Dalam cahaya murni, Buck mau tak mau memejamkan mata. Tapi mata merah monster organ yang dipenuhi kebencian serta keputusasaan tetap terngiang di benaknya. Punggungnya juga basah oleh keringat dingin.
Kemudian, dia merasa tekad yang meluap-luap dan mengerikan menyentuh tubuhnya, membekukan benak serta tubuhnya. Dia tak bisa mengendalikan diri sampai cukup lama, tapi tekadnya sudah lama hilang. Cahaya di depannya yang terlihat seperti matahari juga menghilang, begitu pula monster organ dan anak-anak monsternya.
Seraya melihat jalanan sekitar yang hancur, Buck gemetaran. Jika dia menginvestigasi area ini bersama polisi biasa, mereka pasti masuk daftar orang hilang.
"Nona, apa Anda berhasil menghancurkan monsternya?" tanya Buck hati-hati, bukan karena dia khawatir monsternya kembali, tapi dia juga sangat terkesima oleh gadis di depannya yang terus tersenyum.