Piket sore yang seharusnya dikerjakan dengan cepat harus tertunda karena seorang gadis remaja yang sedang berdebat dengan remaja laki-laki. Mereka berdua adalah Uzumaki Naruto dan Uzumaki Naruko, mereka berdua kembar identik karena benar-benar sangat mirip hanya saja yang membedakan yaitu jenis kelamin mereka.
"Kenapa baru bilang sekarang!"
"Kenapa kau marah kalau aku baru bilang!"
"Aku ini adikmu, harusnya kau cerita dulu kalau mau nembak cewek!"
"Hah?!"
"Aku kan sering bilang kalau mau nembak cewek harus bilang dulu! Apalagi cewek itu sahabat kita," kata Naruko.
"Ah, kau terlalu cerewet apa-apa harus bilang padamu. Aku ini yang paling tua tapi harus kau yang ngatur aku!"
Naruto membereskan semua pekerjaan piketnya dan bergegas mengambil tas. Naruko buru-buru mengejar Naruto ketika selesai mengambil tas. Perdebatan masih berlanjut dari ketika mereka pulang menuju rumah sampai di rumah. Kedua orangtua mereka sedang sibuk bekerja, Naruto dan Naruko selalu berdua di rumah menghabiskan waktu bersama walaupun sering bertengkar karena hal yang sepele.
"Kau tau sendiri kalau Hinata itu baik, dia tu sahabat kita, kau pasti tau seperti apa sifatnya!"
"Iya, aku tau! Tapi, Hinata tidak cocok dengan mu, Kak!"
"Alasannya apa?! Kenapa tidak cocok dengan ku! Kau selalu saja begini dari dulu!"
Naruko cemberut dan melempar tasnya ke wajah nya Naruto. "Sial, kebiasaan mu jelek sekali njing!" Naruto menendang tas milik Naruko. "Kalau kau melarangku terus, aku jadi repot."
Naruko yang sudah berada di kamar mandi, dia hanya menunduk sedih karena Naruto begitu kasar pada nya. "Coba aku bukan adik nya, pasti hidupku tak akan begini."
Mereka berdua sebenarnya saling menyukai bahkan saling mencintai namun mereka kebetulan memiliki cara yang sama agar perasaan cinta mereka tidak semakin dalam dengan cara membuat perdebatan dan pertengkaran. Naruto membuat langkah dengan cara mendekati sahabatnya sendiri agar ia bisa menghilangkan perasaan cinta nya terhadap saudari kembar nya.
Hubungan mereka semakin hari semakin memburuk hingga mereka berdua masuk Universitas pun hubungan mereka tak ada perubahan sama sekali. Naruto sudah berpacaran dengan Hinata dari kelas 2 SMA namun hubungan percintaan Naruto dan Hinata sama sekali tidak ada perkembangan lebih seperti seorang sahabat.
"Naruto, bagaimana hubunganmu dengan Hinata? Semua baik-baik saja kan?" Uzumaki Kushina bertanya kepada Naruto ketika menyiapkan sarapan pagi.
"Semua baik saja, Bu."
Kushina melihat ke arah Naruko yang sedang menikmati roti isi. "Kalau Naru, gimana?"
"Aku tidak tertarik sama cowok, Bu."
"Kenapa tidak tertarik? Kamu harus menikah kan suatu hari nanti, Naru."
"Aku tidak akan menikah."
Kushina tidak percaya dengan apa yang ia dengar dan meyakinkan Naruko kalau keputusannya itu sangat salah dan tidak normal. Naruto merasa lega mendengar keputusan Naruko yang tak wajar itu, Naruto masih memiliki perasaan yang spesial terhadap saudari kembar nya sendiri. Namun pada kenyataan nya Naruto sadar yang ia rasakan itu salah bagaimanapun juga mereka memiliki ikatan sedarah yang tak mungkin bisa dihilangkan.
Naruto masih bisa berpura-pura untuk mencintai Hinata karena Naruto hanya punya cari ini untuk menyembuhkan luka dalam hatinya. Namun semakin dewasa nya mereka, Hinata memutuskan untuk bersama orang lain. Naruto tidak merasakan sedih ataupun kecewa karena dari awal mereka pacaran hanyalah hubungan yang penuh kebohongan. Setelah Naruto dan Naruko lulus mereka memutuskan untuk bekerja di tempat kedua orang tua mereka bekerja. Naruto dan Naruko berdamai dengan pertengkaran mereka dan lebih mengakrabkan diri. Kedua orangtua mereka sudah menjodohkan mereka namun mereka berdua menolak lebih memilih untuk sendiri. Semakin mereka berdua akrab semakin tumbuh perasaan cinta mereka. Naruto dan Naruko hanya bisa menghabiskan waktu mereka bersama dan tak mampu untuk mengutarakan perasaan cintanya.
Musim semi, musu gugur, musim panas dan musim dingin telah lewati bersama dengan canda dan tawa walaupun di dalam hati mereka merasa sangat sedih.
Naruto dan Naruko mendengar kabar kalau Hinata akan menikah dengan Kiba. Mereka berdua datang di acara pernikahan Kiba dan Hinata. Naruto memberikan selamat tanpa ada ekspresi sedih dari wajahnya. Hinata tidak heran jika Naruto merasa sedih karena ia tahu selama, ia bersama Naruto, Naruto tidak pernah benar-benar mencintainya.
Naruko awalnya mengira kalau Naruto akan sedih namun malah terlihat sebaliknya.
"Kakak tidak sedih?"
"Tenang, aku biasa saja dan tak sedih sekali."
"Sungguh? Bukannya Kakak dan Hinata pacaran sudah 10 tahun?"
"Tapi, aku biasa saja...10 tahun pun sama sekali tidak bisa membuat ku berat melepaskannya."
"Ternyata Kakak, tipe cowok brengsek ya?"
"Hah?!"
Naruto tidak terima dengan ucapannya Naruko yang mengatainya brengsek. Kata-kata yang sangat kasar itu tidak lucu untuk bercanda. Ketika usianya mereka 27 tahun. Minato bermaksud untuk mencarikan jodoh untuk Naruto dan Naruko namun mereka menolak dengan tegas. Seiring berjalan waktu yang mereka habiskan bersama pada akhirnya mereka sampai di titik ingin mengutarakan perasaan cinta mereka berdua. Dalam benak mereka berdua berkata, 'Cinta ku ini adalah Dosa.' Naruto sadar kalau ia menyatakan cintanya makan dosa yang ia miliki tak akan pernah bisa diampuni. Wanita yang berdiri di sebelah Naruto adalah saudari kembar nya sendiri yang kini sedang mengenakan Yukata berwarna biru muda. Warna yang sangat mencolok. Suara letupan kembang api begitu nyaring namun Naruto lebih tertuju ke arah kiri untuk melihat wajah wanita yang ia cinta.
Naruto yang merasa di perha ia pun menoleh dan tersenyum ketika Naruto tersenyum. Naruko terkejut karena tiba-tiba Naruto mengandeng tangan nya. Tanpa sadar jari mereka saling menaut dan meremas. Jalan pulang ke rumah terasa sangat menenangkan hati. Setiap langka mereka seperti berirama dalam keheningan.
"Naru, aku ingin bilang sesuatu padamu," kata Naruto.
"Mau bilang apa, Kak?"
"Tapi, janji kau jangan takut padaku ya?"
"Takut? Takut kenapa? Memangnya Kakak mau bilang apa sampai bisa buat aku takut?"
Ini sedikit memalukan dan menyedihkan hehe..."
"Mmm...?"
"Aku men...cintaimu, Naru." Naruto garuk kepala ketika mengutarakan cintanya dan ketika berhadapan tak berani untuk menatap mata. "Pasti kau merasa jijik padaku karena aku mencintaimu padahal kau kan adikku." Batin Naruto tersentak ketika ia mendapatkan kecupan di bibir.
"Aku tidak jijik padamu, Kak. Aku juga mencintaimu."
Naruto tidak menyangka kalau Naruko juga memiliki perasaan yang sama. Walaupun mereka saling mencintai namun mereka masih sadar mereka memiliki ikatan darah. Dibalik senyuman kebahagiaan mereka ada luka yang sangat parah di dalam hati. Dan itu terlihat sangat jelas dari air mata yang tak berhenti mengalir menunjukkan kesedihan mereka yang sangat dalam. Lebih sakit dari cinta yang bertepuk sebelah tangan dan lebih sakit dari cinta yang dikhianati.
.
.
.
.
TAMAT
Author note - ini cuma cerita singkat aja dengan endingnya yang mengantung. Apa ada yang suka cerita kayak gini? Thor nyoba pas nulis rasanya sangat berat netuin ending biar gak sad end / bad end hehe....ending lumayan lah yang bisa ku tulis...
— 結束 — 寫檢討