Qin Zhi'ai sudah sangat berusaha menghindari pertemuan dengan Gu Yusheng. Ia sudah sembunyi di mobil untuk waktu yang lama pada sore yang lalu. Ia sudah tidur di kursi anyaman dalam sunroom pada malam itu untuk menghindari Gu Yusheng. Malam itu, hujan turun dengan begitu derasnya sehingga tidak ada satu pun taksi yang mau datang untuk menjemputnya, walau ia sudah berusaha menelepon banyak taksi. Ia tidak berani menelepon Mansion keluarga Gu, khawatir jika Gu Yusheng marah padanya.
Apa pun yang Qin Zhi'ai lakukan, tampaknya ia selalu saja membuat Gu Yusheng kesal. Setelah Gu Yusheng menjadi sangat marah, ia selalu berakhir dengan melakukan hubungan seks yang kasar dengan Qin Zhi'ai.
Tidak ada yang lebih tak beretika dibandingkan dengan memperdagangkan seks antara pria dan wanita. Qin Zhi'ai mungkin merasa lebih buruk dibandingkan wanita-wanita yang mendapatkan apa yang diinginkannya melalui seks. Qin Zhi'ai hanyalah budak seks bagi Gu Yusheng, tempat untuk menyalurkan keinginan seksnya. Jangankan peduli padanya atau bersenang-senang dengannya; ia bahkan tidak pernah menunjukkan rasa hormat pada Qin Zhi'ai.
Qin Zhi'ai tak tahan untuk mengasihani dirinya sendiri. Ia menyukai Gu Yusheng, secara diam-diam menyukainya selama bertahun-tahun, dan itu membuatnya merasa semakin buruk dari sebelumnya.
Seandainya ia bisa, Qin Zhi'ai benar-benar tidak ingin menunjukkan tanda-tanda ia menangis.
Namun, ia tidak pernah bisa menahan air matanya. Semakin ia ingin mengendalikan dirinya, tidak membiarkan perasaannya keluar, semakin matanya terasa perih. Air mata jatuh di pipinya ketika ia merasa kacau.
Lama setelah mereka berhubungan seks, Gu Yusheng mulai pulih dari perasaan lega dan mulai merasa kosong lagi.
Gu Yusheng merasa seperti seseorang telah mengambil hatinya dan semuanya menjadi kabur.
Gu Yusheng memandang langit-langit kamar, melamun untuk waktu yang cukup lama, sebelum menyadari apa yang sedang ia lakukan.
Gu Yusheng berhubungan seks dengan Qin Zhi'ai lagi. Gu Yusheng memikirkan apa yang telah terjadi padanya yang membuatnya begitu sering kehilangan kendali.
Sering kehilangan kendali membuat Gu Yusheng cemas. Ia merasa gelisah pada saat itu. Ia ingin merokok. Ketika ia mengulurkan tangannya untuk mencari sekotak rokok di bawah bantal, ia ingat bahwa rokok dan telepon selulernya berada di kamar yang lainnya. Ia merasa terganggu dengan hal ini dan menarik tangannya kembali. Ia memutar badannya dan melihat Qin Zhi'ai meringkuk di ujung tempat tidur. Bahunya gemetar. Ia tampak sedang menangis.
Bibir Gu Yusheng bergetar dan wajahnya tegang, bibirnya tiba-tiba tertarik ke samping. Ia memandangi punggung Qin Zhi'ai untuk waktu yang cukup lama.Gu Yusheng ingin memalingkan matanya, tetapi tiba-tiba mendengar isakan Qin Zhi'ai yang sudah dengan susah payah ditahannya.
Bagaikan sebuah pisau tajam ditusukkan ke dada Gu Yusheng, dengan keras. Dan itu memberinya rasa sakit yang tajam dan tak terduga. Rasa sakit membuat otot punggungnya menjadi tegang. Ia merasa terganggu dan duduk, memegang tangan Qin Zhi'ai dan menariknya keluar dari tempat tidur. Ia mengambilkan semua pakaian Qin Zhi'ai di tempat tidur dan melemparkannya pada Qin Zhi'ai. "Pulang saja jika kau ingin menangis."
Qin Zhi'ai tampak ketakutan dan tiba-tiba berhenti menangis. Ia gemetaran hebat di atas karpet dan duduk di sana beberapa saat sebelum kemudian ia menyadari apa maksud Gu Yusheng. Ia buru-buru mengambil pakaiannya dan berlari ke kamar mandi.
Ketika Gu Yusheng menidurinya, ia selalu tampak kehilangan kendali dan menyakiti Qin Zhi'ai.
Qin Zhi'ai segera berpakaian di kamar mandi, dan keluar dengan kepala tertunduk. Ia bergegas keluar tanpa melihat pada Gu Yusheng.