下載應用程式
60% [18+] Visit in the Bed / Chapter 12: Sus

章節 12: Sus

Kinanti dan Nicholaas sama-sama setuju jika tidak ada gunanya mereka bersikap manis di depan masing-masing. Kinan tidak tertarik pada Nic, and vice versa. Tidak peduli seberapa cantik dan pintarnya Kinan, tidak peduli seberapa menawan dan kayanya Nic, keduanya setuju jika hal-hal itu tidak mampu menggerakkan sesuatu dalam hati mereka. Jadi daripada menghabiskan tenaga sia-sia untuk berakting manis, lebih baik mereka bersikap sinis dan dingin saja sekalian.

"Harus berapa kali sih aku harus bilang supaya kau menghubungiku kalau mau pulang ke sini?" sembur Kinan muak ketika dia mendapati Nic sudah duduk sambil mengangkat kaki di atas meja ruang tengah rumah mereka. Rumah yang dibeli dengan uang berdua, namun atas nama Kinan. Makanya dia merasa berhak menendang suaminya keluar dari rumah ini.

"Malam sekali kau pulang?" Nic mengabaikan protes Kinan.

Kinan mendesis, "Jangan mulai menceramahiku, Nic."

Tidak ingin darahnya semakin mendidih karena Nic, Kinan memutuskan untuk masuk ke kamar. Dia ingin berendam air hangat dengan wewangian yang lembut lalu segera tidur. Sudah beberapa hari ini dia tertekan karena bekerja.

Sebenarnya bukan tekanan berarti dari atasan atau dari bos. Yah, Kinan adalah bos. Sudah dua tahun ini dia membuka usaha toko makanan manis yang merangkap sebagai kafe kecil-kecilan. Sejak beberapa bulan lalu usahanya itu sudah balik modal dan mulai menunjukkan keberhasilannya. Karyawannya mulai bertambah, ada pula yang pergi. Dan, ya, karena hal yang terakhir itulah Kinan jadi kerepotan. Seminggu ini salah seorang karyawannya cuti melahirkan dan seorang lagi sakit parah. Karena Kinan sulit percaya pada orang lain untuk urusan pekerjaan, terpaksa dia sendirilah yang menggantikan mereka alih-alih merekrut pekerja sementara. Padahal Kinan sendiri sudah harus mengurus keuangan tokonya itu.

Kinan jadi kehilangan waktunya untuk bersenang-senang. Sebagai dampak lain, dia terpaksa putus dengan pacarnya karena tidak punya waktu untuk meladeninya. Lagi pula pacarnya itu, gigolo yang disewanya sejak tiga bulan lalu itu, mulai membosankan. Juga terlalu sering merengek. Kelewat manja.

Mungkin memang sudah waktunya bagi Kinan untuk mencari lelaki lain. Maksudnya, yah, suaminya saja kelihatannya baru mendapatkan incaran yang bagus. Masa Kinan tidak?

"Kau kenapa? Kelihatannya sedang uring-uringan?" tanya Nic dari ambang pintu kamar mandi. Lelaki itu berdiri menjulang sambil memakan puding sisa dari kafe yang Kinan bawa tadi.

"Dan kau terlihat kelewat senang," decak Kinan. Dia membasuh lengan dan bahunya dengan air berbusa. "Kalau ke sini hanya untuk mengejekku, pergi sana."

Nic tertawa. Pria sepuh itu selalu tertawa dalam keadaan apa pun sepanjang Kinan mengenalnya. "Aku ke sini tidak untuk mengejekmu, Sayang," ucapannya terdengar semanis racun. "Aku cuma mau pesan sesuatu dari tokomu."

"Apa?"

"Hmmm, opera cake."

"Itu saja? Tanpa tulisan 'Selamat ulang tahun, Honey'?"

"Tidak, tidak. Dia bisa marah kalau aku menulis begitu di kue ulang tahunnya."

Jadi memang benar buat jalangnya, batin Kinan. "Mau ambil kapan? Jangan pagi-pagi."

"Oh, tidak. Sore, menjelang malam malahan. Sebenarnya aku ingin kuenya diantar ke alamat khusus."

"Dan merahasiakan jika kamu adalah pengirimnya? Sungguh manis sekali."

"Cemburu?"

"Iri lebih tepatnya," aku Kinan. Dia membasuh mukanya, merasa sedikit frustasi entah karena apa. "Tidak pernah ada yang begitu padaku."

Nic mendekat, kemudian menatap Kinan dari atas dengan menumpukan keduanya tangannya pada pinggiran bathup. "Nah, kau minta saja diberi kejutan oleh salah satu pacarmu itu."

Kinan mendengus. "Sudah tidak ada, untuk saat ini. Aku sibuk."

"Tapi tidak sangat sibuk sampai membuatmu sangat capek, kan?" bisik Nic. Tangannya membelai pundak Kinan yang basah dan telanjang.

Kinan menarik tangan suaminya untuk meraih lehernya dan menciumnya.

Tanpa membutuhkan waktu lebih lama lagi lidah mereka sudah bergulat. Baju Nic basah. Kinan keluar dari bathtub dengan dibopong Nic. Keduanya bercumbu di ranjang.

Di saat seperti ini sajalah mereka bersikap manis satu sama lain.

***

"Maaf, aku akan datang sedikit terlambat. Sementara itu, tolong mulai pesankan bahan persediaan. Daftar dan nomornya kutempel di meja. Oh, lalu buatkan opera untuk nanti sore… Iya, itu saja. Oke, aku mengandalkanmu. Terima kasih."

Kinan menyipitkan matanya sambil memandang layar ponselnya. Suara karyawannya tadi terdengar… aneh. Terdengar seperti ingin mengatakan sesuatu, tapi ragu. Atau mungkin takut?

Semoga bukan masalah lain, batin Kinan sambil menyeduh minuman serealnya.

"Tidak ada sarapan?" tanya Nic, hampir-hampir kecewa.

Kinan mengedikkan dagunya ke arah kulkas mereka yang sebenarnya cukup penuh. Itu kalau Nic mau berusaha membuat sarapannya sendiri. "Aku kasihan pada Mahesa yang juga merangkap sebagai koki pribadimu. Kuharap kamu menaikkan gajinya."

Terdengar suara kulkas terbuka. Tak lama kemudian Nic sudah duduk di depan Kinan sambil mengoleskan selai pada roti tawar yang tersisa. "Tidak lama lagi aku akan mempunyai seseorang yang menyiapkan sarapan untukku."

"Wah, terdengar seperti angin segar di telingaku," ucap Kinan santai, lalu menyesap minumannya.

"Jangan berharap terlalu tinggi, Kinan. Kau tahu aku tidak akan bercerai darimu dan kamu tidak akan bercerai dariku."

Kinan mendesah. Sayang sekali. Sudah lima tahun mereka terjebak satu sama lain dan tidak pernah menemukan jalan keluar barang setitik pun. Padahal mereka berdua dulu kira mereka bisa bercerai setelah dua tahun menikah. Ternyata mereka salah: bercerai tidak semudah itu.

Setelah sarapan yang super singkat Kinan segera enyah dari rumah, agak terburu-buru menuju mobilnya. Walau bagaimanapun dia sudah terlambat. Keterlambatannya ditambah dengan kurangnya karyawan pasti akan berdampak cukup besar pada kelangsungan toko hari ini. Belum lagi badan Kinan yang sebenarnya masih pegal-pegal karena semalam.

Semoga aku bisa bertahan hari ini, batin Kinan sambil mengusap-usap pinggangnya yang sakit. Seringai kecil terbit di bibirnya. Mau tak mau dia harus mengakui jika terkadang Nic bisa menyenangkan, terutama saat di atas kasur. Dan, barangkali, hanya itulah satu-satunya hal yang menyenangkan dalam ikatan yang mereka sebut dengan "pernikahan" ini.

Perasaan senang setelah malam yang indah langsung lenyap begitu Kinan sibuk di toko. Dugaannya benar, keterlambatannya berdampak cukup besar pada keberlangsungan toko. Seharian itu mendadak toko makanan manisnya mendapat banyak pengunjung, sampai-sampai Kinan dengan tidak enak hati meminta dua karyawannya untuk lembur.

"Kita nggak bisa gini terus," kata Kinan pada seorang kasir yang kebetulan mendapat jatah istirahat bersamanya. Dia jugalah yang meneleponnya tadi pagi. "Bukannya gue jahat, tapi apa yang sakit itu nggak akan kembali ke sini?"

"Belum ada kabar lagi, Bu," katanya. "Nanti saya coba hubungi lagi orangnya."

Kinan mendesah. "Masa gue harus mampir ke rumahnya sambil bawa surat peringatan, sih?"

"Ya nggak apa-apa sih, Nan," celetuk Ghea, teman kepercayaannya yang memegang administrasi toko. "Kalau kayak gini terus, nanti karyawan yang lain ikut kolaps, lho."

Itu benar, batin Kinan. "Mungkin sudah waktunya gue cari karyawan part-time," gumamnya. "Paling nggak, sampai baker yang cuti hamil itu balik."

"Mau dibikinkan lowongan?" tawar Ghe sigap.

"Iya. Lowongan buat kasir aja, jadi gue bisa fokus ke dapur sama keuangan. Di kertas biasa terus tempel depan toko aja. Buat 2 bulan lah minimal," kata Kinan mengiakan. Otaknya mulai bekerja memikirkan jika toko kedatangan seorang karyawan sementara, apa-apa yang harus dilakukan Kinan dan bagaimana dengan gaji si karyawan baru ini.

"Oh, iya." Kasirnya meminta perhatian Kinan. "Soal di depan toko, sebenarnya saya mau bilang sesuatu yang sedikit… creepy."

"Penguntit?" sahut Ghea segera dengan waspada. Dia melirik Kinan, membuatnya deg-degan.

Kinan cukup terkenal di dunia maya karena kecantikan, kepintaran, dan kekayaan keluarganya. Bukan hanya sekali saja Kinan dikuntit orang baik di dunia maya maupun di dunia nyata. Ini jugalah sebabnya Kinan menikah dengan seseorang seperti Nic, supaya orang tahu dan takut pada suaminya.

"Nngg, belum tentu juga sih, Bu," kata si Kasir. "Cuma akhir-akhir ini saya perhatikan ada cowok yang sering berhenti depan jendela kaca toko. Sebentar aja, terus pergi."

"Sudah berapa lama?" tanya Kinan.

"Hampir semingguan ini," jawabnya. "Tapi saya nggak tahu dia penguntit beneran atau nggak. Soalnya, yah, penampilannya bersih—kalau Ibu tahu apa maksud saya. Orangnya juga kelihatan masih muda banget."

Alis Kinan berkerut dalam. Siapa?

"Ganteng juga malahan," tambah si Kasir.

"Yeee, elu mah gitu," ledek Ghea sambil nyengir. "Tetap aja sih, ngelihatin toko kota diam-diam gitu creepy. Coba lo cek deh, Nan. Kalau emang ada maunya, lapor polisi aja."

Kinan mengembuskan napas panjang. Sepertinya dia harus memasang CCTV di depan toko.


next chapter
Load failed, please RETRY

每周推薦票狀態

Rank -- 推薦票 榜單
Stone -- 推薦票

批量訂閱

目錄

顯示選項

背景

EoMt的

大小

章評

寫檢討 閱讀狀態: C12
無法發佈。請再試一次
  • 寫作品質
  • 更新的穩定性
  • 故事發展
  • 人物形象設計
  • 世界背景

總分 0.0

評論發佈成功! 閱讀更多評論
用推薦票投票
Rank NO.-- 推薦票榜
Stone -- 推薦票
舉報不當內容
錯誤提示

舉報暴力內容

段落註釋

登錄