Alena. "Aku dengan kekasihku Andre.. "
Alena tidak mengenal Andre sehingga tampak tidak terlalu perduli.
"Ok Sisca aku tunggu ya.. sekarang aku pergi dulu, Syukurlah kalau kau Hati-hati." Alena lalu pamit dan kembali meluncur dengan mobilnya.
Sisca adalah teman sebangku Alena waktu di kelas XII SMA. Ia sebenarnya cukup cantik tetapi ia selalu berada di bawah bayang-bayang Alena karena Ia memang sedikit penakut. Sekarang dia rupanya sudah tidak penakut lagi buktinya Ia berani ke New York dengan kekasihnya.
Alena segera meninggalkan Sisca setelah nanti sore janjian untuk bertemu. Sisca menatap Alena naik ke mobilnya dengan pandangan yang sukar diterka. matanya begitu tajam dan bibirnya mengerut lalu tersenyum sinis. "Tunggu Aku Alena.. " Katanya dengan nada sedikit aneh
***
Pukul 10 lebih 3 menit Alena langsung mengetuk pintu ruangan Prof. Steven. Dari dalam terdengar suara.
"Please come in"
Alena masuk dengan Hati-hati. Ternyata di dalam sudah ada Nizam. Alena dan Nizam saling berpandangan sama -sama terpesona, takjub dan heran. Alena tidak bisa menyembunyikan luapan kegembiraan hingga ia hampir terjatuh karena tersandung kakinya sendiri. Untung saja Nizam yang sedang berdiri didepan meja Prof. Steven langsung menangkapnya hingga Ia tidak jadi tersungkur menghantam meja.
"Awas hati-hati Alena..." Kata Nizam sambil membantu Alena untuk berdiri. Prof. Steven menatap dengan heran.
"Are You Ok? " Tanyanya sambil mengerutkan kening, menatap dengan seksama takut kalau-kalau ada yang mencurigakan. Sambil merah padam Alena menggelengkan kepalanya. Wajah Alena yang merona sungguh pemandangan yang menyejukkan hati.
"Kamu siapa? Alena atau Laura atau Debby? " Tanya Prof. Steven pada Alena.
"Saya Alena"
"Oh ya.. mari sinikan proposalnya, kebetulan ada 5 orang dari kelas Kalian yang harus saya bimbing. Kebetulan tadi Nizam sudah datang. sisanya mungkin Saya akan suruh datang besok saja. Karena mereka terlambat, Kamu juga hampir saja terlambat. Untung baru terlambat tiga menit. Silahkan kalian duduk dulu di kursi sana. Sementara Saya meneliti Proposal penelitiannya." Prof. Steven menunjuk pada kursi panjang di dekat mejanya.
Alena dan Nizam segera duduk dengan sopan. Pada mulanya Alena memperhatikan Prof. Steven yang sedang memeriksa proposal mereka. Ia tidak berani ngobrol dengan Nizam karena takut mengganggu konsentrasi Prof.Steven. Tapi lama-lama Alena bosan. Ia lalu melirik kepada Nizam yang malah mengambil buku di dalam tasnya. Alena meliriknya. "The Intelligent Investor: The Definitive Book on Value Investing. A Book of Practical Counsel . Karya Benjamin Graham, Jason Zweig dan Warren E. Buffet. Huh ...membosankan, Alena mengeluh dalam hati.
Tiba-tiba Alena tersenyum. Kakinya yang jenjang itu dia sentuhkan ke kaki Nizam yang terlapisi oleh celana jeans. Nizam kaget melihat ujung kaki kiri Alena disentuhkan ke kakinya lalu digesek-gesekan dengan nakal. Ia melotot gusar melihat paha mulus Alena jadi tersibak menantang matanya untuk menikmati nya. Nizam memalingkan pandangannya ke arah lain lalu mendesis dengan sedikit kesal. "Jaga tingkahmu..." Katanya sambil menggeser duduknya menjauh dari Alena. Alena pura-pura memperhatikan Prof. Steven dan tidak memperdulikan kata-kata Nizam. Lalu tangannya sekarang merayap meraba lutut Nizam. Nizam jadi benar-benar marah Ia mencubit tangan Alena yang lancang sampai Alena memekik kesakitan.
Prof. Steven tersentak kaget. "Ada apa Alena?? " Katanya
Alena meringis sambil mengusap-ngusap tangannya yang memerah karena cubitan Nizam.
"Nothing Sir. hanya seekor semut menggigit tanganku. " Kata Alena
"Seemuut? Dimana ada semut?? " Mr. Steven bertanya keheranan.
Sial.. Aku lupa kalau di sini sangat jarang ada semut kecuali di taman-taman yang ada tanamannya. Alena berkata dalam hatinya.
"I don't know Sir. Semutnya sudah menghilang" Akhirnya Alena berkata sambil sedikit gugup. Ia melirik Nizam yang tampak asyik membaca buku seakan-akan tidak terjadi sesuatu. Bibir Alena langsung mencibir kesal tapi Ia tidak berani mepet Nizam lagi. Takut Nizam mencubitnya lagi. Ini juga masih terasa sakit. Alenapun menggeserkan badannya agar duduknya menjauh dari Nizam.
Melihat Prof. Steven kembali meneliti proposal penelitian mereka..Nizam melirik pada Alena yang sedang mengusap-ngusap tangannya yang tadi Ia cubit. Dibalik buku yang dibacanya Nizam senyum-senyum. Hatinya puas, sudah membuat kapok Alena yang tingkahnya di luar kendali.
"Ok.. Nizam ambil kursi itu lalu silahkan duduk di depan saya. Kita akan membahas proposalmu. " Prof. Steven menunjuk kursi yang ada di sampingnya. Nizam mengangguk lalu mengambil kursi dan duduk di depan dosen pembimbingnya.
"Judul penelitianmu sudah tepat. Kamu tertarik dengan cara berinvestasi yang tepat melalui saham. disini kamu akan mengambil metode deskripsi, apa tidak sebaiknya menggunakan cara memperbandingkan dua variabel semisal saham dengan obligasi." Prof. Steven menjelaskan secara panjang lebar. Kemudian terdengar Nizam memberikan argumen-argumennya. Alena menguap bosan menunggu giliran.