Aku menatap Ben dengan yang tengah mentapku begitu dalam. Aku tahu dia calon suamiku dan seharusnya tidak akan jadi masalah kalau aku bergantung padanya. Bukannya aku tidak bisa, aku hanya ragu, bukan pada perasaannya tentu saja. Perasaannya padaku tidak perlu diragukan, malahan perasaanku padanyalah yang perlu ditanyakan. Di samping perasaanku sendiri, bayang-bayang masa lalu yang penuh bahaya terus menghantuikudan aku tidak ingin dia terseret ke dalam bahaya yang sama walaupun kurasa itu hampir mustahil menilik tujuh tahun terakhir yang tenang-tenang saja. Tapi bagaimana dengan kejadian tadi? Apakah aku masih bisa menganggap tenang dengan adanya kejadian tadi?